Episode 12

Sevanya melempar tas nya di sofa dan juga merebahkan tubuhnya di sofa, Sevanya meletakan tangan nya di dahi sehingga menutupi sebagian wajahnya, Tiba-tiba air mata nya mengalir tanpa ia perintah.

Sevanya menangisi penyesalan nya dulu hingga Langit pergi meninggalkan nya, Andai waktu dapat di putar kembali Sevanya tidak akan melakukan hal bodoh itu, Sevanya akan sabar menunggu dan berusaha sampai Nyonya Lingga merestui hubungannya dengan Langit.

Nasi sudah menjadi bubur Sevanya tidak bisa mengulang apa yang sudah terjadi, Tidak di pungkiri Sevanya masih sangat mencintai Langit walau ia dan Langit sudah berpisah cukup lama, Belum ada seseorang yang mampu menggantikan Langit di hatinya.

Dulu saat mendengar kabar jika Langit akan menikah Sevanya benar-benar merasa hancur dada nya terasa sesak sampai membuat nya sulit bernafas hingga akhirnya membuat nya di rawat di rumah sakit selama beberapa hari.

Setelah berfikir panjang awalnya Sevanya sudah merelakan Langit dengan wanita pilihannya namun saat tidak sengaja bertemu Langit beberapa waktu lalu bersama dengan istrinya rasa tak rela dalam diri Sevanya hadir kembali, Sevanya tidak rela Langit di buat bahagia oleh wanita lain, Sevanya bertekat akan merebut Langit bagaimanapun caranya.

"Aku pastikan Langit akan menjadi milik ku, Tidak akan aku biarkan wanita sialan itu memiliki Langit" Ucap Sevanya penuh amarah, Ia mengepalkan tangan nya hingga kuku panjang nya melukai tangan nya sendiri.

Di tempat lain tepatnya di Perusahaan Evan, Evan tengah di buat terkejut oleh kehadiran seorang wanita yang tidak ia kenal yang tiba-tiba memasuki ruangannya bersama sekretarisnya, Wanita yang terlihat cantik walau tanpa riasan dan hanya menggunakan baju yang sederhana.

"Maaf Tuan, Ada tamu untuk Tuan" Ucap Sisil sekretaris Evan.

"Ya terimakasih Sisil" Jawab Evan yang di angguki Sisil dan Sisil keluar dari ruangan Evan.

"Silahkan duduk Nona" Evan mempersilahkan wanita itu duduk.

"Terimakasih" Jawab wanita itu dengan suara yang sangat lembut, Seketika Evan terpana dengan suara wanita itu, Evan menatap wanita yang duduk di sebrangnya.

Mendapat tatapan dari laki-laki di depannya membuat wanita itu merasa malu, Ia menundukan wajahnya sampai Evan membuka suaranya.

"Permisi Nona ada urusan apa anda mencari saya?" Tanya Evan setelah bisa menguasai dirinya sendiri.

"Maaf Tuan mengganggu waktu anda, Saya kesini hanya ingin mengembalikan dompet Tuan yang tidak sengaja saya temukan di toko roti yang Tuan datangi tadi" Jawab wanita itu yang bernama Alana.

Alana mengelurkan dompet Evan dari dalam tas nya dan meletakan nya di atas meja, Evan benar-benar di buat terpana dengan suara Alana dan jantung nya tiba-tiba berdetak kuat saat mendnegar suara Alana.

Alana merasa risih dan malu karena sedari tadi laki-laki di depannya hanya menatapnya saja dan tidak mengeluarkan suara satu kata pun, "Permisi Tuan" Alana melambaikan tangan nya menyadarkan Evan.

"Maaf maaf" Evan gelagapan ia merasa malu dengan dirunya sendiri.

"Tidak apa-apa Tuan" Alana menjeda ucapan nya sebentar "Kalau begitu saya permisi dulu Tuan" Alana melanjutkan ucapan nya, Alana sudah berdiri dan hendak pergi namun suara Evan menahan nya..

"Tunggu Nona" Ucap Evan yang juga sudah berdiri, Alana membalikan badannya menatap Evan.

"Ada apa Tuan?" Alana tidak tau untuk apa laki-laki di depannya menahan nya, Bukankah urusan mereka sudah selesai fikir Alana.

"Silahkan duduk dulu Nona" Evan kembali mempersilahkan Alana untuk duduk, Menuruti perintah Evan Alana kembali duduk.

"Sebelum nya saya sangat berterimakasih kepada Nona karena sudah mengembalikan dompet saya dan Maaf untuk sikap saya tadi" Aku Evan menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan hal itu membuat Alana tersenyum.

Deg...Deg...Deg... Jantung Evan berdetak tak karuan melihat senyuman Alana, Sungguh Evan tidak pernah melihat senyuman seindah milik senyuman Alana, Alana berdehem untuk mengembalikan suasana yang sedikit canggung.

"Sama-sama Tuan, Saya hanya kebetulan menemukan dompet Tuan dan maaf tadi saya membuka dompet Tuan dan mengambil kartu nama Tuan" Saat menemukan dompet jatuh di area toko rotinya Alana langsung membuka dompet tersebut untuk mengetahui siapa pemilik dompet tersebut dan menemukan kartu nama pemilik dompet tersebut.

"Oh ya tidak apa-apa Nona, Maaf jika saya boleh tau siapa nama Nona?" Tanya Evan mengulurkan tangannya, Sungguh Evan begitu penasan siapa nama pemilik suara merdu dan senyuman indah itu.

"Alana nama saya Alana Tuan" Alana mebalas uluran tangan Evan, Sungguh nama yang sangat cantik seperti pemiliknya batin Evan.

"Saya Evan, Senang bertemu denganmu Alana" Mereka tersenyum bersamaan, Mereka berdua sempat mengobrol sebentar sampai beberapa menit kemudian Alana pamit pergi, Alana masih merasa canggung berbicara dengan Evan.

"Kalau begitu saya permisi dulu Tuan" Pamit Alana sopan.

"Mau saya antar sampai bawah" Tawar Evan, Evan masih enggan berpisah dengan Alana, Ntah mengapa Evan seperti itu, Baru kali ini Evan tertarik dengan wanita.

"Tidak perlu Tuan, Silahkan lanjutkan pekerjaan Tuan, Maaf sudah mengganggu" Ucap Alana lagi dan setelah itu ia pergi meninggalkan Evan dengan senyuman indahnya.

Evan kembali di buat terpana oleh senyuman Alana sampai membuatnya diam, Evan tersadar dari diam nya setelah tiga menit kepergian Alana, Sadar akan kesalahan nya Evan langsung berlari keluar ruangan nya sampai mengagetkan Sisil sekretarisnya untuk mengejar Alana, Sialnya lift lama terbuka dan Evan memilih menggunakan tangga darurat berharap Alana masih di bawah.

Evan sampai di loby dengan nafas yang menderu, Pandangan nya mengelilingi seluruh loby namun ia tidak menemukan sosok yang ia cari, Evan merenggut rambutnya sendiri menyesali kebodohannya yang tidak meminta nomor telfon Alana tadi.

Dengan kesal dan tampang yang kusut Evan kembali ke ruangan nya, Sisil yang melihat atasannya kembali dengan tampang kusut mendekatinya dan bertanya.

"Maaf Tuan ada apa dengan wajah anda?" Tanya Sisil saat melihat wajah kusut atasannya setelah kembali keruangan nya.

"Saya bodoh Sil, Saya bodoh" Evan mengacak-acak rambutnya kesal.

"Bodoh kenapa Tuan?" Setau Sisil atasannya itu adalah orang yang sangat cerdas apalagi soal bisnis.

"Ah kenapa saya tidak meminta nomornya tadi" Racau Evan masih denagn mengacak-acak rambutnya.

"Maksut tuan nomor Nona yang tadi?" Tanya Sisil namun Evan tak menjawab pertanyaan Sisil.

"Jika yang Tuan maksut nomor Nona yang tadi, Saya ada nomornya Tuan, Karena tadi saya meminta Nona yang Tadi untuk meninggalkan Nomornya demi keper...." Belum sempat Sisil menyelesaikan ucapannya Evan sudah memotong ucapannya.

"Beneran...Kamu ga bohong kan?" Tanya Evan memotong ucapan Sisil dengan antusias.

"Benar Tuan, Nomor nya ada di..."

"kau memang karyawan terbaik ku Sisil, Aku akan memberikanmu bonus 3 bulan gaji" Lagi Evan memotong ucapan Sisil, Evan benar-benar bahagia ia tak menyangka bisa mendapatkan nomor Alana, Sisil yang mendapat bonus gaji tiga bulan itu tentu saja merasa senang ia tidak menyangka jika hal yang ia lakukan tadi membawa keberkahan untuknya.

Evan meminta Sisil untuk mengambilkan nomor Alana, Evan langsung menyimpan nomor Alana di ponselnya, Evan kembali melanjutkan pekerjaan nya dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

NOTE : Sebagai sesama manusia yang masih memakan makanan yang sama jangan pernah takut untuk melawan hal-hal yang menurutmu sudah di luar batas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!