Alina tidak mampu membantah perkataan Leonel selagi pria itu sedang kesal. Jadi hanya mampu menuruti perkataannya kemudian berbalik pergi.
Leonel memandang tubuh mungil Alina pergi keluar dan menutup pintu.
Saat dia menikah dia baru mencapai umur 26 tahun. Kini Tiga tahun terlewati begitu saja, sekarang usianya mencapai 29 tahun dan sebentar lagi dia juga akan mencapai umur 30 tahun. Dan dia menebak saat ini usia Alina sudah memasuki 25 tahun hampir 26 tahun.
Jika di perhitungkan, di usia yang segitu sudah pas memiliki anak. Tetapi dia menolak untuk memiliki anak dengannya. Wajah Leonel semakin dingin dan rahangnya mengeras.
Alina tidak melakukan hal apapun lagi setelah bertemu dengan Leonel. Baru saja ia akan masuk ke dalam kamar tamu tapi suara kencang dari ruangan lain menegurnya.
"Apa yang kamu lakukan ke kamar itu." Tangan Alina yang terulur untuk mendorong pintu segera terhenti, dia berbalik dan memandang Leonel yang tengah berjalan mendekatinya.
"Bukankah aku akan tidur di kamar utama, tetapi semua pakaianku berada di kamar ini. Jika tidur dengan pakaian ini tidak akan nyaman. Tentu saja aku akan mengganti pakaianku."
"Tidak perlu." Leonel segera menyelanya. Alina menaikkan kelopak matanya dan tertegun.
Leonel tau, jika wanita ini hanya membuat alibi dan terus menghindarinya. Namun sebelum wanita itu bertindak, Leonel segera mencegahnya.
Lima orang pelayan tiba tiba berduyun duyun membawa set pakaian baru. Leonel dan Alina sama sama memandanga. Kening Alina berkerut lalu memandang Leonel.
"Itu adalah set pakaian baru untukmu. Pakaian yang kau pakai sudah jelek. Aku sudah membuangnya." Tangannya ia simpan ke dalam saku celananya kemudian berkata dengan angkuh.
Apa? Di buang? Hati Alina merasa sangat geram. Meskipun ia jarang membeli gaun atau pakaian. Itu semua adalah pakaiannya. Alina terperangah dengan sikap Leonel yang semaunya seperti ini.
Setelah selesai menatanya, kelima pelayan itu keluar satu persatu. "Tuan, nyonya, kami sudah selesai." ucap salah satu dari pelayan itu.
"Hem, kalian pergilah."
Kelima pelayan itu menunduk hormat dan pergi. Leonel meninggalkan Alina masuk ke dalam kamarnya. Namun sebelum mencapai pintu, langkah Leonel terhenti dan menyadari jika Alina tidak mengikutinya kemudian berbalik dan memandang Alina yang masih berdiri di tempat semula.
"Ayo!" Alina menaikkan kelopak matanya dan terperanjak kaget ketika Leonel berkata dengan suaranya yang keras. Secara naluriah ia langsung melangkahkan kakinya mengikuti Leonel masuk ke dalam kamar utama.
Leonel dengan santai menuju ke atas ranjang dan duduk sambil berselonjoran. Alina mendesah pelan dan berlalu ke dalam walk in closet. Ia berjalan ke arah lemari yang khusus menyimpan pakaiannya. Saat membuka lemari, ia terperangah dengan isinya.
Semuanya adalah baju baru dengan merk terkenal. Semua tertata rapi sesuai dengan warnanya. Kemudian ia bergeser ke samping karena tujuannya adalah mengganti pakaiannya dengan piyama.
Namun ia di buat melongo ketika isi dari piyama itu adalah pakaian seksi dengan kain yang sangat tipis. Dia tanpa sadar mengutuk pria itu.
Dasar otak mesum!
Pakaian tipis itu sedikit kurang berjumlah 10 buah. Alina membolak balik pakaian itu dan semuanya sangat terbuka.
Itu sama saja memberi makan kucing jika mengenakannya.
Dia hanya mampu menggeleng pelan dan menutup pintu lemari. Dia tidak jadi mengganti pakaiannya. Kemudian ia keluar dengan pakaian yang sama sambil memeluk guling di pelukannya.
Alina berjalan pelan hingga ke ranjang yang besar lalu meletakkan guling itu di tengah tengah antara dirinya dan Leonel. Baru saja hendak naik ke atas ranjang, sebuah gerakan tangan sangat cepat membuang guling itu ke lantai.
Alina memandang gerakan tangan Leonel itu lalu beralih pada guling yang tergeletak begitu saja di lantai. Dia dengan marah memarahi Leonel.
"Apa maksudmu?"
"Tidurlah, jangan banyak bertingkah." Sahutnya kembali menatap layar ponsel. Dan sikapnya acuh tak acuh.
Alina hanya mampu menghembuskan nafasnya dengan pelan. Kemudian merangkak naik ke atas tempat tidur. Dia merebahkan tubuhnya dan tidur membelakangi Leonel.
Leonel yang melihat Alina berbaring sambil membungkus dirinya dengan selimut, segera meletakkan ponselnya dan beringsut mendekati Alina, satu tangannya langsung menarik pinggang ramping itu masuk ke dalam pelukannya. Sementara wajahnya, ia benamkan ke ceruk leher Alina.
Alina kembali membuka matanya kala tindakan Leonel ini sangat membuatnya tidak nyaman.
Selama tiga tahun telah berlalu. Ketika hari pernikahannya terjadi dia dan Leonel tidak pernah tidur bersama. Bahkan setelah mengucapkan ikrar janji pernikahan, Leonel langsung terbang keluar negeri. Saat itu Alina datang ke rumah besar itu dengan perasaan hampa. Dan kali ini dia dan Leonel baru pertama kalinya menikmati sebagai pasangan suami dan istri.
Alina merasa tak nyaman jika di peluk seperti ini. Dan itu membangunkan sisi Leonel yang baru saja terlelap.
"Diamlah. Besok pagi kau harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan. Bik Muna dan suaminya pulang ke kampung halamannya saat ini."
Tanpa sadar, Alina membuka matanya dengan lebar. Tanpa bertanya Leonel telah menjelaskannya. Mungkinkah karena bik Muna telah pulang ke kampungnya jadi membuat perjanjian seperti itu.
"Kau memecatnya?" Tanya Alina dengan emosi yang tertahan.
"Bagaimana mungkin aku memecatnya. Meskipun dia pelayan tapi aku masih memiliki hati. Dia mengundurkan dirinya sendiri karena putranya kecelakaan mobil. Kakinya patah dan tidak ada yang merawatnya. Sementara suaminya memilih berkebun untuk menemani istrinya." Leonel menjelaskannya tanpa membuka matanya.
Tak butuh berapa lama karena lelah Leonel langsung terlelap. Alina juga sudah sangat mengantuk. Jadi ia tetap memejamkan matanya.
...----------------...
Tepat jam lima pagi, Alina terbangun ketika terdengar suara alarm yang menyala. Dia terbiasa bangun siang dan semuanya telah disiapkan oleh bik Muna. Tetapi karena Bik Muna telah mengundurkan diri, mau tak mau Alina yang melakukan semuanya.
Dia bangun dan masuk ke dalam kamar mandi sekedar menggosok gigi dan membasuh wajahnya agar rasa kantuknya menghilang.
Dia keluar kamar dan menuju dapur. Saat sampai di dapur, ia menyalakan lampu dan membuka kulkas. Begitu ada banyak bahan yang dapat ia masak. Hanya saja dia tidak mengerti tentang semua bahan makanan itu.
Akhirnya dia memilih telur dan akan memasakkan telur mata sapi yang mudah di masak. Selama dia hidup dari kecil hingga besar ia tidak pernah melakukan hal apapun selain ia di paksa oleh ayahnya untuk menomer satukan pendidikan.
Ayahnya adalah pemilik perusahaan yang berkembang di bidang tekstil. Suatu saat jika ayahnya pensiun dia akan dipaksa meneruskan perusahaan. Hanya saja, Alina tidak tumbuh sendiri melainkan ia juga memiliki saudara kandung. Dia memiliki dua adik perempuan dan satu adik laki laki.
Mereka juga diperlakukan sama dengan Alina untuk tetap serius dalam bersekolah. Mereka juga tidak diperbolehkan bermain atau bahkan bergaul dengan teman yang lainnya. Bahkan sampai menikah pun mereka tidak segan segan mencarikan jodoh kepadanya. Terlebih adalah Alina yang kini telah di paksa untuk menikah di usia dini.
Untung saja, meskipun keluarga Louis adalah keluarga yang terkenal dengan keluarga terpandang yang kaya, tidak memperdulikan seluk beluk kehidupan calon menantu mereka. Mereka secara terbuka mau menerima mereka meskipun dari kalangan keluarga yang tak ternama.
Alina mengambil wajan teflon dan meletakkannya ke atas kompor memberi sedikit minyak lalu menyalakan api kompor. Dia memecahkan telur dengan hati hati ke dalam mangkuk. Setelah di rasa minyak sudah agak panas dia segera memasukkan telur itu ke dalam wajan. Hanya saja dia tidak mengerti bagaimana caranya mengecilkan api. Sehingga dia kesusahan untuk membalikkan telur di atas wajan itu.
Pada akhirnya ia hanya mematikan api namun semua sudah terlambat ketika telur itu sudah gosong. Dan semua itu ia lakukan berulang kali hingga ke sepuluh telur itu teronggok di tempat sampah.
Hanya tinggal dua telur terakhir yang tersisa. Bagaimanapun dia harus membuat sarapan. Jadi ia belajar dari pengalaman sebelumnya. Dan hasilnya setelah melakukan berulang telur yang terakhir terlihat lebih baik dari sebelumnya meskipun masih terlihat gosong.
Alina hampir merasa putus asa ketika semuanya tidak ada yang lebih baik. Setelah itu ia menyajikannya ke atas meja. Meskipun Leonel nanti akan mengoloknya ia tidak akan perduli. Yang penting dia sudah berusaha untuk memenuhi keinginan Leonel.
Setelah itu, ia membuat susu untuk dirinya sendiri. Dan jus jeruk untuk Leonel. Dia tidak tau selera Leonel seperti apa. Jadi asal membuat jus jeruk di pagi hari.
Leonel terbangun ketika ia tak melihat Alina berada di sampingnya. Sekarang ia tidak linglung lagi ketika bangun di pagi hari.
Dulu saat berada di luar negeri. Ia selalu terbangun di dalam kamar hotel dan setiap harinya ada wanita yang bergonta ganti menemaninya. Ketika terbangun, dia mengusir wanita itu pergi dan selanjutnya asistennya yang selalu melayani.
Kali ini, dia tidur di dalam rumah yang sudah seharusnya ia dayung dalam perahu yang sama bersama istrinya. Ia menyipitkan matanya dan melihat jam yang tergantung di dinding. Ternyata dia tidur sudah terlalu lama.
Ia langsung masuk ke dalam kamar mandi dan mandi. Namun saat keluar, dia tidak menemukan pakaiannya di atas ranjang. Biasanya dia selalu di layani tapi kali ini tidak ada yang melayani. Dia mencibir dalam hati.
Haruskah aku juga menuliskan untuk menyiapkan pakaian untukku agar wanita itu tau?
Leonel dengan langkah geram mengambil pakaiannya sendiri dan mengganti dengan pakaian kerja. Setelah siap, ia bergegas keluar dari kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 13 Episodes
Comments
lya
lanjutkan thor bagus ceritanya, beda dari yang laen
2023-02-04
0
Mulia wati
aqu pada mu kak Leonel😉ditunggu punya😊
2023-02-04
0
Mulianti Mulianti
semqngat up thorrrr
2023-02-04
0