Hari-hari segera berlalu dengan cepat, saat ini akhirnya semester baru segera dimulai.
Alena terlihat cukup bersemangat ketika menyambut semester baru.
Ini artinya dirinya akan bertemu dengan orang itu.
Yah, sebelumnya mereka sempat bertukar email.
Namun memang, cukup jarang untuk pemuda itu, membalas pesan dari dirinya.
Alena pikir, pemuda itu mungkin memang tidak menyukai chatting lewat email ataupun ponsel.
Namun setidaknya sudah ada kemajuan soal hal itu, jika Alena setidaknya mendapatkan kontak dari orang itu.
Wajah Alena yang terlihat bahagia itu tentu saja disadari oleh keluarganya.
Julio, adalah orang pertama yang berkomentar,
"Alena, Kenapa tiba-tiba kamu tersenyum bahagia seperti itu ketika menatap ke arah ponselmu? Kamu tahu itu cukup mengerikan ketika aku melihatnya," kata Julio dengan ekspresi ngeri setelah baru saja menyelesaikan sarapannya.
Alena yang mendengar lelucon dari kakaknya itu segera berkata dengan dingin.
"Apa? Itu jelas bukan urusanmu, hal-hal ini tidak ada hubungannya denganmu,"
"Hmm, namun melihat bahwa hari ini kamu terlihat senang sekali seperti itu aku jelas merasa ada yang aneh, apakah kamu sedang jatuh cinta?"
Ketika ditanya seperti itu, wajah Alena segera menjadi sedikit memerah, yang membuat Julio makin ingin untuk menjahili saudara kembarnya itu.
"Kamu jatuh cinta kepada siapa Kamu tidak jatuh cinta pada orang itu bukan? Jangan bilang iya? Astaga, Alena... Jatuh cinta pada orang itu?"
Alena jelas tahu siapa orang yang dibicarakan oleh kakaknya Julio itu, ekspresinya segera menjadi kekesalan.
"Jangan bicara sembarangan mana mungkin aku jatuh cinta pada sampah itu,"
"Kan bisa saja lagi pula orang itu kan sekarang adalah...."
Alena yang mendengar itu segera menjadi marah.
"Diamlah!"
Alena jelas merasa sangat khawatir jika kakaknya itu keceplosan bicara omong kosong soal Sean, terlebih sekarang orang tuanya sedang menuju ke arah meja makan.
Emelin yang melihat putra-putrinya itu sudah ribut di pagi hari segera bertanya,
"Astaga kalian berdua ini pagi-pagi sudah ribut,"
"Kak Julio, yang mulai membuat keributan," kata Alena mulai mengadu pada Mananya itu.
Julio, yang dituduh itu jelas merasa tidak terima lalu segera berkata,
"Mama, bukan seperti itu Aku hanya melihat bahwa aura Alena hari ini terlihat sedikit berbeda, bukankah dia terlihat cukup ceria sejak kemarin? Dia bahkan sering menatap ke arah ponselnya, ekspresi yang aku lihat ini benar-benar mengingatkanku pada Kak Alex yang saat itu sedang jatuh cinta pada Kak Natasya,"
Emelin yang mendengar itu jelas menunjukkan ekspresi terkejut dan juga ekspresi senang segera bertanya pada putrinya itu,
"Astaga, kira-kira pria mana yang berhasil mengambil hati putriku ini?"
"Mama jangan dengarkan Kak Julio! Dia hanya berbicara omong kosong!!"
Ayah Alena, Antony yang mendengar keributan itu segera berkata,
"Alena, sebaiknya kamu fokus dulu pada studimu jangan dulu memikirkan soal cinta atau pacaran,"
Emelin, yang mendengar kata-kata dingin dan galak dari suaminya itu segera mencoba untuk membela putranya,
"Sudahlah sayang, Putri kita itu sudah besar tidak apa-apa jika dia sudah mulai jatuh cinta, itu adalah hal-hal yang wajar,"
Alena yang mendengar pembicaraan di meja makan malah membicarakan soal jatuh cinta ini, jelas membuat dirinya merasa tidak nyaman.
Ini...
Ini tidak seperti itu...
Xavier...
Ahhkk...
Padahal dirinya sudah berusaha keras untuk melupakan perasaan itu, namun hanya dengan bertemu kembali dengannya sebelumnya perasaan yang sudah dirinya kubur jauh-jauh itu perlahan muncul.
Alena terlalu pusing untuk memikirkannya, jadi dia hanya segera berkata pada orang tuanya itu.
"Sungguh aku benar-benar tidak ingin membicarakan hal-hal itu,"
Acara sarapan itu, berlangsung dengan damai setelahnya.
Alena dan Julio, berangkat ke kampus bersama, dengan supir dan mobil yang sudah disiapkan sebelumnya.
Karena ini hari pertama, dan jadwal mereka masih sama jadi mereka kebetulan berangkat bersama.
Jika ini hari-hari biasa dan jadwal mereka berbeda, kita akan memiliki sopir masing-masing untuk mengurus urusan antar jemput sekolah.
Ada alasan, kenapa mereka memiliki supir, ini jelas untuk urusan keamanan, terlebih hal-hal yang sudah terjadi sebelumnya.
Supir mereka ini, cukup profesional dan tidak hanya sekedar supir, namun juga seorang pengawal yang akan menjaga keselamatan mereka yang sudah dilatih dengan baik untuk mengatasi hal-hal yang tidak terduga.
Terutama mengingat kejadian yang sebelumnya pernah menimpa Kakak Tertua mereka, Alexander Smith, yang dulu pernah terlibat suatu kecelakaan yang disengaja oleh seseorang.
Sangat beruntung Kakak tertua mereka selamat dari kecelakaan mengerikan itu, jadi sekarang Keluarga Smith, menjadi lebih hati-hati untuk menjaga keselamatan mereka.
Saat ini, Alena sudah tiba di tempat parkir kampus, dirinya segera berkisah dengan Kakaknya Julio.
Begitu, Alena berjalan menuju ke kelas, tiba-tiba dirinya bertemu dengan seseorang.
"Kak Alena? Kebetulan sekali kita bertemu di sini,"
"Itu benar,"
"Sebenarnya aku memiliki sesuatu yang ingin aku tanyakan pada Kak Alena, Apakah kakak memiliki waktu?"
"Hmm, Aku sebenarnya memang sengaja datang lebih awal ke kampus, masih cukup lama sampai kelasku dimulai, Apa yang ingin kamu tanyakan?"
"Bagaimana jika kita pergi ke hall dulu? Mengobrol di sana, yang ada tempat duduknya, aku rasa sedikit tidak nyaman berbicara di lorong seperti ini,"
"Tentu saja,"
Dua orang itu segera menuju ke arah hall kampus, di mana Di sana memang disediakan beberapa tempat duduk yang biasa digunakan oleh beberapa mahasiswa entah itu untuk duduk-duduk, untuk mengerjakan tugas atau hal-hal lainnya.
Vano mulai bertanya pada Alena, soal masalah laporan organisasi yang akan dia buat.
"Kak Alena, Aku sebenarnya sedikit tidak mengerti soal hal ini," kata Vano sambil menunjukkan laptopnya.
"Aku akan mencoba untuk menjelaskannya padamu,"
Di sana mereka berdua terlihat sedang mengobrol dengan serius, dan Alena benar-benar membantu Vano dengan baik.
Jika di lihat dari jauh, pose mereka saat ini, terlihat sangat dekat, apalagi Vano yang memang dari tadi mencoba mendekat kepada Alena.
Sampai tidak sengaja, ponsel yang ada di meja jatuh, dua orang itu segera menunduk dan mengambil ponsel Alena itu, namun segera tangan mereka saling bersentuhan ketika mengambilnya.
Jarak mereka begitu dekat, Vano yang menatap Alena, benar-benar tidak bisa mengalihkan tatapannya.
Alena yang tiba-tiba ditatap itu segera merasa sedikit canggung.
"Vano?"
Vano, segera berdiri dan berkata dengan canggung,
"Ah, Maaf Aku hanya ingin membantumu untuk mengambil ponsel itu,"
"Tidak apa-apa, terimakasih banyak,"
Setelah itu, sebagai salah satu ucapan terimakasih, Vano memberikan camilan biskuit coklat di tasnya.
Tanpa mereka berdua sadari, ternyata ada seseorang yang menatap kearah mereka berdua.
Itu adalah Sean yang kebetulan lewat karena ada urusan di ruang dosen.
Dia melihat bagaimana Alena yang sangat akrab dengan salah satu mahasiswa itu, dari jauh terlihat sekali seperti mereka berdua terlihat sangat mesra.
Sean tidak tahu kenapa dirinya begitu kesal ketika melihat itu.
Yah, sebenarnya dirinya dan Alena memang tidak memiliki hubungan apapun yang nyata.
Hanya saja, entah kenapa dirinya merasa terganggu.
Alena itu, ternyata dia sangat suka menggoda dengan pria, hah apakah itu kekasihnya atau sesuatu?
Padahal ini di kampus namun Gadis itu benar-benar tidak tahu malu dan saling menggoda seperti itu di tempat yang seharusnya digunakan untuk belajar.
Alena tentu tidak menyadari, jika ada seseorang yang menatapnya, sampai ketika dirinya berpisah dengan Vano, dan hendak menuju keruang kelas, dirinya tiba-tiba di hadang oleh Sean.
Alena tentu saja merasa sangat bingung ketika menata pemuda itu ada di depannya, bahkan sebelum Alena mulai bertanya, Sean sudah menyeretnya ke salah satu ruang kelas kosong yang ada di dekat situ.
"Apa-apaan sih kamu Sean?" Protes Alena, ketika dirinya mulai mencoba melepaskan genggaman tangan Sean itu.
"Aku tidak tahu bahwa ternyata kamu memiliki hobi untuk, mengoda Pria di kampus,"
Alena jelas tidak mengerti tentang omong kosong Pria itu.
"Apa-apaan sih kamu! Jangan berbicara sembarangan!!"
"Owh, benar ini mengigatkanku pada sesuatu, bahkan walaupun Pernikahan kita hanya dalam status, kamu sebaiknya tidak menjalin hubungan apapun ketika kamu menjadi Istriku,"
"Apa-apaan itu? Kenapa kamu menjadi tidak jelas seperti itu? jelas Apakah aku memiliki hubungan dengan orang lain atau tidak itu tidak ada hubungannya denganmu,"
Sean yang di tenang itu jelas segera marah, ya dirinya tidak pernah merasa direndahkan atau dilecehkan oleh seorang gadis seperti ini.
Alena, yang memang sudah lama sangat dirinya benci ini, sikap Arogan dan sombongnya ini jelas perlu sedikit diberi pelajaran.
Owh, benar juga sekarang Alena adalah Istrinya bukan?
Kalau dipikir lagi bukankah dirinya memiliki beberapa peluang untuk setidaknya membuat malu gadis ini?
Lagipula, dirinya bisa memanfaatkan status pernikahan yang saat ini mereka miliki.
Ini terlihat seperti sebuah ide yang bagus.
Sean segera menarik Alena kedalam pelukannya, lalu menciumnya secara paksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Dwi Winarni
awas bentar LG JD cinta loh
2023-05-15
0