Ayana kembali membonceng Wulan dengan motor matic nya. Sedangkan dua sales pakaian keliling tadi sudah tidak terlihat lagi. Entah masuk ke gang yang mana kedua sales itu tadi. Tapi jujur, Ayana sangat penasaran dengan sosok yang bernama Dimas. Apa benar pria itu tampan?
Tidak lama kemudian, Ayana sudah tiba di depan rumah Wulan. Rumah yang terlihat sederhana berlantai semen dengan beberapa macam bunga yang ditanam di depan rumah. Ini adalah pertama kalinya Ayana akan menginap di rumah Wulan. Sebelumnya, Ayana sudah menginap di beberapa rumah temannya. Ayana jarang pulang ke rumah karena kedua orang tuanya jarang di rumah. Mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing dan kurang memberi perhatian pada Ayana. Sehingga membuat Ayana lebih memilih menginap di rumah teman-temannya karena ingin merasakan bagaimana tinggal di sebuah keluarga yang harmonis.
"Ayo, masuk! Maaf, rumahku keadaannya seperti ini,"ujar Wulan yang takut jika Ayana tidak betah berada di rumah nya yang sederhana. Apalagi akan menginap seperti apa yang dikatakan oleh temannya itu.
"Nggak apa-apa,"sahut Ayana tersenyum lebar. Bagi Ayana, tidak masalah jika rumahnya sederhana, yang penting bersih dan rapi.
"Assalamu'alaikum! Bu, aku pulang!"ucap Wulan seraya masuk ke dalam rumah menggandeng Ayana.
"Wa'alaikumus salam!"sahut ibu Wulan dari dalam.
Wulan menghampiri ibunya yang berada di dapur, kemudian mencium punggung tangan wanita paruh baya itu. Ayana yang melihat hal itu pun mengikuti apa yang dilakukan oleh Wulan.
"Bu, aku pulang sama temanku. Kenalkan, namanya Ayana,"ujar Wulan pada ibunya seraya merangkul Ayana.
"Wahh.. teman kamu cantik sekali, Lan,"ujar Lastri ibu Wulan, tersenyum lebar menatap Ayana.
"Ibu terlalu memuji,"sahut Ayana tersenyum manis. Padahal sebenarnya gadis itu sangat senang saat Bu Lastri memujinya. Memang banyak cowok yang memuji kecantikannya. Tapi rasanya sangat berbeda jika yang memuji seorang ibu. Karena saat di rumah, mamanya tidak pernah memperhatikan dirinya, apalagi memujinya. Mama dan papanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga tidak punya waktu untuk Ayana.
"Bu, Ayana ingin menginap di rumah kita. Boleh, 'kan?"tanya Wulan pada ibunya.
"Tentu saja boleh. Tapi maaf, ya, nak! Rumah kami hanya rumah sederhana,"ujar Bu Lastri.
"Tidak apa-apa, Bu,"sahut Ayana tersenyum manis.
"Ya sudah, cepat ganti baju, cuci tangan dan kita makan bersama. Oh, ya. Nak Ayana bawa baju tidak? Kalau tidak, bisa pakai baju Wulan,"ujar Bu Lastri ramah.
"Bawa, kok, Bu. Panggil aja aku Ay, Bu,"sahut Ayana tersenyum manis.
"Ya sudah, cepat ganti baju dan makan. Kalian pasti sudah lapar,"ujar Bu Lastri ramah.
Ayana merasa senang dengan respon ibu Wulan yang nampaknya menerima kehadirannya di rumah itu dengan baik. Sudah sering Ayana menginap di rumah teman yang berbeda-beda. Namun dari sekian banyak ibu dari teman-temannya, Bu Lastri lah yang terlihat paling menyenangkan.
Ayana masuk kekamar Wulan yang sederhana. Ada ranjang yang tidak terlalu besar di ruangan itu, tapi mungkin cukup untuk mereka berdua tidur. Ada juga meja belajar sederhana di dalam kamar itu, dengan buku yang tersusun rapi.
"Ay, maaf, ya! Kamarku seperti ini. Kamar mandinya pun hanya ada satu di dekat dapur,"ujar Wulan yang takut Ayana merasa tidak nyaman.
"Nggak apa-apa. Santai aja,"sahut Ayana tersenyum tipis.
Setelah berganti pakaian dan mencuci tangan dan kaki mereka, kedua gadis itu pun makan bersama Bu Lastri. Bu Lastri sangat perduli pada Wulan dan juga Ayana, membuat Ayana merasa sangat senang. Walaupun lauk di meja yang dihidangkan oleh Bu Lastri hanya sayur, dan tahu tempe, tapi Ayana menikmati makan siangnya. Walaupun sederhana, masakan Bu Lastri terasa enak di lidah Ayana. Tidak seperti di rumah teman-temannya yang lain. Masakan Bu Lastri terasa cocok di lidah Ayana.
Selesai makan siang, Ayana membantu Wulan membereskan meja makan. Sedangkan Bu Lastri dan Wulan mencuci peralatan masak dan juga peralatan makan yang baru saja mereka pakai.
"Assalamu'alaikum!"terdengar suara pria dari pintu depan.
"Ay, tolong lihat, siapa di depan!"pinta Wulan yang masih mencuci piring.
"Oke,"sahut Ayana yang baru saja selesai membereskan meja makan, segera pergi ke pintu depan.
Ayana tidak melihat ada orang di depan pintu, karena pintu itu tidak ditutup. Gadis itu kemudian melihat ke depan dan tidak mendapati siapa pun, hingga akhirnya menoleh ke kursi teras.
"Tampannya!"gumam Ayana lirih saat melihat seorang pria tampan sedang duduk di kursi teras itu sambil membuka buku kecil. Pria dengan hidung mancung, bibir tebal tapi terlihat seksi, alis tebal dan kulit yang terlihat putih bersih. Ayana begitu mengagumi wajah tampan pria itu hingga terdiam terpaku di tempatnya berdiri.
"Siapa, Ay?"tanya Wulan yang tiba-tiba muncul membuat Ayana terkejut. Pria yang sedari tadi di perhatikan Ayana, pun menoleh.
"Ibunya ada, dek?"tanya pria itu terdengar ramah. Suara bariton pria itu terdengar lembut dan maskulin, tapi penuh wibawa.
"Eh, kak Dimas. Ada, kak. Sebentar, ya, kak!"ucap Wulan bergegas masuk ke dalam rumah untuk memberitahu ibunya.
"Iya,"sahut Dimas tersenyum tipis pada Wulan dan hanya melirik Ayana sekilas, kemudian kembali melihat buku catatan yang dibawanya mengacuhkan Ayana.
Mendengar Wulan memanggil pria itu dengan panggilan kak Dimas, Ayana pun mengernyitkan keningnya. Ayana melihat topi yang tergeletak di atas meja teras itu, dan juga beberapa daster serta kain penutup dada wanita disana. Kemudian Ayana melihat tas besar yang ada di lantai di sebelah kursi tempat pria yang bernama Dimas itu duduk.
"Ohh.. jadi kamu SPd tadi, ya? Sales Penjual daster,"ujar Ayana kemudian tertawa renyah. Entah mengapa, Ayana sangat senang mengolok-olok pria di depannya saat ini. Walaupun diakui Ayana, pria yang bernama Dimas itu memang tampan, bahkan sangat tampan. Benar kata Wulan, pria ini tidak kalah tampan dengan artis dari dalam maupun luar negeri.
Dimas nampak acuh tidak menanggapi kata-kata Ayana. Membuat gadis itu merasa kesal.
"Hei, aku bicara padamu!"cetus Ayana yang merasa tidak dianggap.
"Nak, Dimas. Maaf menunggu lama. Ini cicilan ibu bulan ini,"ujar Bu Lastri yang baru keluar dari dalam rumah diikuti Wulan, mengulurkan uang seratus lima puluh ribu pada Dimas.
"Ini pelunasan, ya, Bu. Apa ibu mau mengambil lagi. Saya bawa model daster yang baru, Bu. Bahannya lembut dan nyaman di pakai. Ini, warna ini cocok untuk ibu,"ujar Dimas menunjukkan daster batik berwarna coklat muda pada Bu Lastri.
"Wahh.. bagus sekali. Tapi ibu lagi butuh pakaian dalam, nak. Beli dasternya lain kali aja,"tolak Bu Lastri. Wanita paruh baya itu nampak tertarik dengan daster yang ditunjukkan oleh Dimas, tapi nampak masih ragu-ragu untuk membelinya.
"Ambil saja daster dan pakaian dalamnya sekaligus, Bu. Kalau nggak bisa bayar kontan, 'kan bisa di cicil. Oh, iya. Ibu mau beli pakaian dalam untuk ibu atau putri ibu?"tanya Dimas ramah.
"Buat ibu sama putri ibu,"sahut Bu Lastri.
"Sebentar,"sahut Dimas, mengambil pakaian dalam dari dalam tasnya.
"Memangnya kamu tahu berapa ukuran pakaian dalam Wulan dan ibunya Wulan?"tanya Ayana seraya memicingkan matanya. Teringat kata-kata Wulan yang mengatakan bahwa Dimas tahu semua ukuran pakaian konsumen nya. Dari pakaian luar sampai pakaian dalam.
"Tentu saja. Ukuran Bu Lastri 38 A dan XL. Ukuran putri nya, 34 A dan M,"ujar Dimas seraya memberikan pakaian dalam yang baru saja di ambilnya pada Bu Lastri,"Apa kamu juga ingin beli? Ukuran kamu 38 B dan L, 'kan?"tanya Dimas membuat Ayana melongo. Pria itu begitu lancar mengatakan berapa ukuran pakaian dalam Bu Lastri, Wulan dan dirinya.
"Nak Dimas memang tidak pernah salah saat menebak ukuran,"ujar Bu Lastri tertawa renyah.
...🌸❤️🌸...
.
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
hihi ..lucu cerita nya kak Nana @🌠Naπa Kiarra🍁
2024-08-03
1
nurjen
dim 🔅 aku maj kalau di raba batu bisa menerka /CoolGuy/
2023-11-19
2
Magfirah 0031
🤣🤣🤣🤣🤣
2023-10-23
0