Episode 04

Matahari bersinar sangat terang, Jam sudah menunjukan pukul 13:30 WIB, Nara mengendarai mobilnya dengan santai sembari mendengarkan lagu favoritnya, Tujuan Nara adalah rumah orangtuanya, Nara dan Langit berencana akan menginap di sana.

Di tengah perjalanan Nara melihat tukang rujak di pinggir jalan dan seketika saja Nara menginginkan nya, Nara memarkirkan mobilnya tidak jauh dari si penjual rujak, setelah itu ia memesan 1 porsi rujak, Melihat tukang rujak memotong-motong buah air liur Nara hampir saja menetes, Aneh padahal selama ini Nara tak pernah menyukai rujak namun kali ini ia benar-benar menginginkan nya.

"Enak sekali" Beo Nara setelah menghabiskan rujaknya, Tak lupa Nara juga membayar rujak pesanannya ke si penjual rujak.

Nara melanjutkan perjalanan, Sepanjang perjalanan bibir nya tak henti-henti menyanyikan lagu favoritnya, Tiga puluh menit kemudian Nara sampai di rumah orangtuanya nya, Nyonya Anggie sudah menunggu putri kesayangannya di depan pintu, Nyonya Anggie terlihat bahagia melihat Nara datang.

"Mamah aku rindu" Ucap Nara memeluk Nyonya Anggie.

"Mamah juga rindu sayang" Jawab Nyonya Anggie membalas pelukan putrinya.

"Ayo masuk, Mamah sudah masak makanan kesukaan kamu" Ajak Nyonya Anggie membawa Nara masuk kedalam rumah.

"Beneran Mah?" Tanya Nara tak percaya.

"Bener dong sayang, Ayo kita makan sama-sama" Nara memakan semua yang Nyonya Anggie masak padahal beberapa menit yang lalu ia sudah menghabiskan satu porsi rujak, Dan tanpa Nara sadari nafsu makannya melonjak drastis.

Di kantor Langit di sibukan dengan pekerjaan yang menumpuk setelah dua hari tidak masuk kantor, Dua hari lalu Langit tidak masuk kantor karena menuruti kemaun Nara yang tiba-tiba ingin pergi ke puncak dan menginap di sana.

Langit merasa aneh dengan Nara karena tidak biasanya Nara mengajak Langit pergi ke puncak apalagi di hari kerja, Namun karena Langit tidak mau membuat istrinya sedih akhirnya Langit menuruti kemauan istrinya.

Ponsel Langit terus berdering, Panggilan dari nomor tak di kenal mengganggu konsetrasi Langit, Dengan kesal Langit menjawab panggilan tersebut.

"Hallo dengan siapa ini?" Ucap Langit setelah menempelkan ponsel di telinga nya, Namun saat mendengar suara si penelfon seketika Langit memutuskan panggilan dan langsung memblokir nomor tersebut.

Langit tak sudi berbicara dengan si penolfon yang tak lain adalah Sevanya, Ya orang yang menelfon Langit sedari tadi adalah Sevanya, Tekat Sevanya untuk mendapatkan Langit belum juga redup padahal sudah secara terang-terangan Langit menolaknya namun Sevanya tetap tidak perduli.

Langit kembali melanjutkan pekerjaan nya, Beberapa saat kemudian pintu ruangan Langit terbuka Rendy masuk kedalam ruangan Langit namun sebelumnya Rendy sudah mengetuk pintu ruangan Langit terlebih dahulu.

"Permisi Tuan, Saya hanya ingin mengingatkan jika nanti jam tuju malam anda ada janji makan malam dengan pemilik PT SC" Ucap Rendy mengingatkan jadwal Langit.

"Hmm, Kamu atur supaya makan malam hanya berlangsung satu jam tidak lebih" Perintah Langit pada Rendy.

"Baik Tuan" Jawab Rendy, Setelah itu Rendy keluar dari ruangan Langit.

Langit kembali fokus pada pekerjaan nya lagi namun lagi-lagi fokusnya terganggu, Kali ini bukan Rendy ataupun Sevanya melainkan dua sahabatnya yang tiba-tiba datang ke kantornya.

"Kerja mulu pak kasian tu istri di anggurin di rumah, Mending buat saya aja pak istrinya" Dengan tanpa beban Bara mengatakan hal itu dan seketika mendapat lemparan pulpen dari Langit tepat mengenai kepalanya.

"Buset dah becanda pak becanda" Kelakar Bara sembari mengelus kepalanya yang terkena lemparan pulpen, Dan Evan hanya tertawa melihat sahabatnya yang kesakitan.

"Ngapain kalian?, Kalian pengangguran atau bagaimana?" Tanya Langit yang kini ikut duduk dengan sahabatnya.

"Lu tanya aja sama dia" Tunjuk Evan pada Bara.

Bara yang di tunjuk hanya bisa tersenyum dia sendiri bingung tujuan nya ke kantor Langit untuk apa, "Bosen banget gue sumpah, Ga ada kerjaan sama sekali" Aku Bara menyenderkan punggung nya di sofa.

"Bukannya Bokap Lu udah nawarin Lu buat gantiin kakak Lu untuk mimpin Perusahan keluarga Lu, Kenapa Lu tolak?" Tanya Evan yang di angguki Langit.

"Kalo gue terima tawaran Bokap yang ada gue selalu di banding-bandingin, Bokap nyuruh gue gantiin kak Reno karena perintah kakek bukan karena kemauan Bokap gue, Bagi Bokap, gue cuma anak urakan yang ga akan pernah sukses, Gue pengen punya usaha sendiri biar gue bisa buktiin ke Bokap kalo gue bisa berdiri sendiri tanpa bantuan Bokap gue" Jawab Bara panjang lebar mengungkapkan perasaannya.

Bara adalah anak kedua dari keluarga Bastian pemilik perusahaan Bastian Company, Sedari kecil Bara selalu di banding-bandingkan dengan kakak nya Reno, Bara merasa Ayahnya hanya menyayangi kakak nya sedangkan Ibu nya tidak terlalu memperdulikan anak-anak nya, Satu-satunya yang perduli dengan Bara adalah kakek nya.

Beberapa tahun Bara di kirim keluar negri untuk memimpin cabang Perusahaan keluarga mereka, Bara melakukan semua yang terbaik untuk memajukan cabang perusahaan mereka agar semakin melebar dengan tujuan agar Ayahnya dapat melihat usahanya setidaknya sekali saja, Namun tetap saja itu tidak berati apa-apa bagi Ayahnya dan tetap Reno yang selalu Ayah nya banggakan, Maka dari itu Bara memutuskan kembali ke Negaranya dan tidak akan kembali ke perusahaan keluarganya.

"Emang Lu mau buat usaha apa?" Kini giliran Langit yang bertanya.

"Panti pijet plus plus" Jawab Bara dengan senyum menyebalkannya, Dan sontak saja membuat Evan dan Langit emosi melemparkan bantal sofa tepat di wajah Bara.

"Sialan" Ucap Langit dan Evan bersamaan setelah itu mereka tertawa bersama.

Hari sudah berganti malam, Langit sedang menuju perjalanan pulang ke rumah mertuanya setelah menyelesaikan makan malam dengan perwakilan PT SC dan berkumpul bersama Bara dan Evan, Siang tadi sebelum Bara dan Evan pergi mereka membuat janji untuk bertemu di Cafe langganan mereka dari jaman kuliah, Tentu saja sebelumnya Langit sudah meminta izin kepada Nara, Di perjalanan Langit beberapa kali menghubungi Nara tapi tidak ada jawaban mungkin saja Nara sudah tidur mengingat sekarang sudah hampir tengah malam.

Langit sampai di rumah mertuanya, Bi inah membukakan pintu untuk Langit, setelah mengucapkan terimakasih Langit langsung menuju ke lantai dua dimana kamar istrinya berada, Membuka pintu perlahan Langit masuk kedalam kamar di lihatnya Nara sudah tidur dengan nyenyak.

Langit mendekti Nara dan mengecup sayang dahi dan pipi Nara, Setelah itu ia masuk ke walk in closed untuk mandi dan ganti baju, Langit kembali ke kamar dan terkejut melihat Nara yang sudah bangun.

"Sayang kenapa bangun?" Tanya Langit mendekati Nara.

"Peluk" Pinta Nara merentangkan tangannya.

Langit merasa heran dengan tingkah istrinya namun Langit tetap menuruti keinginan istrinya, Langit memeluk Nara lembut, Nara mengirup wangi tubuh Langit dalam-dalam ntah mengapa Nara sangat menyukai wangi tubuh Langit setelah itu Nara kembali terlelap dalam tidurnya.

" Good night istriku, Aku mencintaimu" Langit mencium dahi Nara cukup lama dan setelah itu Langit ikut terlelap dengan memeluk Nara.

NOTE : Percayalah tidak ada kesedihan dan kesulitan yang bertahan lama, Bertahan lah sedikit lagi aku yakin kamu bisa.

Hai Mohon dukung Author ya terikasih😇

Terpopuler

Comments

Winna

Winna

Cerita bagus, tulisan bagus .. ngebaca sampe disini , aku suka.. smga tambah bagus.. yuk di up biar bnyk yg like👍🏻👍🏻💪🏻💪🏻

2023-02-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!