Cinta Tak Direstui

Ariana pulang kerja lebih sore karena berniat mengunjungi ayahnya. Sudah lama ia tidak makan malam di rumah orang tuanya. Bukan hanya karena sudah tidak tinggal di tempat yang sama, tapi karena kesibukan Ariana di rumah sakit.

Beberapa waktu lalu, Sang Ayah meminta Ariana kembali ke rumah. Ariana menolak dengan alasan sudah terlanjur kerasan tinggal di pondoknya yang sunyi. Ia merasa damai dan juga dewasa karena harus mengurus semua kebutuhan hidupnya secara mandiri.

Dalam perjalanan pulang, Ariana melamunkan pertemuan yang akan terjadi nanti. Ia akan mengenalkan Evander pada ayahnya sebagai teman dekat.

Selang tiga puluh menit, Ariana sudah sampai rumah. Ia membuka pintu pondok yang tidak terkunci, lalu tertegun. "E-van, apa yang kau lakukan?"

“Kau bilang hari ini kita akan mengunjungi orang tuamu!” Evander sudah sengaja bangun lebih sore untuk menyambut kedatangan Ariana. Ia bahkan sudah mandi, wangi dan sangat rapi dengan jubah abad kesepuluhnya.

Ariana menahan diri untuk tidak terbahak-bahak, “Kau ingin bertemu ayahku dengan pakaian itu?”

“Ini salah satu identitasku, Ana! Count Drakula berpakaian seperti ini dalam sebuah perjamuan dan pertemuan kehormatan,” jelas Evander dengan sedikit keangkuhan khas bangsawan abad kesepuluh.

“Aku akui pakaianmu sangat bagus, Evan! Mewah dan juga berkelas … tapi tidak ada orang Amerika berpakaian seperti itu di zaman ini, aku tidak mau dikira membawa pulang seorang aktor oleh ayahku!”

Ariana terkikik membayangkan reaksi ayahnya ketika melihat Evander dalam balutan jubahnya, pasti pria tua itu akan menganggap Ariana berpacaran dengan seorang selebriti yang baru saja selesai syuting film.

“Di negeriku, kami berpakaian sangat sopan ketika mengunjungi seorang putri bangsawan, beberapa bahkan harus ditemani orang tua ketika meminta Sang Lady untuk dinikahi,” terang Evander bersemangat. Ia sedikit berbagi cerita mengenai kebiasaan pria di zamannya yang akan pergi ke rumah calon mertua pada Ariana.

“Ini hanya kunjungan biasa, bukan acara pertunangan!” Ariana tak bisa menyembunyikan cengiran manisnya. Ia tidak menduga kalau Evander sangat antusias untuk bertemu ayahnya dan Ariana sangat menyukai cerita kebiasaan pria abad kesepuluh tersebut.

Evander mencubit dagu Ariana, raut wajahnya sangat serius ketika menanggapi ucapan Ariana, “Aku tak ingin jadi pria tak sopan dan mengecewakan di mata ayahmu!”

“Biar aku yang memilihkan baju untukmu, aku akan mandi dan bersiap. Acara makan malam pukul tujuh tepat. Ngomong-ngomong kau sudah mandi?”

“Apa ini undangan mandi bersama? Kita belum pernah melakukannya lagi, aku tidak keberatan menemanimu berendam! Bagaimana jika main sabun?” Evander membuka jubahnya di depan Ariana. Meninggalkan boxer yang mencetak jelas kejantanannya yang sedang tertunduk lesu.

“Tidak ada waktu untuk berendam dan main sabun, kita akan segera berangkat agar tidak terlambat. Aku tidak ingin ayahku terlalu lama menunggu!” Ariana melebarkan mata dengan pipi merona, pekikan kesal keluar dari mulutnya. “Kau gila, kau tidak perlu membuka semua pakaianmu, Evan!”

Huh, vampir bodoh ini kenapa selalu saja menggoda Ariana dengan memamerkan tubuhnya yang sedikit berotot tapi sempurna? Ariana tak menggubris Evander, ia lari ke kamar mandi agar bisa segera membersihkan diri dan selamat dari kemungkinan terjebak kenakalan kekasihnya.

Satu jam berikutnya, Ariana dan Evander sudah berdiri di depan pintu rumah orang tua Ariana. Ayah Ariana menyambut hangat kedatangan putrinya.

Namun, wajah ramah pria tua bernama Douglas mendadak berubah. Ia mengernyit begitu berjabat tangan dengan Evander. Kerutan di dahi pria tua tersebut semakin kentara ketika Evander mengucapkan salam perkenalan. Doug bisa mencium bau karat dari nafas Sang Count.

Makan malam sedikit kaku dan aneh bagi Doug. Evander hanya diambilkan makanan dalam jumlah sangat sedikit oleh Ariana, begitu juga dengan minumannya. Evander bahkan tidak menyentuh kopinya selama mengobrol dengan Ayah Ariana setelah makan malam.

“Jadi kau orang Rumania? Aksen Amerikamu cukup bagus!” puji Ayah Ariana.

“Ya, kastilku ada di pedalaman Rumania, tepatnya di Transylvania!”

Evander bercerita latar belakangnya secara blak-blakan tanpa bisa dicegah Ariana. Vampir tampan itu malah tak menggubris kode dari Ariana untuk berhenti bercerita. Padahal, Doug sudah terlihat takut dan waspada ketika menyadari bahwa kekasih putrinya bukanlah manusia biasa.

Kulit tangan Evander sangat dingin, bau karat menguar dari mulut, dan taring yang sedikit panjang menjadi ciri khusus yang diketahui Doug milik seorang vampir. Terlebih Evander selalu menyebut rumahnya dengan kastil, dan Transylvania adalah asal para penghisap darah.

“Kau serius dari Rumania dan bergelar Count Drakula?”

“Aku sama sekali tidak berbohong!” jawab Evander percaya diri.

“Tapi Count Drakula yang melegenda dalam sejarah itu adalah … vampir penghisap darah manusia!” ucap Ayah Ariana. Bergidik dan menatap ngeri mata Evander yang berwarna hazel.

Evander menyunggingkan senyum tulus, sama sekali tidak tersinggung. “Apa putrimu belum bercerita kalau kekasihnya adalah seorang vampir?”

Doug memutar bola mata tak percaya lalu batuk beberapa kali, “Sepertinya Ariana lupa menyampaikan hal penting itu.”

“Aku ingin menikahi Ariana, aku memohon restumu!” kata Evander langsung pada tujuan kedatangannya. Perbincangan sudah cukup lama dan dalam.

Baik Ariana maupun ayahnya seketika terbelalak, terkejut dengan kalimat serius yang diungkapkan Evander.

“Evan?” desis Ariana mengingatkan. Ia tidak menyukai gagasan Evander yang terburu-buru melamarnya tanpa diskusi lebih dulu.

“Aku tidak bisa merestui hubunganmu dengan putriku, Count! Ariana manusia biasa, sudah seharusnya dia menikah dengan sejenisnya. Begitu pun dengan vampir. Kau tidak bisa menikahi manusia, terutama Ariana. Aku harap kau mengerti!”

Negosiasi Evander selama sepuluh menit berikutnya sama sekali tak berhasil. Doug tetap berkeras menolak dirinya sebagai calon suami Ariana. Doug bahkan dengan tegas meminta Evander menjauhi putrinya, karena sampai kapanpun pria tua itu tidak akan memberikan restunya.

“Aku sudah cukup dewasa untuk menentukan masa depanku sendiri, Ayah!” protes Ariana. Ia tidak mau diatur ayahnya secara berlebihan, apalagi yang bersifat pribadi seperti cinta dan pernikahan.

Doug berbicara penuh tekanan, “Kau masih putriku, Ariana! Aku tidak bisa membiarkanmu menikah dengan vampir! Itu sangat tidak masuk akal dan tidak manusiawi.”

Dengan raut marah, Ariana mengajak Evander pulang. Hatinya kesal dengan kalimat Sang Ayah yang terdengar kejam ketika menolak Evander. Padahal, Count Drakula itu meminangnya dengan sopan dan hormat, penuh etika layaknya seorang bangsawan.

“Maafkan ayahku, Evan!” kata Ariana kecewa. Perjalanan menuju pondok tidak lagi menyenangkan untuknya. Ia merasa sangat tak enak hati pada Evander.

“Aku sama sekali tidak masalah, Ana! Aku menghormati ayahmu. Aku akan tetap mendapatkanmu meskipun ayahmu tak setuju!”

***

Terpopuler

Comments

Mata Peña_✒️

Mata Peña_✒️

Di perjalanan pulang diputar sound Afghan KDKDD
"mengapa Tuhan pertemukan, kita y tak mungkin menyatu"

2023-01-31

2

Lilih Malihatun

Lilih Malihatun

semangattt Evan...aku mendukungmu 😍😍😍

2023-01-26

2

Lilih Malihatun

Lilih Malihatun

wow...Evan gentle juga 👏👏👏

2023-01-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!