Ide Romantis

Evander adalah orang asing, tapi Ariana tidak merasa asing. Ariana cenderung berpikir kalau pria itu sengaja dikirim untuknya melalui benang takdir yang tidak bisa dilogika manusia. Dan meski Ariana kadang bersikap kasar dan kejam, tapi sejujurnya ia menikmati kehadiran Evander di rumahnya.

Terbukti Ariana banyak tertawa ketika menemani Evander membaca. Ia tidur di sofa pada awalnya, dan berakhir di kamarnya bersama Evander hingga matahari hampir terbit.

Ariana bangun lebih dulu untuk membenahi kamarnya. Memasang tirai tambahan untuk menghalau cahaya matahari, karena Evander masih tidur di atas kasurnya. Ariana lalu mengembalikan seluruh pakaiannya ke dalam lemari. Ia memutuskan menyewakan kamarnya pada Evander.

Ya, Ariana tidak tega melihat pria itu tidur di dalam lemari dengan kaki tertekuk. Belum lagi soal sempit dan pengap. Padahal, Evander mengatakan kalau di kastil ia kadang memilih tidur di dalam peti agar bebas dari gangguan.

Mengenai sewa kamar, Ariana tidak yakin kalau Count Drakula itu punya uang untuk membayar. Menurut sejarah, Sang Count memang sangat kaya, tapi itu di masa lalu. Evander tidak mungkin membawa peti hartanya ketika berlayar. Kalau pun Evander membawanya, pasti peti itu sudah ikut karam bersama kapal yang ditumpanginya.

Ariana membersihkan loteng yang akan disulap menjadi tempat tidur untuknya. Ia hanya perlu membeli kasur nanti malam, saat keluar ke pusat perbelanjaan bersama Evander.

Sembari menunggu malam, Ariana keluar rumah untuk melakukan perawatan diri di salon dan juga mengunjungi gadis yang menjadi pasiennya. Dokter Steven mengatakan kalau pasien Ariana sudah pulang karena kondisinya membaik. Tidak ada demam, halusinasi atau mimpi buruk karena efek gigitan vampir.

Ariana kembali ke pondoknya sebelum malam, ia membawa persediaan darah cukup banyak untuk makan malam Evander. Dua potong roti dibakar Ariana untuk dirinya sendiri. Makan malam siap tersedia di atas meja sesaat setelah Evander bangun. Vampir tampan itu bahkan langsung makan malam tanpa mandi terlebih dahulu.

“Dimana bajuku, Ana? Kita jadi pergi belanja dan jalan-jalan sekarang?”

“Kau tidak bisa memakai pakaian seperti itu di zaman ini, Evan! Terlalu menarik perhatian dan kuno, ya meski aku harus mengakui pakaian Count Drakula sangat bagus dan berkelas!” Ariana memberikan pakaian bekas ayahnya yang kondisinya masih bagus, lalu memberikan waktu pada Evander untuk mengenakannya.

Evander kembali mendatangi Ariana dengan membawa kain segitiga kecil di tangannya, “Ehm … ini terlalu kecil, My Lady! Aku tidak mau memakainya!”

“Astaga, celana itu bisa meregang, Evan! Bahkan untuk ‘bagian penting tubuh pria’ yang paling besar sekalipun! Kau harus memakainya karena kita akan keluar. Celana olahraga yang kau pakai tanpa celana kecil akan membuat semua orang melihat ke bagian bawahmu yang menonjol tak jelas arahnya itu!” Ariana menunjuk perut bawah Evander dengan wajah terbakar.

Pria bodoh ini … sungguh pandai memacu gairah wanita dengan tampilannya yang terkesan nakal!

Setelah berdebat cukup lama, akhirnya Evander menuruti semua pengaturan Ariana. Penampilannya cukup sporty dengan celana olahraga, kaos polos putih dan sepatu lari. Evander sungguh merasa seperti pria yang sedang ingin pamer bentuk tubuh.

"Aku merasa tidak nyaman dengan pakaian ini, aku lebih suka jubahku!" gumam Evander.

Namun, memang tidak ada pilihan lain. Ariana hanya memiliki pakaian lama ayahnya di pondok itu. Ia harus menahan diri untuk tidak tertawa ketika melihat wajah kesal Evander.

Ariana menukas, "Kau keren!"

“Aku merasa seperti orang bodoh!”

“Tidak! Pakaian itu membuatmu terlihat seperti selebriti yang baru keluar pusat kebugaran. Kau tampan dan ayo berangkat sekarang!”

Ketika mereka berdua keluar dengan mobil, melewati gedung bertingkat dengan modernisasi sebuah kota, Evander mulai merasa tidak kerasan. Kota seperti itu terlalu asing baginya, ia lebih suka dengan kehidupan yang sederhana. Ternyata, waktu seribu tahun telah menyihir apapun di masa lalu menjadi sesuatu yang luar biasa di masa sekarang.

“Aku tidak memiliki uang seperti yang kau simpan dalam tas kecilmu itu, My Lady! Bagaimana aku membayar pakaian dan semua kebutuhanku nanti?”

Ariana menjelaskan singkat, “Bukankah kau akan membayarnya dengan bekerja padaku?”

“Aku memiliki kotak harta di kastil, tapi bagaimana aku mengirimnya padamu jika aku sudah kembali nanti? Di sini, aku hanya memiliki beberapa koin di kantong jubahku, ini alat tukar di masa lalu. Aku tidak tahu apakah ini berguna di zamanmu!” Evander memberikan koin emas dan perak yang tersisa dari perjalanannya pada Ariana.

Ariana melotot setelah mengamati koin kuno tersebut, “Simpan koinmu, Evan! Itu akan dihargai sangat mahal jika dijual di pusat pelelangan barang antik.”

Evander lalu merogoh kantong celana olahraganya lagi, “Apa kalungku juga bisa jadi uang di sini? Pengaitnya rusak tersangkut peti di atas kapal, jadi aku tidak memakainya. Perhiasan seperti ini berharga cukup mahal di zamanku!"

"Evan, kau yakin ini milikmu?" tanya Ariana skeptis. Satu tangannya yang tidak mengemudi memegang kalung yang diberikan Evander.

"Aku ingin membeli sebuah kapal untuk berlayar pulang, My Lady!”

“Kau bahkan bisa membeli sebuah pulau dengan kalungmu ini, Evan!” pekik Ariana.

Meski tak bisa menaksir harga kalung dan liontin Evander, tapi peradaban vampir yang sulit dibuktikan karena minimnya peninggalan mereka, akan menjadi harga jual yang cukup mahal untuk kalung Evander. Apalagi kalung itu memiliki lambang keluarga, tahun pembuatan dan juga terbuat dari bahan berkualitas. Kalung yang didesain khusus dan hanya dimiliki oleh keluarga Count Drakula.

“Pulau? Apa kau sedang bercanda, Ana? Aku tidak butuh apapun di sini selain dirimu!”

“Aku serius, Evan! Kau bisa membeli apapun dengan kalungmu di negeri ini. Tapi, tetap aku yang akan membayar semua kebutuhanmu! Soal kapal … aku sungguh minta maaf!” Ariana berdecak, Count Drakula di masa lalu benar-benar bangsawan kaya raya. Evander sama sekali tidak membual dengan silsilah keluarganya.

Sampai di pusat perbelanjaan, Ariana membeli beberapa stel pakaian untuk Evander. Ia juga mengajak Evander berbelanja kebutuhan rumah meski pria itu merasa tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian.

“Mau lanjut keliling kota?” tanya Ariana bersemangat.

“Antar aku ke tempat penjualan kapal! Aku ingin melihat apa saja yang mereka miliki,” pinta Evander penuh rencana.

“Kau serius ingin membeli kapal, Evan? Kau tidak bisa pergi sendiri ke laut lepas dengan kapal besar! Siapa yang mau pergi mengantarmu berlayar menjelajahi waktu? Bagaimana jika para awak kapal tidak selamat?!”

“Bagaimana denganmu, Ana? Kau tidak ingin ikut aku ke masa lalu? Kita bisa menghabiskan waktu bersama setiap hari sampai tua,” tanya Evander serius.

“Aku yakin kau tidak akan tertarik lagi padaku setelah kecantikanku luntur, Evan! Yang menua hanya aku, sementara kau tetap tampan dan tidak mati? Sungguh tidak adil!”

“Aku bisa menjadikanmu sepertiku!”

“Kau tidak akan horny padaku karena kulitku menjadi sedingin es. Kau juga akan menatapku seperti kotoran ketika aku mengubah diri menjadi kelelawar?” dengus Ariana tak terima.

Evander terbahak-bahak, “Bantu saja aku untuk mendapatkan kapal kecil, My Lady! Aku harus segera pulang! Aku akan membawamu bersamaku! Dan aku akan mengemudikan kapalku sendiri.”

"Idemu terdengar konyol … tapi romantis! Aku akan memikirkannya."

***

Terpopuler

Comments

Anisha Andriyana Bahri

Anisha Andriyana Bahri

ikut aja.. ambil hrtanya evan.. biar kaya raya ..🤣

2023-01-17

0

Dian Rezki Lestari

Dian Rezki Lestari

ide mu fresh luar biasa Thor, mantab mantab

2023-01-17

1

Namika

Namika

😂😂😂

2023-01-17

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!