Ch. 19

Helena mengangguk menjawab pertanyaan Ana. "Tidak hanya mengenalnya, bahkan kami sangat dekat seperti saudara." Helena masih melihat foto di tangannya.

Ditatapnya lekat-lekat wajah Ana yang sangat mirip dengan Sely. Pantas saja Helena merasa tidak asing dengan wajah Ana saat pertama kali melihat fotonya beberapa hari yang lalu.

"Tante dan mama mu sama-sama di besarkan di panti asuhan. Dia sudah seperti kakak perempuan untuk Tante. Saat beranjak dewasa, kami pergi meninggalkan panti dan mencari pekerjaan."

Helena menceritakan tentang masa lalu ia dan Sely sampai akhirnya mereka terpisah karena Helena menikah dan tinggal di luar negeri. Lama kelamaan mereka jadi hilang kontak karena kesibukan bersama keluarga masing-masing. Terakhir kali Sely mengabarkan jika ia akan segera menikah.

Helena kembali memeluk Ana yang menangis sedih mendengarkan cerita tentang mamanya.

"Tante sangat bersyukur bisa bertemu dengan mu." Helena mencium pipi Ana dengan sayang. Sekarang ia menganggap Ana sebagai anaknya sendiri. Anak dari sahabat terbaiknya.

Sementara Marcelino yang sedang menunggu di ruang tamu sedang menghubungi Sky. Ia meminta agar Sky pulang untuk makan malam di rumah dan memperkenalkan dengan Ana. Setelah ini, Marcelino berencana ingin menemui Melvin untuk berterima kasih, karena besok ia akan membawa Ana pulang ke luar negeri.

Merasa sudah cukup lama menunggu, Marcelino pun menyusul Ana dan Helena.

"Apa yang terjadi ?" Marcelino terkejut melihat wajah sembab kedua wanita berbeda generasi itu. Seperti habis menangis.

Helena berjalan menuju suaminya yang berada di ambang pintu. Ia memeluk Marcelino karena sedang merasa senang sekaligus sedih. Senang karena bisa bertemu dengan anak sahabatnya dan sedih setelah mengetahui jika sahabatnya itu sudah meninggal.

"Mengapa mama menangis ?" Marcelino mengusap air mata yang mengalir di pipi Helena.

"Pa ternyata Ana adalah putrinya Sely." beri tahu Helena.

Marcelino memang mengenal Sely, meskipun tidak kenal dekat. Teman Helena yang sama-sama bekerja menjadi pelayan bar yang sering ia kunjungi bersama teman-temannya dulu. Tak heran jika Hendro bisa kenal dan menikah dengan Sely. Ini bagaikan sebuah skenario Tuhan untuk Marcelino dan Helena, bisa di pertemukan dengan anak dari sahabat baik mereka berdua agar mereka bisa menjaganya dengan baik.

Pulang dari rumah Ana, mereka pergi mengunjungi makam kedua orang tua Ana. Sekali lagi Helena menangis karena begitu merindukan sahabatnya, Sely. Helena hanya mampu memeluk Ana untuk melepaskan kerinduan dan kesedihannya ini.

Menjelang makan malam, Melvin tiba di rumah Marcelino. Karena tidak sempat untuk menemui Melvin di kantor, jadi Marcelino meminta keponakannya itu untuk datang makan malam bersama.

"Kau sendirian ? mana Al ?" tanya Helena saat melihat Melvin berjalan sendiri masuk ke ruang makan.

Marcelino memang mengundang Sky dan Melvin malam ini untuk memperkenalkan mereka kepada Ana. Berharap salah satu di antara kedua putranya itu bisa berjodoh dengan gadis itu. Tapi untuk memaksakan perjodohan, Marcelino tidak akan pernah melakukan itu.

"Al sedang melakukan operasi besar malam ini Tante. Jadi dia tidak bisa pulang." Melvin mendudukkan tubuhnya di samping pamannya.

Beberapa saat kemudian Ana bersama dua orang pelayan membawa makanan dan meletakkannya di atas meja.

"Ana, ini Melvin keponakan Om." Marcelino mengenalkan Ana kepada Melvin.

"Ana"

"Melvin."

Keduanya berjabat tangan dan menyebutkan nama masing-masing.

Seperti yang Melvin lihat di foto, wanita itu memang cantik alami dengan wajah polos tanpa make-up. Tapi aslinya jauh lebih cantik dari yang ada di foto.

"Ayo, silahkan makan." suara Helena membuyarkan pikiran Melvin.

*

Sky melihat jam dinding di ruangannya yang sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Ia baru saja membersihkan diri setelah selesai melakukan operasi setengah jam yang lalu. Ini sudah terlalu larut untuk pulang. Sky memutuskan untuk tidur di rumah sakit saja malam ini. Lagi pula ia sangat lelah untuk mengemudikan mobil. Besok pagi-pagi sekali ia akan pergi menemui kedua orang tuanya, sekaligus untuk mengantarkan mereka ke bandara.

"Sial !"

Umpat Sky saat melihat jam sudah pukul sembilan pagi. Sky bangun kesiangan. Ia lantas mandi dan berganti pakaian dengan cepat. Sky sudah siap keluar dari ruangannya saat ponsel berbunyi.

"Mama sudah mau berangkat sepuluh menit lagi Al. Tidak perlu menyusul ke bandara." suara Helena dari seberang sana.

Bukannya marah, hanya saja Helena tidak mau jika Sky memaksa pergi dan ngebut di jalanan. Ia takut Sky akan kecelakaan atau apa. Helena memang selalu berpikir berlebihan akan putra semata wayangnya itu.

"Maaf, ma. Aku kesiangan." Sky menghentikan langkahnya, tidak jadi pergi.

"Mama mengerti kesibukan mu, Al. Bekerjalah dengan baik. Jangan mengabaikan kesehatan dan keselamatan. Mama menyayangi mu." kata Helena sebelum ia memutuskan sambungan.

Suara panggilan untuk para penumpang pesawat untuk segera menuju pintu keberangkatan. Ana masih memandang ke belakang, rasanya begitu berat untuk meninggalkan tanah air dan jauh dari rumahnya.

"Ayo, sayang." Helena menggenggam tangan Ana. Ia mengerti perasaan gadis itu saat ini. Karena dulu pun dia pernah berada di posisi yang sama seperti Ana. Pergi jauh meninggalkan tanah kelahiran dan tempat ia di besarkan ke tempat yang baru yang tidak ia ketahui sebelumnya.

Terpopuler

Comments

Em Mooney

Em Mooney

km nnti nyesel lo sky kl ana udah jd lbh elegan

2024-02-25

1

Em Mooney

Em Mooney

biar j melvin jd saingan sky

2024-02-25

0

Fenty Dhani

Fenty Dhani

SKY bakalan kangen dn uring²an...karna g ketemu ana

2024-01-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!