Lisa membawa makanan di meja troley masuk ke dalam lift menuju lantai 3, ia sedikit kebingungan saat Bu Wemi menyuruhnya mengantarkan makanan untuk Tuan muda Zidav pasalnya Bu Wemi juga lah yang dari awal melarangnya berdekatan dengan Tuan Zidav.
"Lisa kalau ada yang aneh sama tuh cowok, lo langsung tacap gas aja kabur," ucap Mona.
"Kenapa emang Mon? Kamu gak bikin ulah tanpa setahuku 'kan?" selidik Lisa.
"Apaan sih, gak lah!" elak Mona.
"Masih bicara sendiri?"
"Kampret! Eh!" Mona terkejut, dia seketika menutup mulutnya tersadar berkata kasar. Suara Zidav mengagetkannya.
Zidav sedang bersender di pintu luar kamarnya, dengan pintu kamar yang terbuka. Lelaki ganteng blasteran Jerman itu menautkan kedua alisnya mendengar suara umpatan kasar keluar dari mulut wanita berkacamata yang terlihat culun itu. "Katakan sekali lagi? Apa telingaku salah dengar?"
Mona, kau!
Sorry, Lisa!
Lisa maju mendekat, "Apa saya bicara sesuatu, Tuan?" tanya Lisa berpura - pura dengan wajah lugunya.
Dengan perlahan Zidav mendekatkan wajah mereka, telunjuknya mengangkat dagu wanita cupu itu agar mata wanita itu menatap padanya. "Apa kau pikir aku tuli? Telingaku masih berfungsi dengan baik."
Tubuh Lisa bergidik, dia memundurkan tubuhnya, "Maaf Tuan, tapi memang tadi saya sedang berbicara sendiri. Saya adalah wanita aneh, jadi Tuan tidak usah menghiraukan saya jika saya sedang berbicara sendiri."
"Hm, masuk!" Zidav akan memeriksa semua tentang diri Mona dengan perlahan, dia tak akan terburu - buru.
Lisa mendorong meja troley masuk ke dalam kamar mengikuti langkah Tuan Zidav, saat masuk seketika matanya berkeliling melihat gambar - gambar telanjang wanita dengan berbagai gaya dan wajah berbeda tertempel di dinding kamar lelaki itu. Dia seketika menundukkan pandangannya, merasa malu meskipun itu bukan wajah dan tubuh telanjangnya.
Zidav sudah duduk di sofa besar, ia terkekeh melihat wanita naif di depannya itu, "Apa kau malu melihat wanita - wanita bertelanjang itu? Kau juga seorang wanita Mona, kenapa harus malu?"
"S-saya tidak akan berkomentar," jawabnya seraya memindahkan satu persatu piring berisi makanan dari atas meja troley ke atas meja.
"Kau duduk dan cicipi, dirumah ini aku selalu takut diracuni," Zidav mengulum bibirnya menahan tawa karena mengerjai wanita lugu itu.
Lisa mengangguk, "Baik, Tuan."
Lisa mengambil sendok bersih mencicipi semua makanan yang ada, setelah selesai ia menaruh sendok kotor dan menaruh peralatan makan bersih baru di atas piring kosong untuk makan Tuannya.
Zidav memperhatikan setiap gerak - gerik bahkan mimik wajah dan bibir wanita itu saat mengunyah, keningnya berkerut kebingungan ada kemiripin dalam gerakan bibirnya saat mengunyah tapi juga berbeda dengan wanita semalam. "Mona, apa kamu mempunyai saudara kembar?"
"Uhuk... uhuk..." Lisa terkejut membuatnya terbatuk tanpa bisa ditahan.
"Ahhh! Jadi kau punya saudara kembar? Siapa namanya?" Akhirnya Zidav bersemangat.
Lisa melotot ia seketika ketakutan.
Jawab saja lo punya kembaran, cepat! Teriak Mona dalam pikirannya.
"I-iya, saya mempunyai kembaran," gagap Lisa, apa Tuan Zidav tidak mengetahui latar belakangnya?
"Ok, ok. Jadi siapa namanya?" desak Zidav.
"L-lisa..."
"Lisa, jadi yang bertemu denganku 13 tahun lalu apakah itu Lisa, tapi memakai namamu Mona? Karena jika kamu Mona, sejak awal harusnya kamu mengenalku." Pancing Zidav.
"Bertemu?"
"Ya, 13 tahun lalu. Kita bertemu di sebuah taman saat aku melarikan diri dari rumah lalu besoknya kita berjanji untuk bertemu kembali tapi aku tidak bisa datang karena ditahan Ayahku dirumah. Jika kamu Mona bukankah harusnya mengingat namaku, Zidav."
Tiba - tiba Mona mengambil alih tubuhnya sendiri, "Zidav... Zidav? Zidav?" ia berbicara mengingat nama itu.
"Ya, Zidav."
Gambaran - gambaran saat ia dulu berusia 12 tahun bertemu dengan seorang remaja lelaki yang memikat hatinya seketika terlintas dalam benaknya.
"Siapa namamu?" tanya remaja lelaki itu padanya.
"Mona, kamu?" tanyanya pada lelaki remaja itu.
"Zidav Alaric, aku baru 4 tahun tinggal di Indonesia. Asalku dari Jerman, jadi kalau bicara Indonesiaku tidak lancar kamu jangan menertawakanku," ucap remaja lelaki itu padanya.
"Xixi, kenapa aku harus menertawakanmu. Sedang apa kamu disini?" tanyanya.
"Aku kabur dari rumah Ayahku, aku ingin kembali ke Jerman dan bertemu Ibuku. Tapi aku lupa tak mempunyai uang dan paspor, jadi aku hanya diam disini," ucap Zidav padanya.
"Apa kau lapar? Bukankah kau tidak punya uang?" tanyanya.
"Lapar sih tapi..."
"Sebenarnya aku juga sedang lari dari rumah, aku bertengkar dengan Ibuku. Tapi aku membongkar celengan tabunganku dan uangnya lumayan banyak. Ayo makan di warung makan itu!" tunjuknya pada sebuah rumah makan.
Zidav mengangguk, "Terimakasih, ayo."
Setelah selesai makan dia memberikan uang 2 lembar 50 ribu pada Zidav, "Ini ongkos pulangmu, naik taxi saja dari sini. Aku juga harus pulang.
Zidav menerimanya, "Akan aku ganti besok, kamu harus datang lagi ke taman ini. Janji?"
"Aku tidak bisa janji," dia menggeleng.
"Ayolah, kamu harus datang. Aku akan menunggumu disini, aku akan sangat kecewa jika kamu tidak datang, Mona."
Dia tersenyum, "Baiklah, janji." dia menautkan jari kelingking dengan remaja laki - laki itu.
Besoknya dia kembali ke taman itu tanpa memberitahu kedua orang tuanya, lagipula dia masih bertengkar dengan Ayah dan Ibunya. "Masa bodo dengan mereka, aku malas terus dimarahi," gumamnya.
Pagi berganti siang, siang berganti sore dan sore berganti malam, tapi Zidav tetap tak datang. Remaja lelaki itu mengingkari janjinya, dia seketika sakit hati.
"Mona!"
Dia berpaling ke arah suara, itu suara Ibu dan Ayahnya.
Mereka berdua berlari dengan wajah cemas menghampirinya, " Sayang, maafkan Mama nak. Mama merasa sudah memberikan kasih sayang dengan adil padamu dan adikmu. Tapi Mama rasa kamu terluka karena kami tak pernah membentak adikmu dan hanya marah padamu. Tapi sayang, Mama benar - benar menyayangimu. Tidak pernah ada pikiran Mama membedakan kalian berdua." Ibunya mengelus rambutnya penuh sayang.
"Mama... Mama..." isaknya seraya memeluk Mamanya.
"Ayo pulang," Ayahnya menatapnya lembut.
Dia mengangguk, seraya berjalan ke dalam mobil dengan tersenyum.
Dia duduk di jok belakang, Ibunya duduk di samping Ayahnya yang sedang menyetir, "Mah, dimana Dendra?"
"Dengan bibi dirumah, Mama cemas kamu belum pulang dari pagi sampai malam. Lalu Mama melihat struk di kantong jaket yang kamu pakai kemarin, rumah makan dekat kamu duduk tadi di taman jadi Mama sama Papa cepat datang mencarimu kesini. Jangan begini lagi ya sayang."
"Iya, Mah. Mona-"
Braaakkkk!
Cekittttt...
Tittttttt!
Tiba - tiba tubuhnya terlempar keluar mobil, dia merasa sakit tubuhnya terbentur aspal tapi dengan cepat dia berdiri. Dia melihat banyak mobil bertabrakan di depan mobil mereka, dia berjalan tertatih mendekati mobilnya, "Mah, Pah..." tapi tak ada jawaban.
Dia melihat kepala Ibu dan Ayahnya mengeluarkan banyak darah dengan tubuh terjepit. "Mama... Papa..."
Kepalanya tiba - tiba sakit dia merasa pandangannya berputar dengan perlahan dia terjatuh, "Mah, Pah..."
Seketika gambaran masa lalu hilang, Mona menatap lelaki di depannya dengan marah. Jika saja dia tidak berjanji dan ingin menepatinya janjinya pada lelaki di hadapannya ini, dia tidak akan datang lagi ke taman itu. Jika saja lelaki di depannya ini tidak mengingkari janjinya dia tidak akan menunggunya sampai malam seperti orang bodoh! Semua gara - gara pria di depannya!
"Arghtttt! Brengsek! Semua gara - gara kamu! Kau mengingkari janjimu, Zidav! Aku membencimu-"
Zidav maju menangkap tubuh Mona yang akan terjatuh, "Mona!"
"Jadi benar ini kamu, gadis 13 tahun lalu. Kenapa kamu berkata membenciku? Apa karena aku tidak bisa datang saat itu?" gumamnya, ia memangku tubuh tak sadarkan diri Mona dan membaringkannya di atas ranjang.
---Like Komen Gift Vote Rate 5, Makasih ♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
@ꪶꫝ༄Cherry🍒Chubby༄💕🇵🇸
teka- teki terungkap
2023-02-24
0
QQ
Mona membencimu karena jika tidak menepati janjinya untuk bertemu dengan mu mungkin sampai sekarang orang tuanya masih ada.
2023-01-20
1
QQ
Karena peristiwa inikah memicu Mona memiliki sisi lain yaitu Lisa.
Dimana dia merasa menjadi penyebab orang tuanya meninggal dalam tabrakan beruntun tersebut.
Sehingga dia membenci dirinya sendiri ( Mona )
2023-01-20
1