Episode 15

Langit sudah berganti warna gelap kembali menyapa, Nara benar-benar tidak mau di tinggal Langit sama sekali bahkan makan malam mereka berdua pun mereka lakukan di kamar, Walau Langit sudah menjelaskan jika Nara tidak perlu takut lagi namun tetap saja Nara masih merasa takut.

Orangtua mereka memutuskan untuk menginap, Nara baru bisa terlelap tengah malam saat ia benar-benar mengantuk, Langit keluar kamar dengan langkah kaki yang sangat pelan takut membangunkan Nara.

Langit tau kedua orangtua nya pasti merasa khawatir dengan ke adaan Nara, Maka dari itu Langit keluar kamar untuk menjelaskan apa yang terjadi dengan Nara, Langit membiarkan pintu kamar nya terbuka agar ia bisa melihat dan mendengar saat Nara bangun dan memanggilnya.

"Langit" Panggil Tuan Kana dang Tuan Damara bersamaan.

"Bagaimana dengan Nara, Nara baik-baik saja kan?" Tanya Tuan Damara, Ia sungguh khawatir dengan keadaan putrinya.

"Papa tenang saja ya, Nara baik-baik saja Pa sekarang Nara sedang tidur" Jawab Langit membuat Tuan Damara sedikit merasa lega.

"Syukurlah, Jika Nara baik-baik saja, Kami semua khawatir dengan Nara, Sebenarnya apa yang terjadi Langit?" Tanya Tuan Kana penasaran.

"Nara mimpi Pi, Nara bilang ada anak laki-laki datamg kepadanya dengan berlumur darah dan memanggilnya Bunda, Anak itu terus memanggil Nara Bunda sambil menangis, Nara bilang dalam mimpi datang seorang perempuan yang menyeret anak itu secara kasar, Nara ingin menggapai anak itu tapi tidak bisa, Nara takut anak itu adalah anak kami" Jelas Langit panjang lebar, Kini mereka tau alasan sebenarnya.

"Kamu sudah menjelaskan kepada Nara kan kalau itu hanya mimpi dan Nara tidak perlu takut?" Tuan Damara menatap Langit serius.

"Sudah Pa, Langit sudah menjelaskan kepada Nara, Tapi Nara masih saja merasa takut" Jawab Langit kepalanya sesekali melihat ke arah kamar takut Nara bangun..

"Langit dengerin Papi, Kamu ambil cuti saja biar urusan kantor Papi dan Rendy yang handle, Kamu fokus menjaga istrimu saja, Saat ini hanya kamu yang bisa menenangkan istrimu" Usul Tuan Kana yang juga di setujui Tuan Damara.

"Papa setuju dengan usul Papi kamu Langit, Lebih baik sekarang kamu fokus dengan Nara saja" Tuan Damara mengutarakan pendapatnya.

"Baik Pi, Pa, Langit akan ambil cuti sampai anak kami lahir" Jawab Langit menyetujui usul Papi dan Papa mertuanya.

"Mas" Suara Nara memanggil Langit dari arah kamar.

"Langit ke kamar dulu ya Pi, Pa" Pamit Langit.

"Ya istirahat lah, Kamu juga butuh istrihat"

Tidak terasa satu bulan cepat berlalu usia kandungan Nara sudah berusia sembilan bulan, Langit dan Nara hanya tinggal menunggu hari untuk kelahiran anak mereka.

Sore ini Langit sedang membawa Nara jalan-jalan di taman, Medekati waktu melahirkan dokter menyarankan Nara untuk sering jalan kaki agar memudahkan saat Nara melahirkan, Karena Nara memilih untuk melahirkan secara normal.

Langit sempat tidak setuju saat Nara mengatakan ingin melahirkan secara normal sebab Langit tidak sanggup melihat Nara yang kesakitan saat melahirkan secara normal, Namun saat Nara menjelaskan jika itu adalah keinginan nya yang paling ingin ia lakukan setidaknya sekali seumur hidupnya.

Mendengar penjelasan istrinya yang begitu menginginkan melahirkan secara Normal mau tidak mau Langit menyetujuinya walau Langit tidak akan sanggup melihat Nara kesakitan nantinya.

"Mas aku pengen makan ice cream" Pinta Nara tiba-tiba.

"Beneran mau ice cream sayang?" Tanya Langit memastikan Lagi, Ia takut kejadian seperti dua minggu yang lalu terulang, Nara bilang mau makan ice crem namun saat Langit sudah membelikan ice cream Nara tidak mau memakan nya.

"Iya Mas kali ini aku beneran mau makan ice cream" Jawab Nara meyakinkan Langit, Matanya sesekali melirik ke arah anak kecil yang sedang asik memakan ice cream.

Langit mengikuti arah padangan istrinya dan Langit langsung tau alasan kenapa istrinya menginginkan Ice Cream, "Ya sudah kamu tunggu di sini dulu ya sayang, Mas beli ice cream nya dulu" Setelah mengatakan itu langit meninggalkan Nara sendirian di taman.

Langit sengaja tidak mengajak Nara untuk membeli ice cream karena memang toko nya tidak terlalu jauh dari taman, Lagi pula Langit juga tidak mau istrinya kecapean harus bolak-balik.

Nara menunggu Langit sambil melihat-lihat sekelilingnya, Pandangan mata Nara tertuju pada anak kucing yang akan menyebrangi jalan yang sedang padat pasalnya sudah masuk jam pulang kantor.

Nara meninggalkan bangku taman, Nara mendekati anak kucing di pinggir jalan itu, Saat jarak Nara tidak terlalu jauh dari anak kucing itu, Anak kucing itu berlari menyebrangi jalan dan terjebak, Nara berlari untuk menyelamatkan kucing itu dan saat ia akan kembali tanpa ia sadari dari arah berlawanan sebuah mobil melaju kencang menuju arah Nara.

Brakkkkk....Tubuh Nara terpental beberapa meter dari tempat kejadian, Dan mobil yang menabrak Nara terguling di tengah jalan dan meledak, Langit berdiri kaku menyaksikan tragedi di depan matanya, Orang-orang berlari menghampiri Nara yang sudah tak sadarkan diri, Darah segar mengalir dari kepala dan bagian bawah tubuh Nara.

Saat tubuhnya sudah bisa di gerakan Langit langsung berlari menghampiri Nara yang sudah tergeletak, Separuh nyawa Langit seperti hilang dari dirinya saat melihat istrinya bersimbah darah di depan matanya.

Langit menangis histeris membawa kepala Nara dalm pangkuannya, Langit berteriak membangunkan Nara namun tak ada jawaban, "Sayang bangun" Suara Langit terdengar pilu.

Beberapa menit kemudian ambulance datang., Nara langsung di larikan ke Rumah Sakit, Selama perjalanan Langit terus menggenggam tangan Nara, Untaian doa ia panjatkan untuk keselamatan anak dan istrinya.

Dari balik pohon besar di sekitaran taman seseorang tertawa puas melihat tragedi di depan nya, Rencana nya berjalan lancar bahkan ia tidak perlu mengeluarkan uang sepeserlun untuk seseorang yang sudah membantunya itu, Karena orang itu sudah mati bersama mobil yang terbakar itu, Dan Langit tidak akan tau siapa dalang di balik tragedi yang menimpa istrinya, Karena satu-satu nya saksi itu sudah mati.

Sampai di Rumah Sakit Langit menangis berteriak meminta tolong, Dokter dan suster mengambil alih brankar Nara dan membawa nya ke ruang operasi, Langit menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan takut, Orangtua Langit dan orangtua Nara datang mereka menghampiri Langit yang sudah terduduk lemas di samping pintu ruang operasi.

"Apa yang terjadi Langit, Kenapa ini bisa terjadi kepada Nara?" Tanya Nyonya Anggie yang sudah menangis, Langit menggeleng-gelengkan kepalanya ia sendiri tidak tau jawaban nya, Kejadian itu benar-benar tiba-tiba.

Tuan Damara mendapat telfon dari salah satu petugas polisi yang mengamankan tempat kejadian itu, Dan kebetulan polisi itu mengenal Nara dan langsung menghubungi Tuan Damara, Tuan Damara sampai menjatuhkan ponselnya saat mendapat kabar jika putrinya kecelakaan.

Tuan Damara mengatakan apa yang terjadi kepada Nara kepada Nyonya Anggie, Nyonya Anggie sempat limbung kaki nya lemas tak berdaya, Sedangkan Tuan Kana mendapat kabar dari Rendy, Rendy sendiri mendapat informasi dari Zayan.

Zayan dan Ziyan sedang tidak berada di Indonesia, Langit mengirim mereka kembali ke Maroko untuk mengurus salah satu bisnis Langit yang ada di sana yang sedikit bermasalah, Namun tanpa sepengetahuan Langit Zayan menyuruh seseorang untuk mengawasi Nara dari jauh karena Zayan dan Ziyan juga sudah menganggap Nara sebagai adiknya, Seseorang itu pun tau siapa dalang di balik kejadian yang menimpa Nara dan seseorang itu juga sudah memberitahukan kepada Zayan dan Ziyan beserta foto dalang dari kecelakaan Nara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!