Malam semakin larut. Pertemuan tak terduga antara Reka dan Raga membuat Reka sangat antusias. Dia tidak akan pernah melepaskan kesempatan emasnya ini.
"Reka, udah malem nih, pulang yuk ntar dicariin ama bokap lo" bisik Tasya
"Iya, bentaran napa" jawab Reka juga berbisik
"Bang Raga, kita mau pulang dulu" ucap Reka riang
"Hemmmm"
"Bang Raga, dulu kan kita tetangga, minta nomor Hp dong. Siapa tau Mamah kangen sama mamanya bang Raga kan" katanya sambil tersenyum
"Terus apa hubungannya sama nomor Hp gue ? lagian ngapa sih abang abang mulu, udah kayak jualan cilok gue" jawabnya ketus. Padahal dalam hati Raga dia sangat lega saat Reka meminta nomor telfonnya, itu artinya dia tidak usah repot-repot untuk mencari nomor gadis itu.
"Jangan galak-galak, ntar suka !" "Udah cepetan sini bang kasih nomornya" Pinta Reka dengan sedikit merengek
"Dasar tukang maksa. Mana sini Hp mu" ucapnya pura-pura malas
Dengan girang Reka menyerahkan Hpnya pada Raga. Reka masih memperhatikan saat Raga menuliskan nomor ponselnya.
"Awas kalo sampe ada yang tau nomor telfon gue, bakal gue pites lu" ujar Raga dengan wajah pura-pura garang
Reka hanya terkekeh menanggapi ucapan Raga. Lalu Reka dan Tasya pamitan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.
"Cielahhh di gombalin sama bocah ingusan aja sampe grogi kaya gitu" sindir Johan
"Siapa yang grogi ? ngarang lo" bantah Raga tegas
"Ya ya ya tuan Raga yang paling benar"
"Eh tapi seneng dong di mintain nomor sama bocil tadi" sindirnya lagi
"Udah udah males gue ngomong sama lo" Raga lalu beranjak dari tempat duduknya untuk segera pulang
Sepanjang perjalanan Raga nampak sangat bahagia. Jelas saja rona bahagia wajahnya tidak mampu dia sembunyikan, pasalnya baru beberapa menit Reka keluar dari cafe bocah itu sudah mengirimnya pesan singkat.
***
Tidak terasa sudah 2 bulan lebih dari pertemuan tidak terduga dicafe itu Reka dan Raga sering bertukar pesan. Eh tidak ! lebih tepatnya sudah 2 bulan lebih Reka sering mengganggu Raga. Bagaimana tidak, Reka selalu mengirimnya pesan, menanyakan kabar, menanyakan makanan. Sedangkan Raga membalas hanya sesekali saja. Meskipun begitu Raga sejujurnya bahagia karena paling tidak ada yang menjadi hiburannya saat jenuh.
Sampai di perkenalan mereka ke enam bulan, Reka masih sering mengirim pesan singkat untuk Raga. Bahkan terkadang dia melakukan video call, contohnya sekarang ini
"Hemmm ada apa ?" tanya Raga sambil memperlihatkan muka lelahnya
"Nggak papa, kangen aja pengen lihat bang Raga" ucap Reka tersenyum memperlihatkan giginya
"Kangen kok terus. Tiap ngirim pesan juga bilangnya kangen. Nggak bosen?"
"Nggak lah. Mana ada bosen sama bang Raga" Raga hanya bisa menahan senyumnya saat Reka bilang seperti itu
"Bang Raga, besok makan siang bareng yuk. masa kita nggak pernah ketemuan sih. Ayo dong, mau ya ?" bujuk Reka sambil tersenyum menaik turunkan alisnya
Raga pura-pura berpikir biar seolah-olah dia tidak begitu menginginkan
"Oke lah. besok tidak begitu sibuk dikantor"
"Besok aku tunggu dicafe yang dulu kita ketemu ya bang. Bye bye" Reka langsung mematikan ponselnya.
"Hei dasar bocah kurang ajar, sudah ku sanggupi makan siang langsung seenak jidatnya mematikan telfonnya" Raga mendegus kesal.
***
Jam makan siang..
Raga membereskan berkas dimejanya, karena dia sudah berjanji akan makan siang sama Reka.
"Mau kemana Pak" tanya Johan formal
"Mau makan siang. Tidak usah kamu antar, saya mau bertemu dengan teman saya" ujar Raga lalu Johan menganggukan kepalanya
"Alahh paling bertemu bocah ingusan itu. jangan lupa kau raja tega, aku ini teman mu jadi aku tau kau kan tidak punya teman dekat selain aku dan bocah ingusan itu" batin Johan
"Mendekatlah. Meskipun aku tidak bisa menjanjikanmu surga tetapi aku berjanji kau akan jadi pria paling bahagia saat kita bersama"~Reka
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Bambang Dwiatmojo
semangat thor
2020-06-11
0