Episode 14: Cinta Pertama

Hari segera berlalu dengan cepat, satu minggu berlalu se cukup cepat sejak semester baru dimulai.

Ini juga yang belakangan membuat Alena merasa sangat terganggu, karena selama seminggu itu dirinya benar-benar harus bertemu Sean terus.

Dan sekarang awal minggu di mana akhir pekan terakhir lalu itu artinya alina harus melihat wajah orang menyebalkan itu lagi.

Belum lagi, di beberapa kelompok belajar mereka berdua harus satu kelompok.

"Alena? Kenapa wajahmu terlihat cemberut seperti itu?" Tanya Julio yang kebetulan hari itu berangkat ke kampus bersama dengan adik kembarnya itu.

"Hanya terlalu menyebalkan untuk membicarakan nya,"

"Owh, soal kamu yang satu kelas dengan Sean?"

Alena yang terkejut karena kakaknya bisa tahu soal hal itu.

"Kenapa kamu bisa tahu?"

"Yah, Bahkan Para Pengemar Sean sampai ke Fakultasku, dan mulai bergosip soal idola mereka itu, aku hanya tidak sengaja mendengar gosip-gosip itu. Tentang Sean sepertinya bertemu dengan saingan dan musuhnya di beberapa kelas yang sama, itu pasti kamu? Siapa lagi?"

Alena yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas dan berkata dengan kesal,

"Sungguh? Orang semacam itu memiliki penggemar? Apa yang dia lihat dari orang itu?"

Julio yang ditanya itu segera mengangguk dan berkata,

"Para gadis-gadis itu memang sangat aneh, kecuali wajahnya, tidak ada yang baik tentang Sean, ah benar kepintarannya, dan kelicikannya mungkin harus ditambahkan pada data,"

"Sudahlah aku tidak mau lagi mendengar soal sampah itu lagi,"

Julio lalu berbisik di telinga adiknya itu, hingga hanya adiknya yang tahu.

"Tapi Dia masih suamimu, Ah~"

Tentu saja itu adalah bentuk sebuah ejekan kepada adiknya.

Alena segera menuju perut Kakaknya itu karena kesal.

"Berhenti meledekku!"

Sisa perjalanan itu berlangsung dengan damai, dan Alena sudah tiba di ruang kelasnya, melihat ke arah sekeliling belum ada wajah menyebalkan itu.

"Alena? Kamu akhirnya datang," sapa salah satu teman Alena, yaitu Fanni.

"Selamat Pagi, Fanni, kenapa kamu sangat bersemangat di pagi hari seperti itu?"

"Aku dengar di kelas Sistem Informasi, kamu satu kelas dengan Junior yang Tampan itu?"

"Junior tampan? Siapa maksudmu?" Tanya Alena heran.

"Vano, Vano Vincent, siapa lagi? Yang ada di Organisasi yang sama juga dengamu,"

"Ah dia benar kami kebetulan satu kelas, Aku tidak tahu kalau dia begitu populer,"

"Ya, dia cukup Populer di Kampus, salah satu Mahasiswa paling Tampan di angkatannya, Ah~ Dia terkenal dengan sikap dinginnya, dan kepintarannya,"

"Jadi ada hal-hal semacam itu di kampus?"

"Benar, sekali."

"Lalu jika di angkatan kita?"

Temen Alena itu, sedikit ragu untuk mengatakannya namun segera berbisik ke Alena.

"Sean tentu saja, yah Aku tahu kamu membencinya, tapi memang dia cukup populer di antara para gadis gadis baik di antara junior ataupun junior bahkan di angkatan kita, senyumannya itu cukup memukau,"

Alena yang sekali lagi dalam hari ini mendengarkan pujian tentang Sean jelas merasa sangat tidak senang.

"Hah, tidak ada yang baik soal dia,"

Namun segera ketika mereka berdua asik berbicara, orang yang mereka bicarakan segera memasuki kelas dan melewati mereka berdua.

Tatapan Sean sepintas bertemu dengan tatapan Alena, namun segera mengabaikan nya dan memilih duduk jauh-jauh dari dia.

Fanni memperhatikan bagaimana sahabatnya itu memiliki ekspresi yang tidak senang.

"Baik, mari abaikan soal pembicaraan tentang Sean. Bagaimana jika kita melanjutkan pertanyaanku yang tadi soal Vano?"

"Apa? Aku hanya kebetulan saja satu kelas dengannya,"

"Hah tapi, kamu sangat beruntung sekali bisa satu kelas dengan seorang pria tampan seperti itu, apalagi mendapatkan Dosen yang baik disana, tidak tahukah kamu seberapa menderita aku di kelas sebelah? Sudah gurunya killer tidak ada mahasiswa tampan sama sekali di kelas,"

Alena yang mendengar keluhan dari temannya itu hanya tertawa dan berkata,

"Hah, kamu itu ke kampus ingin belajar atau ingin mencari pacar?"

"Tentu saja dua-duanya kalau bisa, memangnya kamu tidak?"

Alena hanya bisa menggeleng-geleng kan kepala ketika mendengar keinginan temannya itu.

"Astaga, tentu saja tidak aku hanya fokus belajar saat ini,"

"Kamu itu selalu saja seperti itu, tanya fokus belajar kalau begitu kehidupan cintamu pasti akan sangat suram,"

"Ini hanya belum saatnya,"

"Lalu, apakah kamu sudah pernah jatuh cinta sebelumnya?"

Ketika mendapatkan pertanyaan itu, Alena tiba-tiba teringat dengan siluet seseorang tertentu.

Pemuda yang sering dirinya temui di perpustakaan saat SMA, yang juga belum lama ini dirinya temui.

Apakah itu termasuk jatuh cinta?

Dirinya tidak pernah merasakan sesuatu seperti itu jadi jelas dirinya menjadi bingung.

Hanya, jantungnya terasa berdebar lebih kencang ketika bersama dengan orang itu.

Rasa rindu saat tidak bisa melihat wajahnya dan sangat ingin bertemu dengannya...

Perasaan senang saat dirinya tahu lebih banyak soal pemuda itu...

Apakah ini cinta?

Tapi ketika memikiran soal dirinya kemungkinan jatuh cinta pada pemuda itu, ekpersi Alena menjadi sedikit memerah, hal itu jelas dilihat oleh temannya itu.

"Astaga, jadi kamu juga pernah jatuh cinta? Dimana orang yang kamu sukai itu? Aku benar-benar ingin melihatnya,"

Teman Alena itu, cukup bersemangat sampai mengatakan itu dengan cukup keras, sampai bisa di dengar oleh Sean yang ada di kursi seberang, tidak begitu jauh karena itu satu-satunya tempat yang kosong sebelumnya.

"Sttt... Kamu itu jangan keras-keras kalau berbicara,"

Sean yang sedang meminum kaleng kopinya itu, jelas hampir tersedak ketika mendengar soal Alena yang jatuh cinta pada seseorang.

Ekpersinya segera memucat.

"Sean? Ada apa dengan wajahmu? Apa kamu tiba-tiba terlihat kesal?" Tanya salah satu teman Sean.

"Apa aku tidak kenapa-napa diamlah saja,"

"Hah, namun aku tiba-tiba melihat ekspresi mu berubah seperti kamu kesal pada sesuatu,"

"Sudahlah, jangan di pikirkan,"

Sean sendiri cukup terkejut dengan reaksi yang dirinya miliki, ya kenapa dirinya merasa kesal?

Dirinya jadi teringat ketika Alena sebelumnya jalan bersama seorang mahasiswa dengan akrab.

Ini adalah perasaan kesal yang tidak dirinya mengerti, namun ini seperti bukan perasaan miliknya.

Sudahlah, Sean memilih untuk tidak terlalu memikirkan hal-hal tidak jelas ini.

Dan begitulah, akhirnya mata Kuliah itu segera dimulai dengan kedatangan dosen.

"Baik, aku akan meminta masing-masing dari Kelompok untuk duduk bersama-sama untuk memudahkan diskusi kita sekarang,"

Ekpersi Alena dan Sean yang mendengar itu jelas merasa tidak nyaman.

Karena itu artinya dua orang itu akan berhadap-hadapan dan duduk bersama, hal yang paling buruk, namun jelas mereka tidak memiliki pilihan lain.

Alena sekarang terpaksa duduk disamping Sean, diam-diam Alena menatap pemuda itu, yang saat ini sedang meletakkan kaleng kopi hitamnya di atas meja.

Hah, pemuda itu menyukai kopi?

Episodes
1 Episode 1: Tertangkap Basah
2 Episode 2: Menikah
3 Episode 3: Menyembuyikan Hubungan
4 Episode 4: Hubungan Buruk
5 Episode 5: Kebencian
6 Episode 6: Tidak Terduga
7 Episode 7: Ingin Tahu
8 Episode 8: PDKT
9 Episode 9: Rencana Sean
10 Episode 10: Kebetulan?
11 Episode 11: Sebuah Hubungan
12 Episode 12: Tidak Terduga
13 Episode 13: Provokasi
14 Episode 14: Cinta Pertama
15 Episode 15: Berkebalikan
16 Episode 16: Misteri Kalung
17 Episode 17: Jadi Penasaran
18 Episode 18: Mereka Dekat?
19 Episode 19: Saingan
20 Episode 20: Terbawa Suasana
21 Episode 21: Sebuah Nasehat
22 Episode 22: Keinginan
23 Episode 23: Kekecewaan
24 Episode 24: Kamu Milikku
25 Episode 25: Kekasih
26 Episode 25: Liam Xavier Dirgantara
27 Episode 26: Haruskah Percaya?
28 Episode 27: Terasa Aneh
29 Episode 28: Terlihat Berbeda?
30 Episode 29: Rencana Vano
31 Episode 30: Tidak Suka
32 Episode 32: Perasaan Rumit
33 Episode 33: Cemburu?
34 Episode 34: Kurang Ajar!!!
35 Episode 35: Penyelidikan
36 Episode 36: Bentrokan
37 Episode 37: Siapa Kamu?
38 Episode 38: Kisah Masalalu
39 Episode 39: Keputusan Alena
40 Episode 40: Tidak Adil
41 Episode 41: Keraguan
42 Episode 42: Kemarahan
43 Episode 43: Bimbang
44 Episode 43: Masalah
45 Episode 44: Semakin Rumit
46 Episode 45: Kegilaan
47 Episode 46: Pilihan Sean (Part 1)
48 Episode 47: Pilihan Sean (Part 2)
49 Episode 48: Tidak Bisa Kehilanganmu
50 Episode 49: Keputusan Keluarga
51 Episode 50: Pilihan Terbaik
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Episode 1: Tertangkap Basah
2
Episode 2: Menikah
3
Episode 3: Menyembuyikan Hubungan
4
Episode 4: Hubungan Buruk
5
Episode 5: Kebencian
6
Episode 6: Tidak Terduga
7
Episode 7: Ingin Tahu
8
Episode 8: PDKT
9
Episode 9: Rencana Sean
10
Episode 10: Kebetulan?
11
Episode 11: Sebuah Hubungan
12
Episode 12: Tidak Terduga
13
Episode 13: Provokasi
14
Episode 14: Cinta Pertama
15
Episode 15: Berkebalikan
16
Episode 16: Misteri Kalung
17
Episode 17: Jadi Penasaran
18
Episode 18: Mereka Dekat?
19
Episode 19: Saingan
20
Episode 20: Terbawa Suasana
21
Episode 21: Sebuah Nasehat
22
Episode 22: Keinginan
23
Episode 23: Kekecewaan
24
Episode 24: Kamu Milikku
25
Episode 25: Kekasih
26
Episode 25: Liam Xavier Dirgantara
27
Episode 26: Haruskah Percaya?
28
Episode 27: Terasa Aneh
29
Episode 28: Terlihat Berbeda?
30
Episode 29: Rencana Vano
31
Episode 30: Tidak Suka
32
Episode 32: Perasaan Rumit
33
Episode 33: Cemburu?
34
Episode 34: Kurang Ajar!!!
35
Episode 35: Penyelidikan
36
Episode 36: Bentrokan
37
Episode 37: Siapa Kamu?
38
Episode 38: Kisah Masalalu
39
Episode 39: Keputusan Alena
40
Episode 40: Tidak Adil
41
Episode 41: Keraguan
42
Episode 42: Kemarahan
43
Episode 43: Bimbang
44
Episode 43: Masalah
45
Episode 44: Semakin Rumit
46
Episode 45: Kegilaan
47
Episode 46: Pilihan Sean (Part 1)
48
Episode 47: Pilihan Sean (Part 2)
49
Episode 48: Tidak Bisa Kehilanganmu
50
Episode 49: Keputusan Keluarga
51
Episode 50: Pilihan Terbaik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!