Count Drakula Menghilang

Ariana ternganga, kesulitan mencerna apa yang dimaksud Evander. Untuk apa pria jangkung itu butuh lemari pakaiannya?

“Aku lihat kau memiliki peti besar di kamarmu! Aku putuskan untuk meminjamnya selama aku berada di sini.” Evander masuk kamar dan membuka lemari, menyingkirkan semua pakaian Ariana ke atas ranjang.

“Kau gila!” jerit Ariana. “Apa yang kau lakukan dengan lemariku? Aku tidak menyimpan sesuatu yang berharga di sana! Kau mau apa? Uang? Perhiasan?”

Ariana menghalangi Evander yang sedang mengacak-acak isi lemari dengan tenaga perlawanan yang sama sekali tidak berarti.

Evander mencengkeram tangan Ariana yang mulai memukuli dadanya. “Aku mau tidur, Ariana! Sebaiknya kau tidak mengganggu.”

“Kau pria bodoh gila, bagaimana mungkin kau bisa tidur di dalam lemari? Kau bisa mati kekurangan oksigen!”

“Bisakah kau tidak berteriak, My Lady?” Evander menjauhkan wajahnya karena Ariana berbicara sambil menjerit, persis seperti gadis yang hendak diperkosa.

“Kau sakit jiwa, tidak waras! Pergi dari rumahku!”

“Aku Count Drakula generasi ketujuh. Kotak kayu ini tidak akan membunuhku,” ujar Evander dingin. Dengan gesit ia sudah masuk ke dalam lemari dan tidur dengan posisi telentang di dasar lemari, kakinya harus tertekuk karena ukuran lemari yang lebih pendek dari tinggi badannya.

"Count Drakula?" Ariana mendesis seraya membeliak melihat pria itu menyeringai sekilas lalu memejamkan mata seperti orang mati.

"Co-unt Dra-ku-la?" tanya Ariana sambil mengeja seperti anak kecil belajar membaca. Namun, wajah pucat, dingin, menyeramkan sekaligus sangat tampan itu tak memperdulikannya. Dan hal itu benar-benar membuat Ariana mulai ketakutan.

"Selamat tidur, Ariana!" Evander menutup pintu lemari dari dalam dengan sedikit keras. "Sebaiknya kau tidak mengganggu waktu istirahatku!"

Ariana tetap tertegun untuk beberapa saat di depan lemarinya yang tertutup oleh Evander. Pikirannya berkecamuk, antara penasaran dan juga ketakutan.

Perlahan, Ariana membuka lemari yang tak terkunci tersebut. Ia mendapati pria di dalam lemari telah lelap. Matanya tertutup rapat dan ekspresinya seperti malaikat.

Ariana menyentuh wajah Evander dan berusaha membuka kelopak matanya. Warna merah terlihat jelas saat mata Evander terbuka sedikit.

"Pergilah tidur, Ariana!" Evander menyingkirkan tangan dan mendorong halus tubuh Ariana agar menjauhi lemari. Lalu pintu penyimpan pakaian itu kembali tertutup rapat.

Ariana berdecak mendapati tubuhnya bergetar takut dan kakinya lemas seperti agar-agar. Ariana lalu keluar, tak lupa ia mengunci pintu kamarnya dari luar.

Ia berniat tidur di sofa ruang tamu untuk meregangkan otot dan membuang penat. Ariana berencana mengurus tamunya saat pagi tiba.

Sebelum tidur, Ariana mengirim pesan pada teman dokternya untuk menelponnya sebelum siang. Namun, sebelum dr. Steven menelpon, Ariana sudah bangun dari tidurnya. Ia langsung masuk kamar dan mengecek isi lemarinya, untuk menemukan Evander yang masih nyenyak seperti orang mati.

Ariana menghembuskan nafas panjang-panjang sebelum mengecek kondisi Evander lagi. Ia akhirnya bisa mengambil beberapa foto wajah, mata dan gigi Evander tanpa disadari oleh objeknya.

Dalam rasa kalut, Ariana membersihkan diri dan pergi ke rumah sakit karena ada jadwal operasi. Sebelum pergi ia mengunci kamar dan dan rumah.

Meninggalkan seorang tamu seorang diri di dalam lemari adalah ide terburuk, tapi ia tak mungkin membangunkan Evander. Ia juga harus mendahulukan kepentingan pasien daripada dirinya sendiri.

Ariana harus bertemu rekannya untuk membahas Evander. Ia mulai curiga pria tampan yang mengaku sebagai Count Drakula generasi ketujuh itu tidak membual. Aroma karat darah tercium cukup pekat di dalam lemarinya. Juga mata merah dan gigi taring yang sedikit meruncing yang sudah diambil fotonya oleh Ariana.

Selama operasi berlangsung, Ariana berpikir keras mengenai cerita drakula penghisap darah dari Transylvania. Jika benar Evander seorang vampir, maka Ariana harus bersiap membunuhnya. Ia harus mencari informasi sebanyak mungkin di perpustakaan kota setelah pekerjaannya usai.

"Apa yang terjadi padamu, Ariana? Kau pucat!" tanya rekan dokternya begitu keluar dari ruang operasi.

Ariana menjelaskan singkat apa yang dialaminya semalam, juga menunjukkan foto-foto Evander pada sahabatnya, dr. Steven.

"Apa kau percaya semua ini? Ada seorang vampire sedang tidur di dalam lemari pakaianku, Steven!"

Mereka berbicara cukup panjang sambil minum kopi di cafetaria dekat rumah sakit. Ariana menumpahkan segala perasaan takut dan cemasnya pada dr. Steven meski dugaan-dugaannya mengenai Evander belum terbukti benar.

"Belilah lima kantong darah sebelum pulang, Ariana! Jika tamu yang kau maksud benar seorang Count Drakula penghisap darah yang bisa diajak bicara, mungkin dia bisa makan dengan darah yang kau bawa. Walaupun aku takut dan khawatir jika vampir itu lebih suka menggigitmu daripada minum darah dari gelas!"

"Aku butuh lebih banyak informasi! Aku harus ke perpustakaan pusat untuk membaca semua yang berkaitan dengan makhluk ini," ujar Ariana.

"Pulanglah sebelum malam, kau pasti tidak ingin Count Drakula itu berkeliaran di malam hari mencari makan dengan menghisap darah tetanggamu!"

"Mungkin sebaiknya aku meminjam buku-buku itu untuk dibaca di rumah! Aku akan menghubungimu nanti."

"Berhati-hatilah Ariana! Aku akan mencari informasi tambahan, aku juga akan menghubungi temanku yang bekerja di salah satu rumah sakit di Rumania." Steven menepuk pundak Ariana sebelum melepas gadis itu pergi.

"Telepon aku setiap dua jam kalau kau tidak keberatan, Steven! Kau pasti tidak ingin sahabatmu ini berubah menjadi vampir. Karena jika hal itu sampai terjadi, orang pertama yang akan menemaniku menjadi penghisap darah adalah kau," kata Ariana sambil tergelak.

Butuh berjam-jam bagi Ariana untuk membaca satu buku tebal yang sudah sangat kusam berjudul 'Legenda Penghisap Darah'. Buku-buku yang merujuk pada cerita-cerita drakula sudah dikumpulkan di satu tempat. Ia sudah meminta izin pada penjaga perpustakaan untuk tidak mengubah susunan dan daftar buku yang akan dipinjamnya secara bergantian.

Ariana terpaksa menyudahi kunjungan di perpustakaan karena keterbatasan waktu. Ia membawa tiga buku tebal lain untuk dibaca dirumah.

Lima kantong darah sudah ada di kursi belakang ketika Ariana bergegas pulang. Matahari sudah condong menuju peraduannya. Ia tidak boleh kemalaman di jalan.

Namun, aral selalu saja datang tanpa bisa diperhitungkan! Dia harus mengurus ban depan yang mendadak bocor terlebih dahulu ke bengkel.

Ariana bolak-balik melirik jam tangannya meski itu tidak perlu. Semburat merah senja hampir habis ditelan batas cakrawala. Gelisah Ariana tak tertahankan lagi ketika matahari benar-benar telah tenggelam.

Sampai rumah, lampu rumahnya belum ada yang menyala. Ariana memutar anak kunci dan segera saja menerangi rumahnya. Ia tidak ingin disergap dua kali oleh orang yang sama.

Sangat sepi seperti biasanya, tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumahnya. Mungkinkah Evander masih tidur?

Ariana membuka kamar dan langsung menuju lemari, membukanya lebar-lebar. Ia terpekik kecil dan mengumpat dalam rasa ketakutan. Lemarinya kosong, kamarnya juga kosong, tapi jendela kamarnya yang menghadap laut terbuka.

Evander menghilang dari kamarnya!

***

Terpopuler

Comments

maya ummu ihsan

maya ummu ihsan

tangi turu gringgingen

2023-11-19

1

ʝ⃟⃝5ℓ 𝐋α 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩

ʝ⃟⃝5ℓ 𝐋α 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩

ekspresi spt malaikat itu yg kek gmna?

2023-06-06

0

Rhiedha Nasrowi

Rhiedha Nasrowi

ihh pasti itu lagi cari mangsa 😱

2023-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!