Bab 3. Kejujur Aisyah

Bab 3

Semenjak pertemuan di masjid tempo hari, Aisyah dan Andromeda selalu saling menghindar jika bertemu atau melihat kejauhan. Mereka merasa setelah kejadian di villa, sering sekali bertemu atau berpapasan dengan tidak sengaja, seakan takdir mengingatkan keduanya akan dosa besar yang sudah mereka lakukan.

Sudah tiga minggu berlalu semenjak Aisyah kehilangan kesuciannya, dia masih merasa was-was takut kejadian malam itu menghasilkan kehidupan di dalam perutnya. Wanita itu juga belum mengatakan kejadian itu kepada calon suaminya, laki-laki yang dia kagumi dan cintai. 

"Apa aku bicara sekarang saja, ya?" Aisyah merasa gugup dan tidak menentu pikiran dan perasaannya saat ini.

Sudah beberapa kali Aisyah mencoba mengatakan kepada  calon suaminya kalau dia sudah tidak perawan lagi. Namun, setiap kali dia akan mengatakan hal itu selalu saja ada yang mengganggu. Maka, dia pun mengirim pesan kepada Ustadz Syakir untuk mengajaknya bertemu.

Kini pemuda tampan bermata teduh itu sudah duduk di ruang keluarga Abah Ahmad, guru mengaji di pesantren yang sama dengan dia mengajar. Jantung laki-laki itu berdebar-debar karena Aisyah tiba-tiba saja mengajaknya bertemu dan ingin mengatakan sesuatu yang penting. 

Wanita berbaju muslim berwarna moca senada dengan jilbabnya datang sambil membawa nampan berisi air minum dan toples kue. Dia berjalan dengan hati-hati takut Air dari gelas itu tumpah.

"Sebenarnya sesuatu yang penting itu apa?" tanya Ustadz Syakir dengan menundukan kepala, karena Aisyah duduk di depannya dan hanya terhalang oleh meja.

Aisyah menjadi ragu kembali untuk menceritakan hal yang sudah terjadi kepadanya. Dia takut kalau calon suami idamannya itu memilih memutuskan hubungan mereka.

"A-ku ingin ju-jur ke-pada-mu, tetapi takut kamu marah dan berubah membenci diriku," jawab Aisyah dengan lirih dan suaranya bergetar, karena menahan isak tangis, meski air mata itu sudah meluncur deras di pipinya.

Mendengar sang pujaan hati menahan tangis seperti itu Ustadz Syakir langsung mengangkat kepala dan melihat ke arah perempuan yang sedang menyeka air di pipi. 

"Apa ada Aisyah? Katakan saja. Aku tidak akan marah sama kamu," ucap pemuda berbaju koko berwarna kopi.

Aisyah menatap calon suaminya masih dengan derai air mata yang tidak bisa dia hentikan. Suasana malam yang dingin dan sepi, karena sore hari tadi hujan deras, tidak mampu mendinginkan dan menenangkan gemuruh di dada, perempuan berjilbab mocca.

"Sebelumnya aku ingin minta maaf, sungguh apa yang sudah menimpa diriku ini bukan keinginan diriku sendiri. Aku sudah memikirkan ini dari dulu dan setelah sekian lama akhirnya aku putuskan untuk jujur kepadamu. Bagaimanapun juga bagiku, Kang Syakir adalah laki-laki terbaik dan pantas untuk mendapatkan yang baik pula," ujar Aisyah dengan tatapan masih mengarah pada laki-laki yang kini sedang menatap balik dirinya.

Telinga laki-laki itu memerah karena dipuji oleh seorang kembang desa yang akan menjadi istrinya kelak. Namun, senyum yang biasa di perlihatkan tidak tercipta di wajahnya yang tampan.

"Kamu adalah perempuan terbaik yang aku kenal," balas Ustadz Syakir dengan sungguh-sungguh sepenuh hati.

Hati Aisyah rasanya semakin teriris mendengar ucapan pujaan hatinya. Dia tidak mau kalau sampai laki-laki ini berubah membencinya. Semakin deras saja air mata yang keluar dari netra bening dan berbulu lentik itu.

"Akang Syakir salah, aku bukanlah perempuan baik. A-ku su-dah ter-noda," ucap Aisyah jujur.

Sakit sekali rasanya mengatakan sebuah kejujuran ini kepada orang yang sudah memberikan nilai tinggi kepada dirinya. Aisyah menekan dadanya yang terasa sesak dan menarik napasnya panjang. Apalagi saat dia melihat ekspresi wajah terkejut dari Ustadz Syakir. Dia yakin kalau laki-laki itu pasti sangat kecewa.

"Ka-mu tidak bohong, 'kan?" tanya Ustadz Syakir mencoba meyakinkan dirinya. Dia takut Aisyah hanya sedang menjahili atau menguji dirinya.

Aisyah dikenal sebagai gadis ceria dan enerjik. Selain itu dia juga sangat aktif diberbagai kegiatan santri perempuan dan anak muda muslim. Berbeda dengan kakaknya—Zahra—yang pendiam dan pemalu, tetapi cerdas.

Sifat mudah bergaul dan tidak melihat seseorang dari status jabatan dan kekayaan, yang penting orang itu baik dan tidak mengajaknya kepada kesesatan, pasti Aisyah akan mengajaknya berteman baik. Dia juga suka menolong dan membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan tanpa mengharapkan pamrih atau imbalan.

Jika Aisyah dan Syakira sudah bertemu keduanya suka saling menggoda dan menjahili satu sama lain. Namun, sering kompak jika melakukan sesuatu.

"Aisyah, katakan kalau kamu sedang menguji aku? Aku tidak suka kalau kamu bercanda atau menjahili aku," ujar Ustadz Syakir.

Aisyah menggelengkan kepala dan bibir bawahnya dia gigit kuat agar suara tangisannya tidak keluar. Dia sekarang merasa yakin kalau Ustadz Syakir akan memutuskan hubungan mereka hari ini juga. Dirinya pasrah dan akan mencoba menerima lapang dada keputusan dari laki-laki itu.

"Tidak. A-ku …." Suara Aisyah seakan hilang dan tidak bisa bicara lagi.

"Katakan semuanya dengan jujur, aku siap mendengarkan!" pinta Ustadz Syakir dengan nada lembut berusaha menenangkan hati sang pujaan hati. Meski hati dirinya sendiri merasakan perih.

Aisyah pun menceritakan garis besar yang terjadi di malam terakhir dia dan teman-temannya kuliahnya di villa. Dia tidak mengatakan dengan siapa dia melakukan hal itu. 

"Jadi, ada yang menjebak dirimu?" tanya Ustadz Syakir dengan tatapan sendu dan Aisyah hanya mengangguk di kala dia masih menundukan kepalanya.

"Astaghfirullahal'adzim. Siapa yang berani berbuat seperti itu kepada kamu?" tanya laki-laki itu lagi dan Aisyah hanya menggelengkan kepala, karena tidak tahu.

"Ya Allah ampunilah Aisyah. Aku tidak akan mempermasalahkan kesucian dirimu. Aku akan menerima dirimu apa adanya," lanjut Ustadz Syakir dengan tegas.

Kepala Aisyah terangkat begitu mendengar ucapan calon suaminya. Dilihatnya wajah laki-laki itu yang terlihat sedih dan sorot matanya memancarkan sarat akan kesedihan dan kasihan. 

"Akang Syakir tidak marah?" tanya Aisyah kepada Ustadz Syakir untuk lebih meyakinkan dirinya.

"Tidak. Itu semua bukan keinginan dirimu," jawab laki-laki yang sering dipanggil 'Akang'.

Waktu serasa berhenti dan suasana hening seketika bagi Aisyah. Ada sedikit rasa bahagia di tengah-tengah rasa sakit dan kecewa yang dirasakan oleh dirinya saat ini. Perempuan itu selalu merasa beruntung dicintai oleh jejaka tampan dan baik hati ini.

"Alhamdulillah. Terima kasih, Kang. A-ku sangat takut, jika Akang Syakir membenci aku gara-gara hal ini. Selama ini aku tidak bisa tidur dan menjalani hari-hari belakangan ini dengan kemarahan, ketakutan, dan tangisan. Aku tidak mau kalau sampai Akang membenci diriku. Karena aku cinta dan sayang sama Akang," jujur Aisyah dengan air mata yang berlinang.

Ustadz Syakir ingin menghapus air mata yang tidak berhenti keluar dari netra perempuan itu. Ingin memeluknya dan memberikan rasa ketenangan kepadanya. Bahkan rasanya dia juga ingin menghajar laki-laki yang sudah membuat wanita yang dicintainya ini jatuh ke jurang penderitaan.

'Siapa laki-laki itu?' (Ustadz Syakir)

***

Apakah hubungan Aisyah dan Ustadz Syakir akan berjalan mulus dan bisa hidup bersama sesuai dengan impian mereka? Apa yang akan dilakukan oleh Andromeda jika tahu wanita yang sudah direnggut kesuciannya mempunyai calon suami dan sebentar lagi akan menikah? Tunggu kelanjutannya, ya!

Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan di skip biar terbaca oleh sistem. Lalu, jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kepada aku dengan kasih like, komentar, bunga, kopi, vote, dan ⭐⭐⭐⭐⭐. Semoga hari ini kalian bahagia dan sehat selalu.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

walo dia bergelar seorang ustadz, tapi si Syakir kan manusia biasa, apa nanti ga timbul masalah di kemudian hari tuh

2025-02-02

1

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

𝗔𝗻𝗱𝗿𝗼 𝗸𝗮𝗹𝗮𝘂 𝗸𝗮𝘂 𝗹𝗲𝗹𝗮𝗸𝗶 𝗯𝗮𝗶𝗸 𝗺𝗮𝗸𝗮 𝗯𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻𝗴𝗷𝗮𝘄𝗮𝗯 𝗹𝗮𝗵.....𝗯𝗶𝗮𝗿 𝗽𝘂𝗻 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗶𝗻𝗴𝗶𝗻𝗮𝗻 𝗺𝘂..

2023-11-01

3

Dwi ratna

Dwi ratna

klo hamil apa kang syakir msh mo nerima?

2023-01-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Villa
2 Bab 2. Identitas Aisyah dan Andromeda
3 Bab 3. Kejujur Aisyah
4 Bab 4. Aisyah Hamil
5 Bab 5. Menikah
6 Bab 6. Kamar Teripsah
7 Bab 7. Sarapan
8 Bab 8. Mendatangi Rumah Mertua
9 Bab 9. Tidur Bersama
10 Bab 10. Dingin
11 Bab 11. Rencana Mertua
12 Bab 12. Air Mata Aisyah
13 Bab 13. Perasaan dan Kegundahan Aisyah
14 Bab 14. Nasehat Zahra
15 Bab 15. Bertemu Keluarga Cantika
16 Bab 16. Aisyah dan Zahra
17 Bab 17. Pesta Pernikahan
18 Bab 18. Malam Pengantin
19 Bab 19. Surat Perjanjian
20 Bab 20. Kecurigaan Aisyah
21 Bab 21. Masakan Andromeda
22 Bab 22.
23 Bab 23. Hasil Penyelidikan
24 Bab 24. Kedatangan Mertua
25 Bab 25.
26 Bab 26. Gara-Gara Ngidam
27 Bab 27. Interogasi
28 Bab 28. Bersama Mama Mertua
29 Bab 29. Kebenaran
30 Bab 30. Perasaan Aisyah
31 Bab 31. Mendatangi Rumah Armand
32 Bab 32. Aisyah Sakit
33 Bab 33. Pengakuan Angela
34 Bab 34. Pergi Berbelanja Bersama
35 Bab 35. Cemburu?
36 Bab 36. Teman Berubah
37 Bab 37. Saling Marahan
38 Bab 38. Syukuran
39 Bab 39. Gosip
40 Bab 40. Hati Yang Terluka
41 Bab 41. Penyesalan Andromeda
42 Bab 42. Ciuman Di Depan Mantan
43 Bab 43. Menyerah
44 Bab 44. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
45 Bab 45. Aisyah Melahirkan (1)
46 Bab 46. Aku Mencintaimu
47 Bab 47. Aku Mencintaimu (2)
48 Bab 48. Aku Mencintaimu (3)
49 Bab 49. Aisyah Melahirkan (2)
50 Bab 50. Aisyah Melahirkan (3)
51 Bab 51. Malika
52 Bab 52. Aisyah Sadar Dari Koma
53 Bab 53. Sidang Keluarga (1)
54 Bab 54. Sidang Keluarga (2)
55 Bab 55. Kehidupan Baru
56 Bab 56. Pergi Ke Bali
57 Bab 57. Menikmati Liburan
58 Bab 58. Aisyah Lebih Menggoda
59 Bab 59. Poligami
60 Bab 60. Kebaikan Hati Aisyah
61 Bab 61. Aisyah Sakit
62 Bab 62. Aisyah Hamil Lagi
63 Bab 63. Menemani Zahra
64 Bab 64. Kepergian Zahra
65 Bab 65. Calon Ahli Waris
66 Bab 66. Extra part & Pemenang Giveaway
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Bab 1. Villa
2
Bab 2. Identitas Aisyah dan Andromeda
3
Bab 3. Kejujur Aisyah
4
Bab 4. Aisyah Hamil
5
Bab 5. Menikah
6
Bab 6. Kamar Teripsah
7
Bab 7. Sarapan
8
Bab 8. Mendatangi Rumah Mertua
9
Bab 9. Tidur Bersama
10
Bab 10. Dingin
11
Bab 11. Rencana Mertua
12
Bab 12. Air Mata Aisyah
13
Bab 13. Perasaan dan Kegundahan Aisyah
14
Bab 14. Nasehat Zahra
15
Bab 15. Bertemu Keluarga Cantika
16
Bab 16. Aisyah dan Zahra
17
Bab 17. Pesta Pernikahan
18
Bab 18. Malam Pengantin
19
Bab 19. Surat Perjanjian
20
Bab 20. Kecurigaan Aisyah
21
Bab 21. Masakan Andromeda
22
Bab 22.
23
Bab 23. Hasil Penyelidikan
24
Bab 24. Kedatangan Mertua
25
Bab 25.
26
Bab 26. Gara-Gara Ngidam
27
Bab 27. Interogasi
28
Bab 28. Bersama Mama Mertua
29
Bab 29. Kebenaran
30
Bab 30. Perasaan Aisyah
31
Bab 31. Mendatangi Rumah Armand
32
Bab 32. Aisyah Sakit
33
Bab 33. Pengakuan Angela
34
Bab 34. Pergi Berbelanja Bersama
35
Bab 35. Cemburu?
36
Bab 36. Teman Berubah
37
Bab 37. Saling Marahan
38
Bab 38. Syukuran
39
Bab 39. Gosip
40
Bab 40. Hati Yang Terluka
41
Bab 41. Penyesalan Andromeda
42
Bab 42. Ciuman Di Depan Mantan
43
Bab 43. Menyerah
44
Bab 44. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
45
Bab 45. Aisyah Melahirkan (1)
46
Bab 46. Aku Mencintaimu
47
Bab 47. Aku Mencintaimu (2)
48
Bab 48. Aku Mencintaimu (3)
49
Bab 49. Aisyah Melahirkan (2)
50
Bab 50. Aisyah Melahirkan (3)
51
Bab 51. Malika
52
Bab 52. Aisyah Sadar Dari Koma
53
Bab 53. Sidang Keluarga (1)
54
Bab 54. Sidang Keluarga (2)
55
Bab 55. Kehidupan Baru
56
Bab 56. Pergi Ke Bali
57
Bab 57. Menikmati Liburan
58
Bab 58. Aisyah Lebih Menggoda
59
Bab 59. Poligami
60
Bab 60. Kebaikan Hati Aisyah
61
Bab 61. Aisyah Sakit
62
Bab 62. Aisyah Hamil Lagi
63
Bab 63. Menemani Zahra
64
Bab 64. Kepergian Zahra
65
Bab 65. Calon Ahli Waris
66
Bab 66. Extra part & Pemenang Giveaway

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!