Tercium aroma gosong yang keluar dari dalam dapur. Leonel menaikkan alisnya ketika menapakkan kakinya di tangga terakhir paling bawah. Dia menoleh ke arah dapur yang tidak memiliki pintu.
Apakah gadis itu membuat dapur hingga terbakar. Kenapa baunya sangat gosong?
Saat ini Alina sudah selesai menyajikan makanan lalu keluar dari dapur berniat memanggil Leonel dan mengajaknyanya untuk sarapan bersama. Namun langkahnya terhenti di ambang pintu ketika melihat Leonel yang tengah berdiri di tangga dengan wajah datar tengah memandangnya.
"Sarapan sudah siap. Apakah kau akan makan?" Tanya Alina dengan perasaan campur aduk. Dia memaksakan senyuman di wajahnya.
Leonel segera memandangnya lalu mengangguk samar. "Ya."
Alina berbalik dan pergi ke area ruang makan, di belakang Leonel mengikuti dan masuk ke area meja makan.
Alina secara naluriah menarik kursi memudahkan Leonel untuk duduk. Kemudian menggeser kursi di paling ujung untuk dirinya sendiri.
Leonel merasa senang ketika semua sarapannya disiapkan oleh Alina. Tentu saja gadis itu sangat patuh dengan perjanjian semalam.
"Ini pertama kalinya aku memasak. Mungkin tak seenak masakan bik Muna." ucap Alina menjelaskan.
Ketika Leonel melihat isi piring itu, ia tertegun sejenak. Makanan ini sangat gosong. Bahkan kucing juga tidak akan mau memakannya.
"Makanlah." Alina berbicara memandang Leonel dengan mata berbinar. Demi tidak memumuskan harapannya Leonel mengambil sendok dan garpu. Bibirnya cemberut sambil membolak balik makanan itu. Dia melirik Alina yang tetap memandangnya. Jadi ia terpaksa memakan makanan itu ke dalam mulutnya.
Alina sangat bersemangat dan segera bertanya. "Enak tidak."
Leonel mengerutkan wajahnya karena rasa pahit menyelimuti lidahnya. Dia hampir tidak bisa berkata. Namun demi menyenangkan hatinya Leonel mengangguk dengan yakin.
"Enak sekali." Jawabnya dengan memandang Alina, ia memaksakan senyum tipis dan memperlihatkan giginya.
"Haha," Alina tertawa kemudian meminum susunya segelas langsung tandas. Setelah susunya habis, dia meletakkan gelas susunya di atas meja dan melipat kedua tangannya di atas meja.
"Karena kau sudah selesai sarapan pergilah bekerja dengan hati hati, oke. Aku sedang ada tugas. Bik muna tidak ada dirumah tentu saja aku harus menyiram bunga di taman." Ucap Alina dengan mengangkat bahunya. Setelah itu ia beranjak pergi.
Setelah Alina sudah tidak nampak pada pandangannya, Leonel hampir memuntahkan isi perutnya. Dia sangat mual ketika rasa makanan ini benar benar pahit. Demi mengobati rasa pahit itu langsung melahap jus jerus hingga tandas. Lalu mengambil tisu dan mengelap sudut mulutnya.
Apakah dia ingin membunuhnya dengan memberi makanan seperti ini.
Leonel hanya mampu menghela nafas.
Tampak sebuah mobil Bentley melintas, Alina tidak menghiraukan mobil hitam itu. Ia hanya fokus dengan menyiram bunga di taman dengan headseat di kupingnya. Dalam keceriaannya ia menyanyi dengan suara keras.
Leonel berdiri di ambang pintu ketika Nathan sudah datang sambil membukakan pintu. Nathan segera mempersilahkan Leonel untuk masuk ke dalam mobil.
Mobil bergegas melaju melingkari taman dengan perlahan. Leonel membuka jendela kaca kala mobil itu melewati Alina yang sedang bernyanyi. Tanpa sadar sudut mulut Leonel berkedut. Dia secara naluriah tersenyum tipis.
Apa yang sedang di lakukan wanita itu? Dia benar benar menggemaskan!
Alina bernyanyi dengan tubuhnya bergoyang goyang, lalu memercikkan air hingga basah ke arah dedauan. Kemudian bergoyang memutar seolah selang air itu adalah pasangannya. Dia benar benar tidak tau jika saat ini di perhatikan oleh Leonel.
"Sepertinya nyonya sangat bahagia ketika tuan kembali." Suara Nathan membuyarkan pandangan Leonel. Leonel menarik pikirannya dan kembali ke wajah yang serius.
"Menyetirlah dengan baik." Ucap Leonel dengan dingin.
Nathan pun terdiam dan tidak berani berkomentar apapun. Sangat jelas saat ini Leonel sedang tidak dalam keadaan baik. Nathan meluruskan pandangannya dan fokus pada jalanan di depannya juga tidak berani bersuara lagi.
Mobil Bentley melaju membelah jalanan kota yang ramai. Di dalam mobil itu dua manusia saling terdiam. Mereka tenggelam dalam pemikiran masing masing hingga tak terasa mobil mereka telah sampai di pelataran perusahaan Louis Group.
Leonel secara resmi menjabat sebagai CEO di perusahaan group Louis, tentu saja pagi ini ada penyambutan. Semua direktur telah berjajar rapi menunggunya di depan pintu. Tepat ketika mobil Bentley sudah terlihat, Mereka bergegas merapikan barisan mereka dan suasana menjadi hening.
Para karyawan yang berdatangan segera menyingkir.
Mobil hitam bentley terhenti di depan pintu utama. Nathan segera membuka pintu mobil. Leonel melirik sekilas para direktur itu lalu mengernyitkan kening.
Perusahaan ini adalah perusahaan besar, dan mereka telah bekerja keras selama bertahun tahun demi perusahaan ini semakin besar. Jadi mereka harus melakukan penyambutan kepada ceo mereka agar kelak mereka tetap bekerja sama.
Leonel menurunkan kakinya, berdiri tegap dan mulai memasuki pintu utama. Saat itu para direktur langsung menunduk hormat dan mengucapkan selamat datang dan selamat pagi secara serentak.
Leonel merasa terhormat telah diperlakukan seperti ini dan dia tidak bisa jauh dari wajah dingin dan arogan sebelumnya jadi ia hanya sekilas mengangguk dan melewatinya dengan langkah tegap dan mantap.
Sampai di ruangan, ia menghadapi satu persatu permasalahan yang ada pada perusahaan. Dia dengan serius menangani hal itu. Tanpa sadar waktu berangsur angsur semakin siang. Dia tidak sadar sudah berapa lama duduk di sana dengan kepala menunduk.
Dia merenggangkan kepalanya dan bersandar pada sandaran kursi. Dia melihat jam pada pergelangan tangannya. Ternyata sudah 6 jam lebih dia melewatkan waktu. Tepat saat itu sebuah panggilan masuk. Dia melirik dan melihat nama Alina berada di papapn layar utama.
Hatinya merasa gembira. Dia segera mengangkatnya. "Halo."
"Leonel, siang ini mau makan di rumah tidak? aku sudah menyiapkan makan siang di rumah." tanya Alina dengan suara tergesa.
Leonel teringat kala tadi pagi dia hampir dibunuh dengan makanan gosong. Kali ini apa yang wanita itu lakukan lagi. Oh tidak! Jangan sampai rumahnya hangus karena perbuatan wanita itu.
Tiba tiba selera makan Leonel berkurang. Dia tidak berselera sama sekali. "Tidak perlu. Kau makanlah sendiri. Nanti malam aku akan pulang terlambat."
"Yah sudah. Aku akan menghabiskannya sendiri." jawab Alina kemudian menutup telepon. Leonel mengerutkan dahinya. Dia yang memaksanya untuk melakukan sesuatu dengan makanan. Alina juga merupakan gadis yang penurut. Meskipun gadis itu tidak bisa memasak, tetapi ia sudah berusaha keras untuk menuruti keinginan Leonel.
Keinginan Leonel ketika sudah menikah adalah ingin memiliki rumah tangga yang bahagia, semua di layani oleh istrinya baik berupa makanan atau apapun. Jadi dia memaksa Alina untuk memasakan makanan untuknya.
Namun tak di sangka, keahlian Alina dalam memasak sangat payah.
...----------------...
Sepanjang hari ini, Alina menganggur dengan perasaan bosan. Ketika disiang hari, dia tidak melakukan apapun lagi. Dia hanya menonton televisi sepanjang siang. Ketika jam makan siang tiba. Dia teringat jika harus menyiapkan makanan untuk Leonel.
Karena dia tidak bisa memasak lebih baik. dia memesankan makanan ala turki. Setelah makanan datang, dia menyiapkannya di atas meja. Setelah itu dia menelepon Leonel, ternyata Leonel tidak pulang karena dia harus sibuk bekerja.
Akhirnya dia memakan makanan itu sendirian. Sementara bagian Leonel ia simpan di dalam kulkas. Seusai makan, dia kembali ke hadapan televisi dan menonton tivi.
Sepanjang hari ini, sudah berapa kali ia mengecek pesan email yang masuk. Namun harapannya itu tidak ada sama sekali, dia tidak mendapatkan pesan email apapun dari perusahaan yang sudah ia masukkan cv lamaran kerja. Ternyata begitu sulit mencari pekerjaan.
Alina mendesah pelan dan keluar dari laman. Ia membuka aplikasi lainnya dan menonton drama korea. Lalu mematikan televisi.
Tanpa terasa, dia menghabiskan waktu enam jam untuk melihat drakor. Dia menghentikan tontonannya pada episode 15 masih ada banyak episode lagi yang harus ia tonton.
Dia menoleh ke arah luar, ternyata hari sudah semakin gelap. Dia beranjak dari sofa dan menyalakan lampu sehingga ruangan menjadi terang. Lalu membawa laptopnya ke kamar. Meletakkannya di atas meja dan dia sendiri menyegarkan tubuhnya.
Leonel melihat jam pada pergelangan tangannya ternyata sudah jam 7 malam. Dia sudah merasa jenuh berada di kantor seharian ini. Tiba tiba, dia ingin cepat pulang. Jadi ia menyelesaikan pekerjaan terakhirnya dan pulang.
Setengah jam berlalu. Mobil yang ditumpangi Leonel telah tiba di perumahan di pusat kota metro. Nathan segera membuka pintu mobil memudahkan Leonel keluar.
Leonel bergegas keluar, menyampirkan jas hitamnya di lengannya. Sementara Nathan di belakang membawa tas kerja dan meletakkannya di ruang kerja. Dan Leonel sendiri masuk ke dalam kamar utama.
Alina saat itu baru selesai mandi. Dia teringat jika malam ini Leonel akan pulang terlambat. Dia bermaksud untuk memesan makanan saja melalui aplikasi go food. Jadi selesai mandi ia bersandar pada papan ranjang tidak menyadari jika handuk kimono yang ia pakai bagian bawahnya menyibak ke atas hingga bagian pahanya terekspos begitu nyata. Sementara bagian dadanya terlihat sangat menonjol dan terlihat agak ke bawah.
Ceklek
Saat membuka pintu, Leonel tertegun sejenak melihat penampilan Alina yang masih mengenakan handuk kimono. Tiba tiba pikiran mesum merasuki tubuhnya.
Pandangan mereka saling terpaku satu sama lain. Untuk sesaat Alina juga merasa terkejut dengan kedatangan Leonel yang tiba tiba. Dia bahkan tidak bisa merespon dengan cepat melalui otaknya.
Leonel segera tersadar akan bayangannya, dia berjalan selangkah demi selangkah dan pandangan Alina mengikuti alur Leonel yang mendekati. Ketika wajah Leonel sudah berada lima senti dengan jarak pada wajahnya ia tersadar.
"Kamu!" Dia mengulurkan tangannya hendak mendorong dada Leonel tetapi Leonel dengan cepat mendorongnya hingga jatuh ke atas ranjang.
Leonel membungkam bibirnya dengan bibir tipisnya. Leonel sudah tidak bisa menahan hasratnya ketika melihat Alina yang begitu seksi mengenakan handuk kimono. Dia membayangkan segala keseksiannya di balik handuk itu. Dia bergegas pergi ke sana dan menerkamnya.
Leonel tidak memberikan ruang ataupun kesempatan kepada Alina untuk bebas. Dia terus menghirup bagian bibir dan leher Alina secara bergantian. Dia memberikan kecupan kecupan kecil pada bagian dada dan lehernya hingga tubuhnya yang putih seketika memerah.
Dia terus menghujami berbagai kecupan tanpa sisa. Bahkan tidak memberikan Alina ruang untuk menolak ataupun berbicara. Tanpa sadar Alina juga mengimbangi tindakan Leonel. Dia mengeluarkan ******* yang begitu erotis sehingga Leonel semakin bersemangat untuk melanjutkan aksinya.
Satu jam kemudian
Leonel merasakan kelelahan setelah olahraga malam yang dilakukannya dengan Alina. Dia berguling ke samping dengan wajah yanh lelah. Alina melihat ke samping, wajah Leonel tampak terlihat berkeringat basah.
Leonel bernafas naik turun namun juga bahagia. Dia tau saat ini dia sedang dipandang oleh Alina. Ia segera menoleh menyamping.
"Leonel. Kau mengingkari perjanjian itu." Dia memarahinya dengan bibir cemberut. Saat ini tubuh mereka telah tertutupi dengan selimut.
"Aku sudah bilang padamu, aku tidak menjamin bisa menahan hasratku ketika aku khilaf. Jadi katakanlah saat ini aku sedang khilaf." Ujar Leonel.
Kemudian Leonel bergegas bangun dan masuk ke dalam kamar mandi.
Pandangan Alina menjadi kosong kala Leonel sudah tidak berada dihadapannya lagi.
"Sialan." Alina berseru marah dan memandang pintu kamar mandi yang tertutup.
Tubuh Alina remuk redam setelah melakukan aktivitas itu. Dia berusaha menggerakkan badannya ingin bangun. Tetapi sangat sulit karena bagian pangkal pahanya masih terasa perih. Dia baru saja mandi dan karena ulah Leonel ia harus mandi lagi.
Sepuluh menit berlalu hampir lima belas menit. Leonel telah selesai mandi dan keluar. Saat memandang ke atas ranjang. Dia merasa kasihan kepada Alina yang sangat kesusahan untuk bangun. Dia bergegas ke sana dan mengangkat tubuh Alina yang menurutnya sangat ringan seperti kapas.
Alina sangat terkejut ketika tubuhnya tiba tiba terbang ke udara. "Leonel. Apa yang kau lakukan? Segera turunkan."
"Diamlah, jika tidak. Aku akan menghabisimu lagi." Ucapnya dengan datar.
Alina mengatupkan giginya dengan kesal. Leonel membawa tubuh Alina masuk ke dalam kamar mandi dan mendudukkannya di atas toilet duduk. Kemudian ia mengisi bak dengan air hangat lalu memberinya aroma sabun ke dalamnya.
Setelah itu, ia kembali ke hadapan Alina dan membawanya ke bak.
Alina memandangnya dengan perasaan aneh. Pria ini dulu mengabaikannya tetapi sekarang pria ini sangat perduli. Saat memikirkan hal ini Leonel telah menghilang dari hadapannya dan ia menatap pintu kamar mandi telah ditutup. Dia menghela nafas dan merasakan air hangat yang menyalur pada seluruh tubuhnya. Dia pun menikmati kehangatan air ini dan berendam sejenak untuk menghilangkan rasa lelahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 13 Episodes
Comments
Mulianti Mulianti
semoga jd cinta
2023-02-06
0
Sunenti Kamalia
roman2nya benih2 cinta mulai tumbuh nih,,ceritanya bagus q harap jangan ada pelakor d antara mereka😁
2023-02-06
0