Hilda berjalan menuju kamar Ayana. Wanita paruh baya yang merupakan ibu dari Ayana itu masih terlihat cantik dengan kulit dan tubuh yang terawat. Wanita itu nampak anggun dengan gaun berwarna merah maroon yang kontras dengan kulitnya yang putih bersih.
"Ceklek"Hilda membuka pintu kamar putrinya.
"Apa sudah siap?"tanya Hilda kemudian memperhatikan putrinya.
"Sudah siap, nyonya,"sahut kedua orang ART yang dibantu seorang MUA untuk mendandani Ayana.
"Lumayan,"ucap Hilda menatap ke arah putrinya yang mengenakan baju berwarna merah maroon sama seperti dirinya, namun dengan desain yang berbeda.
"Ma, sebenarnya ada acara apa hari ini?"tanya Ayana yang dari tadi sudah sangat penasaran.
"Acara pertunangan kakak kamu,"jawab Hilda seraya merapikan pakaian Ayana.
"Pertunangan kakak?"tanya Ayana. Ayana memang jarang bertemu dengan keluarganya termasuk kakaknya. Papanya sibuk menggembleng kakaknya sebagai penerus perusahaan.Mamanya sibuk di butik dan dunia sosialita nya. Hari-hari mereka dilewati dengan kesibukan masing-masing. Jarang sekali makan dan berkumpul bersama keluarga. Lebih sering makan dengan klien dan teman dari pada makan dengan keluarga. Bahkan jarang pulang ke rumah. Entah tidur dimana mereka bertiga, Ayana pun tidak tahu.
"Iya. Kakakmu menyukai sekretarisnya sendiri. Karena gadis itu adalah gadis yang cantik dan cerdas, maka mama dan papa merestui mereka. Oh ya, nanti akan banyak tamu dari kalangan pebisnis. Mama akan mengenalkan kamu dengan beberapa orang pebisnis muda dan juga putra para pebisnis yang akan hadir nanti. Bersikaplah sebaik mungkin! Siapa tahu ada satu diantara para pebisnis atau putra pebisnis yang suka sama kamu. Dengan kecantikan kamu, mama yakin, akan ada banyak pria yang menyukai kamu dan bersedia menikahi kamu,"ujar Hilda panjang lebar.
"Mama jangan bercanda! Aku masih sekolah, ma,"protes Ayana yang terkejut mendengar penuturan mamanya.
"Tentu saja mama tidak bercanda. Jika kamu bisa menikah dengan salah satu dari para pebisnis itu, akan ada kesempatan untuk bekerja sama dengan perusahaan mereka dan menjadikan perusahaan kita lebih besar lagi,"ujar Hilda.
"Apa hanya uang yang ada dalam pikiran mama dan papa? Mama dan papa selalu sibuk mencari uang tanpa memberikan perhatian padaku. Bahkan selama satu bulan aku tidak pulang pun, mama dan papa tidak menanyakan kabarku, apalagi mencari aku. Dan tiba-tiba mama menyuruh aku pulang hanya untuk diperlihatkan pada para pria. Agar perusahaan semakin besar. Apa aku tidak ada artinya bagi kalian?"cecar Ayana dengan mata yang berkaca-kaca. Orang tuanya ingin memanfaatkan dirinya agar perusahaan mereka bertambah besar. Apa kedua orang tuanya mengganggap dirinya adalah aset yang bisa digunakan untuk mencari keuntungan? Itulah yang ada di otak Ayana.
"Kamu menurut saja apa kata mama. Kami memang terlalu sibuk hingga kurang perhatian padamu. Tapi jika kamu bisa bertunangan dengan salah satu pebisnis yang hadir nanti, kamu akan mendapat perhatian dari tunangan kamu nanti,"ujar Hilda mencoba membujuk Ayana.
"Aku tidak mau! Aku akan pergi dari rumah ini!"tolak Ayana terang-terangan. Merasa kesal dengan mamanya. Beranjak ingin keluar dari kamar itu. Namun Hilda langsung menahannya.
"Jika kamu tidak mau, mama dan papa akan mencabut semua fasilitas kamu. Kamu akan sekolah diantar dan di jemput supir. Kamu akan membawa bekal dari rumah, karena mama akan mengambil kartu ATM kamu dan tidak akan memberikan uang jajan sepeser pun padamu. Kamu masih berani menolak untuk bertemu dengan para pebisnis itu?"ancam Hilda.
"Terserah! Aku tidak mau tinggal di sini lagi,"ketus Ayana berusaha melepaskan tangannya yang dipegang oleh mamanya.
"Kamu ingin kembali ke rumah teman kamu itu? Apa kamu pikir mereka akan tetap memperlakukan kamu dengan baik jika kamu tidak memberikan apapun pada mereka? Apa kamu pikir mereka akan mengijinkan kamu tinggal secara cuma-cuma dengan mereka? Kamu tahu sendiri jika mereka itu hidup pas-pasan. Apa kamu pikir mereka akan mau menerima kamu dan memberikan makanan dan tempat tinggal gratis padamu?"cecar Hilda membuat Ayana terdiam. Hilda memang sengaja menyuruh orang untuk mengawasi putrinya dari jauh. Karena itulah Hilda tidak pernah menanyakan kabar Ayana. Karena orang suruhan nya selalu melaporkan kegiatan Ayana.
Ayana diam mematung Jika Hilda mengambil semua fasilitasnya, tidak mungkin dirinya akan kembali ke rumah Wulan. Mana mungkin dirinya akan makan dan tinggal dirumah temannya itu tanpa memberikan apapun? Sedangkan Ayana tahu jika keluarga itu hidup sederhana dengan uang pas-pasan. Bahkan seringkali kali Ayana melihat Bu Lastri mencuci dan menyetrika baju beberapa orang tetangga.
"Ayo keluar! Jika ada salah satu pebisnis yang menyukai kamu, maka kamu akan ditunangkan dengan dia. Berprilaku lah yang baik! Jika kamu sengaja memberikan kesan buruk pada calon para pebisnis itu, mama benar-benar akan mencabut semua fasilitas mu!" ancam Hilda kembali menarik tangan Ayana.
"Kenapa tidak kakak saja yang menikah dengan salah satu putri para pebisnis itu agar perusahaan kita semakin besar. Kenapa harus aku?"protes Ayana.
Ayana merasa kedua orang tuanya pilih kasih. Mereka selalu mengutamakan dan menuruti apapun keinginan kakaknya. Tapi selalu mengabaikan keinginan nya.
"Kakak mu sudah bekerja keras untuk menjadi penerus perusahaan. Dia menghabiskan waktunya untuk belajar dan bekerja. Tidak seperti kamu yang kerjanya hanya keluyuran nggak jelas. Kami sekolahkan di sekolah yang bagus malah pindah ke sekolah biasa. Kami suruh les piano, balet, les etika, les bahasa, tapi kamu malah tidak mau. Dan memilih tinggal dengan orang-orang miskin itu. Lalu apa yang bisa mama dan papa andalkan dari kamu?"cecar Hilda merasa jengkel pada putrinya itu.
"Aku hanya ingin perhatian dari mama dan papa. Apa itu salah?"tanya Ayana dengan mata yang berkaca-kaca.
"Perhatian apa lagi yang kamu inginkan? Kami sudah mencukupi semua kebutuhan kamu. Apa itu masih kurang? Jika kami tidak bekerja siang dan malam, apa kamu pikir kamu bisa mendapatkan apa yang mama dan papa berikan padamu saat ini? Mama dan papa bahkan tidak punya waktu berlibur agar semua kebutuhan kamu tercukupi. Kamu malah masih banyak tingkah mau ini dan itu. Sudah! Jangan membuat mama jadi tambah marah! Turuti apa kata mama jika kamu tidak mau mama kurung,"sergah Hilda.
Hilda kembali menarik tangan Ayana keluar dari kamar. Tanpa mengatakan apapun lagi, Ayana mengikuti langkah kaki mamanya keluar dari dalam kamar itu. Keduanya pun menghampiri Nando, kakak Ayana.
"Sapa kakakmu dan calon kakak iparmu!"ucap Hilda pada Ayana.
"Apa kabar, kak?"sapa Ayana pada kakaknya.
"Oh, ternyata kamu, Apa kamu masih ingat kalau punya rumah?"tanya Nando kemudian terkekeh. Membuat Ayana mendengus kesal.
"Aku kira kakak sudah lupa kalau punya adik,"sahut Ayana sinis.
"Aku cuma tidak mau mengingat kalau punya adik badung. Oh ya, kenalkan, ini adalah Bening, calon kakak ipar kamu,"ucap Nando seraya merangkul wanita cantik di sebelahnya.
"Halo! Aku Bening,"ucap Bening mengulurkan tangannya pada Ayana dengan senyuman manis dan ramah.
"Aku Ayana. Wajah Kakak memang bening, cocok sama nama kakak,"ucap Ayana terkekeh kecil.
"Ya, iya lah! Memangnya kamu, cuma muka aja yang bening. Tapi tidak dengan otak kamu,"cibir Nando membuat Ayana mencebikkan bibirnya.
"Sudah! Ayo kita segera mulai acaranya. Setelah itu mama akan mengenalkan Ayana pada pria pebisnis muda yang hadir di sini,"ujar Hilda.
"Nggak usah terlalu memilih, ma. Yang penting kaya. Orang cuma modal tampang doang kayak gitu. Ayana nggak punya kelebihan apapun selain mukanya yang cantik. Sukur-sukur kalau ada yang mau,"sindir Nando memandang remeh adiknya sendiri.
"Lihat saja! Aku akan mempunyai suami yang lebih pintar dan dan lebih tampan dari kakak,"ketus Ayana dengan hati dongkol.
"Oh ya? Kita lihat saja nanti,"tantang Nando, tersenyum miring menaikkan sebelah alisnya.
...🌸❤️🌸...
.
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
Waris panca Kumala
beruntunglah saya yang hidup berkecukupan dan perhatian
2023-07-25
3
yesi yuniar
secara tidak langsung ayana mau dibarter sama mamanya 🤦♀️🤭
2023-02-13
5
KOHAPU
bening mantannya Dimas
2023-02-11
2