Wanita berkacamata tebal berwajah polos dan murah tersenyum itu masuk mengikuti lelaki tampan di depannya, mata cantiknya dari balik kacamata menatap sekeliling rumah mewah yang berlantai tiga.
Aldelardo masih berjalan di lantai bawah ia berbelok ke arah kanan, sebuah pintu besar terlihat di depan. Lelaki gagah itu mengetuk pintu sekali, "Ini aku, Nek. Aldelardo."
"Iya, masuklah..."
Aldelardo mendorong pintu sampai terbuka, sebelum melangkah masuk ke dalam lelaki itu membalikkan tubuhnya menatap wanita berkacamata di belakangnya, "Masuk."
Lisa mengangguk, ia mengikuti masuk ke dalam kamar yang bernuansa serba putih. Seorang wanita beruban duduk di kursi roda memandang keluar jendela.
"Nek, ini wanita yang aku ceritakan. Mona." Ucap Aldelardo mengenalkan.
Nenek Aldelardo mengalihkan tatapan nanarnya dari jendela ke arah wanita berkacamata dengan pakaian rapi tertutup sampai kemejanya dikancing sampai menutupi leher. "Hm, mendekatlah gadis."
Lisa mendekat dengan ragu - ragu tapi bibirnya masih tersenyum tulus.
"Namamu, Mona?" tanya sang Nenek.
"Iya, Nyonya."
"Berapa bersaudara? Kata cucuku kau yatim piatu dan masih menyekolahkan adikmu, benar?"
"Dua bersaudara, Nyonya. Hanya ada saya dan adik lelaki saya yang sebentar lagi lulus SMA. Orang tua saya meninggal karena kecelakaan mobil 13 tahun lalu."
"Hm, baiklah. Aku akan menerimamu, kamu bisa mulai bekerja," sang Nenek mengangguk.
"Ikut aku Mona, aku akan memberitahumu jawdal setiap hari Nenek juga beberapa obat yang harus Nenekku minum tepat waktu." Aldelardor berjalan keluar diikuti gadis itu.
Lelaki di depannya masuk kembali ke sebuah ruangan besar, rak menempel di dinding dengan buku - buku tersusun rapi di tempatnya. Tapi ada satu hal yang langsung disadari oleh Lisa, siapapun yang mempunyai ruangan besar ini adalah pengidap penyakit OCD. Buku - buku tersusun terlalu rapi bahkan satu jajar buku terlihat sewarna.
"Duduklah, kita akan membicarakan beberapa perjanjian dan beberapa syarat." Ucap Lelaki itu seraya duduk menyilangkan satu kakinya, sepatunya terlihat begitu mengkilap.
"Kita tentukan dulu berapa gaji yang kau inginkan?" Tanya Lelaki berambut keemasan itu.
"Saya akan menerima berapapun gaji dari Anda, Tuan." Jawab Lisa seraya membetulkan kacamatanya.
"Hm, baiklah. Bagaimana jika 10 juta perbulan?"
Seketika Lisa menarik nafas kaget, "I-itu terlalu banyak, Tuan. S-saya tidak bisa menerimanya," geleng Lisa.
"Kalau begitu 15 juta?" Aldelardo terkekeh malah menambah nominal gajinya.
"Tuan!" teriak Lisa tertegun.
"Jika kamu menolak lagi, aku akan semakin menaikkan gajimu," ucap Lelaki itu tersenyum jahil.
Lisa terdiam, matanya masih membelalak tak percaya.
"Baiklah, kita sepakat tentang gajimu. Kamu bisa bekerja dari pukul 6 pagi sampai sore, jika aku memintamu bekerja sampai malam untuk menjaga Nenek aku akan memberikan bonus."
"Baik, Tuan."
"Ini adalah jadwal Nenekku setiap hari, ada daftar obat yang mesti kamu berikan pada Nenek tepat waktu, mengerti?" Lelaki itu sedikit menekankan kata - katanya.
"Mengerti, Tuan."
"Bagus, kamu bisa kembali ke kamar Nenekku. Tapi kamu bisa melihat jadwal Nenekku di kertas laporan itu, sekarang waktunya Nenek untuk memakan obatnya." Aldelardo bangun dari sofa mewahnya.
Lisa ikut bangkit dari sofa, "Saya permisi, Tuan."
"Pergilah, ingat Mona... Nenekku adalah orang yang paling aku sayangi, tolong jaga dia dengan baik." Satu peringatan halus keluar dari mulut lelaki berwajah campuran itu.
"Ya." Jawab Lisa seraya berjalan keluar dari ruangan besar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
AMES
andai aja di Indonesia ada Pekerjaan kaya begitu gajinya juga ditawarin berapa behhh bisa-bisa jadi kaya mendadak🤑🤑
2024-08-15
0
QQ
Aku jadi Lisa berdebat dulu sama tuan Aldelardo biar gajinya lebih besar lagi 😁😁😁😁✌️
2023-01-18
0