Leonel bersiul kala menuruni tangga. Awalnya dia berniat untuk membuat makan malam. Dia juga merasa lapar setelah berolahraga. Dia juga tak ingin memakan makanan beracun yang di masakkan oleh istrinya. Lagi pula Alina pasti merasa lelah telah melakukan aktivitas itu. Jadi dia berinisiatif untuk membuay makanan. Lagi pula Alina pasti tidak mempunyai cukup tenaga untuk memasak.
Namun langkahnya terhenti ketika ada yang membunyikan bel pintu. Dia mengernyitkan keningnya untuk memikirkan siapa yang bertamu di jam seperti ini.
Leonel pergi ke arah pintu utama dan membuka kan pintu. Ternyata si tamu adalah seorang pengantar makanan.
"Benarkan ini rumah nona Fabianto?" tanya sang pengantar makanan sambil melihat jelas alamat yang ia tuju.
"Ya benar."
Sang pengantar makanan itu lantas tersenyum sempringah. "Ini makanan yang dia pesan atas nama Nona Fabianto dan ini tagihannya." Kurir itu memberikan keduanya kepada Leonel.
Leonel segera mengambil makanan itu pada satu tangannya lalu mengambil uang dari dalam dompet yang ia keluarkan dari dalam saku celananya.
"Berapa tagihannya?"
"Sekitar 169 ribu." leonel menarik dua uang kertas berwarna merah itu dan memberikannya kepada kurir didepannya.
"Ambil saja kembaliannya." Leonel sebelum berbalik pergi segera melanjutkan perkataannya.
Kurir itu langsung bersemangat. "Terima kasih tuan." Kurir itu belum selesai berucap namun Leonel sudah menutup pintu dan membawa makanan itu ke dalam rumah.
Wajah kurir itu membeku di depan pintu. Dia hanya ingin melanjutkan 'Lain kali memesanlah di restoran kami lagi.' tapi itu hanya tersangkut ditenggorokan. Tetapi ia tetap bersemangat telah mendapatkan uang kembalian itu masuk ke dalam kantongnya. Sementara 169 ribu itu harus masuk ke dalam keuangan kantor.
...****************...
Alina baru saja selesai mandi dan berganti pakaian. Beberapa saat kemudian ia melihat Leonel datang dengan membawa sebuah bingkisan.
"Ayo kita makan, kau pasti kehabisan tenaga kan." Leonel meletakkan dua porsi makanan ala KFC itu di atas meja. Alina tadi sudah memesan makanan melalui gofood mungkin makanan itu telah datang.
"Itu karena kau." Alina menuduhnya dengan cemberut. Namun Leonel menanganggapinya dengan acuh tak acuh. Dia meletakkan dua piring di sana Lalu duduk dengan arogan.
"Sudahlah! Cepatlah makan. Kau selalu saja berisik." Leonel membuka kedua kardus kecil itu dan memindahkan satu persatu ke atas piring.
Alina juga sebenarnya merasa lapar hanya saja dia butuh pil untuk menghentikan kehamilan. Untung saja setelah hari di mana ia dan Leonel melakukannya ia langsung pergi ke apotek dan membeli pil itu. Dia bergegas pergi ke tepian ranjang dan membuka laci.
Ketika Leonel selesai menata makanan itu, ia tidak menemukan Alina jadi ia mendongakkan wajahnya.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau sakit sampai harus meminum pil."
Leonel menangkap Alina yang sedang menelan pil. Jadi ia segera bertanya.
Selesai menelan pil dan minum air, Alina menjawabnya. "Menurutmu apa yang membuatku sakit saat bersamamu?"
Alis Leonel bertaut.
"Aku minum pil untuk mencegah kehamilan."
Wajah Leonel langsung menhitam. Dia mengepalkan tangannya dengan erat bahkan urat di tangannya menonjol.
"Apa maksudmu dengan meminum pil itu? Apa kau tidak mau mengandung anakku?" tanya Leonel dengan rahang yang mengetat.
"Leonel! Sedari awal pernikahan kita adalah pernikahan bisnis. Kau bisa saja mengusirku. Sedangkan aku harus menanggung semua perlakuanmu dengan membawa anak ini keluar. Dan saat ini aku juga sedang mencari bukti bahwa kau di luar sudah beristri bahkan memiliki anak. Aku tidak ingin nasibku sama dengan mereka."
Brak!
Alina terkejut kala terdengar suara membentur meja. Ia menaikkan pandangannya dan memandang Leonel. Wajah Leonel merah padam karena amarah. Lalu membalikkan meja itu ke lantai hingga makanan yang telah ia tata rapi harus berceceran ke lantai.
Alina tertegun sesaat dan kemudian wajahnya berubah ketakutan.
Leonel beranjak dari duduknya dan kemudian dengan langkah tergesa keluar dari kamar. Alina menatap linglung dengan kepergian Leonel.
Apakah dia salah jika berkata demikian?
Alina selama bertahun tahun telah diabaikan. Demi mendapat surat perceraian, ia melakukan banyak hal. Ketika dia mendengar Leonel sering bersama wanita lain di luar hatinya terasa sedih juga sangat sakit.
Namun Leonel masih tak mau melepaskannya.
Alina merasa menjadi sebuah boneka ketika berada di samping Leonel. Lelaki itu selalu bertindak sesuka hatinya dan tidak bisa menepati janjinya. Jadi ia harus menahan dirinya untuk tidak mengandung anak Leonel lagi pula, Leonel belum tentu mencintainya.
Sifatnya yang selalu bermain wanita tidak bisa di rubah. Lagi pula Leonel melakukannya juga bukan karena khilaf. Alina dapat melihat jika Leonel juga tidak mabuk.Tetapi dia melakukannya karena sengaja.
Ada kabut yang terpancar pada matanya yang bening. Lalu memandang kosong pada makanan yang berserakan di lantai. Dia beranjak dari tempatnya duduk dan memunguti makanan itu ke dalam tempat sampah.
Terdengar suara deru mobil pergi keluar. Alina menebak jika saat ini Leonel sedang marah dan pergi meninggalkannya.
Alina tidak terlalu menghiraukannya. Dia mengambil pecahan piring itu dan tanpa sengaja mengenai ujung jarinya.
"Ah." Alina menarik jarinya dan menghisap darah itu ke dalam mulutnya.
Dia segera mencari kotak p3k. Setelah menemukannya ia membalut jarinya dengan plester. Kemudian ia lanjut membereskannya dengan sapu dan membawanya keluar kamar.
Di rumah yang besar ini tampak sepi. Tidak ada orang lagi selain dirinya dan kedua satpam yang berjaga di luar.
Saat ini sudah jam 10 malam. Dia pergi ke dapur dan membuka kulkas. Di dalam sana ada berbagai bahan dapur. hanya saja dia tidak tau cara mengolahnya. Dia mengobrak abrik bahan yang ada di kulkas berharap menemukan makanan lain. Tetapi dia tidak menemukan apapun selain sayuran dan buah buahan.
Dia mendesah pelan. Andai saja dulu dia tidak mendengarkan perkataan ayahnya yang harus belajar dan belajar. Setidaknya dia bisa melakukan sebagian waktunya untuk melakukan hal lain untuk mengenal cara memasak. Kali ini dia susah sendiri. Dia juga sudah merasa kelaparan.
Dia berniat pergi keluar untuk mencari makanan. ia pun kembali ke kamarnya mengambil dompet dan jaket. Setelah selesai bersiap ia pun menuruni tangga.
"Kau mau kemana?" Terdengar suara yang familiar dari arah ruangan tengah.
Alina tertegun dan seketika menghentikan langkahnya ketika berada seperempat tangga bawah.
"Aku lapar, jadi akan pergi untuk mencari makan." jawab Alina lalu melanjutkan langkahnya kebawah.
"Tidak perlu! Aku sudah membeli makanan ala chines." Ucap Leonel.
Ia membawa sebuah bingkisan masuk ke dalam ruang makan. Kemudian meletakkan bingkisan itu ke atas meja. Alina mengikutinya masuk ke ruang makan dengan tatapan heran.
Mungkinkah dia pergi tadi merasa bersalah karena sudah menumpahkan makanan itu ke lantai? jadi ia bergegas pergi dan menggantinya dengan makanan lain?
"Kenapa berdiri, duduklah." Leonel keluar dengan peralatan makan di tangannya. Meletakkan piring ke atas meja dan menuangkan makanan itu.
Gerakan tangan Leonel begitu luwes dan cepat. Tanpa sadar,semua makanan itu telah tertata rapi ke dalam piring dan meletakkannya ke sampingnya.
Dia segera menggeser kursi untuk memudahkan Alina duduk. Lalu dengan pandangannya, ia mengisyaratkan Alina untuk duduk di sana. Alina dengan takut mengikuti isyarat dari tatapannya. Ia pun duduk di kursi samping Leonel. Sementara Leonel duduk pada kursi kepala keluarga.
Makanan ini adalah makanan ala chines. Alina melihat asap yang masih mengepul ke udara. Dia menangkap aroma khas dari makanan chines ini yang pedas.
"Kenapa? Tidak suka?" Tanya Leonel yang melihat Alina yang diam saja.
"Suka. Hanya saja makanan ini sangat pedas."
"Aku memesankannya makanan yang tidak pedas untukmu. Jangan khawatir. Aku tau seleramu." Pungkas Leonel. Dia lantas mengambil sumpit dan mulai makan.
Dalam seketika ruangan menjadi hening. Leonel tidak suka berbicara ketika makan. Dan Alina merasa takut jika berbicara sesuatu sementara Leonel masih marah kepadanya. Ia pun hanya diam dan menyelesaikan makan malamnya dalam hening.
Leonel juga tidak mengatakan apa apa setelah selesai makan. Dia beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke lantai atas. Sementara Alina harus membersihkan meja makan lalu mencucinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 13 Episodes
Comments
lya
semangat thor, lanjutt lagi
2023-02-10
0
Yulia Ningsih
next thor
2023-02-07
0
Mulianti Mulianti
semangt up
2023-02-07
0