Pagi kembali menyapa Langit bangun lebih dulu dari Nara, Di lihat nya Nara masih sangat nyenyak tidur, Langit mencium pipi Nara sayang setelah itu ia turun dari ranjang dan pergi mandi.
Tak seperti biasanya hari ini Nara telat bangun, Biasanya Nara selalu bangun lebih dulu dari Langit dan menyiapkan semua keperluan Langit, Namun kali ini Langit harus menyiapkan semuanya sendiri, Langit juga tidak mempermasalahkan hal itu, Toh menyiapkan keperluan dirinya sendiri sangatlah mudah.
Selesai mandi dan berganti pakaian kerja Langit menghampiri Nara yang masih belum bangun dan masih pada posisi semula saat Langit meninggalkannya mandi tadi, Langit mengusap kepala Nara pelan "Mas berangkat kerja dulu ya sayang, I Love You" Pamit Langit walau ia tau tak ada jawaban dari Nara, Sebelum benar-benar pergi Langit mencium kening Nara dan membenarkan selimut Nara.
Langit turun ke lantai satu, Di meja makan sudah ada Ayah dan Ibu mertuanya, "Selamat pagi Pah Mah" Sapa Langit penuh hormat.
"Selamat pagi nak" Jawab Nyonya dan Tuan Damara.
"Nara mana nak, Ko ga ikut turun?" Tanya Nyonya Anggie sembari memberikan segelas susu untuk Langit.
"Nara masih tidur Ma" Jawab Langit meletakkan gelas susu yang sudah kosong.
"Tumben belum bangun, Kenapa ga di bangunin?" Kini giliran Tuan Damara Yang bertanya.
"Ga papa Pa mungkin Nara kecapean makanya belum bangun, Langit juga ga tega mau bangunin Nara Pa Ma" Jawab Langit setelah menelan makanan yang ada di mulutnya.
"Capek ngapain?, Seharian kemarin Nara ga ngapa-ngapain dia cuma malas-malasan di atas kasur sambil nonton drama korea" Ucap Nyonya Anggie memberitahukan kegiatan Nara kemarin.
Seharian kemarin Nara memang hanya bermalas-malasan saja, Makan malam pun Nyonya Anggie membawakan makanan ke dalam kamar Nara, Bahkan seingat Nyonya Anggie Nara juga tidak mandi kemarin, Nara benar-benar berkelakuan aneh akhir-akhir ini fikir mereka.
"Kalian mau pulang kapan?" Tanya Tuan Damara, Bukan tanpa alasan atau tidak menyukai anak menantunya tinggal lebih lama di rumah nya hanya saja Tuan Damara merasa kasihan dengan menantunya kalau harus bolak-balik dari rumah ke kantor menantunya karena jarak yang cukup jauh.
"Belum tau Pa, Kalau Nara masih mau disini gapapa kita disini dulu, Yang terpenting Nara merasa bahagia dan ga kefikiran hal-hal tidak penting" Hal-hal tidak penting yang di maksut Langit adalah pembicaraan tentang anak, Tuan dan Nyonya Damara pun tau hal itu.
"Ya sudah mana yang terbaik untuk kalian saja Nak, Mama mu juga pasti seneng kalau kalian disini" Tuan Damara melirik ke arah istri tercintanya yang sudah tersenyum bahagia.
"Iya Pa, Kalau begitu Langit pamit dulu Pa Ma" Langit menyalami tangan Tuan dan Nyonya Damara setelah itu ia pergi ke kantor.
"Pa seharian kemarin Nara keliatan aneh banget, Papa tau kan Nara ga suka buah Naga, Papa tau kemarin Nara minta buah Naga" Cerita Nyonya Anggie, Ya kemarin Nara tiba-tiba ingin makan buah Naga buah yang selama ini tidak dia sukai.
"Ya mungkin saja Nara lagi kepengen Ma, Udah ah jangan mikir yang aneh-aneh Ma" Jawab Tuan Damara.
"Yasudah Papa berangkat dulu ya Ma" Pamit Tuan Damara, Nyonya Anggie mencium tangan suaminya dan Tuan Damara mencium kening istrinya sayang, Setelah itu Tuan Damara pergi ke kantor.
Jam sudah menunjukan pukul 09:10 WIB namun Nara belum juga bangun, Nyonya Anggie naik kelantai atas kekamar Nara, Tok tok tok Nyonya Anggie mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke kamar anak nya.
Dilihatnya putri kesayangan nya masih bergelung di bawah selimut, Nyonya Anggie membuka tirai, Cahaya matahari langsung masuk mengusik tidur Nara, Dengan perlahan Nara membuka matanya.
"Selamat pagi sayang" Sapa Nyonya Anggie yang kini duduk di samping Nara.
"Pagi Ma" Jawab Nara pelan.
"Tumben kamu bangunnya telat sayang?" Tanya Nyonya Anggie tangan nya mengelus kepala putrinya sayang.
"Memang jam berapa sekarang Ma?" Tanya Nara yang belum tau jika sudah jam sembilan lebih.
"Jam sembilan lebih sayang" Jawab Nyonya Anggie masih dengan mengelus kepala Nara.
Seketika saja Nara langsung bangun dari tidurnya "Jam sembilan Ma, Mas Langit mana Ma?" Tanya Nara kaget menatap Nyonya Anggie.
"Langit sudah berangkat kerja sayang" Jawab Nyonya Anggie seketika wajah Nara berubah lesu.
"Kenapa sayang?"
"Kasihan mas Langit, Gara-gara Nara bangun kesiangan Mas Langit harus nyiapin keperluan dirinya sendiri Ma" Sesal Nara menyalahkan dirinya sendiri.
"Ga papa sayang, Lagi pula Langit tidak menyalahkanmu, Langit bilang dia ga tega mau bangunin kamu jadi Langit sengaja ngebiarin kamu bangun siang" Ucap Nyonya Anggie menenangkan Nara.
"Beneran Ma Mas Langit bilang kaya gitu?"
"Iya sayang benar" Nyonya Anggie menjeda ucapannya nya "Kamu beruntung sayang punya suami seperti Langit yang begitu tulus sayang sama kamu, Kamu tau tadi Papah tanya ke Langit kapan kalian akan pulang dan kamu tau apa jawaban Langit sayang?"
"Apa Ma?" Penasaran Nara akan jawaban Langit.
"Langit bilang kalau kamu masih mau disini Langit tidak keberatan asal kamu bahagia padahal dia tau jarak dari rumah ke kantor Langit cukup jauh tapi Langit tidak mempermasalahkan itu, Yang Langit pentingkan hanya kebahagiaan kamu sayang" Jawab Nyonya Anggie seketika air mata Nara menetes mendengar ucapan Nyonya Anggie.
"Kamu beruntung sayang, Maka dari itu jangan pernah kamu kecewain Langit ya sayang, Dia begitu mencintaimu" Nasehat Nyonya Anggie.
"Pasti Ma, Nara tidak akan pernah mengecewakan Langit" Jawab Nara sungguh-sungguh, Nyonya Anggie membawa Nara dalam pelukan nya.
Langit memang begitu mencintai Nara bahkan Langit rela melakukan apapun asal Nara bahagia, Namun Langit lupa jika setiap mahluk yang hidup pasti di beri ujian dan Langit belum tau saat ujian itu datang apakah ia masih mampu mempertahankan cintanya.
•
•
•
Di tempat lain tepat nya di kator FK Group milik keluarga Evan, Bara datang ke kantor Evan, Bukan tanpa alasan Bara datang, Ada sesuatu yang ingin Bara bicarakan dengan Evan.
Bara menunggu Evan di ruangan nya karena Evan sedang ada meeting dengan para karyawan nya, Tiga puluh menit menunggu akhirnya meeting Evan selesai, Evan masuk kedalam ruangannya di lihatnya sahabat nya sedang tiduran di sofa.
"Udah lama Lu nunggu Bar?" Tanya Evan yang kini duduk di sebrang Bara.
"Udah dari lima jam yang lalu" Beo Bara masih dalam posisinya berbaring di sofa.
"Nipu Lu, meeting Gue aja cuma dua jam" Evan tak percaya dengan ucapan Bara.
"Yang tiga jam gue nunggu di apartemen" Kelakar Bara sembari membangunkan tubuh nya.
"Sialan Lu" Evan melemparkan bantal sofa pada Bara dan di tangkap dengan cepat oleh Bara.
"Santai Mas Bro jangan marah-marah cepet tua ntar Lu" Ucap Bara mengelus-elus bantal sofa.
"Ngapain Lu kesini Bar?" Tanya Evan.
Sebenarnya Evan tidak heran jika Bara tiba-tiba muncul ke kantornya karena setelah Bara kembali dari Luar Negri hampir setiap hari Bara datang ke kantornya, Alsan Bara lebih sering datang ke kantor Evan dari pada Langit adalah karena jarak apartemen Bara lebih dekat dengan kantor Evan.
"Gue pengen buka usaha restoran menurut Lu gimana Van?" Jawab Bara mengutarakan tujuannya menemui Evan dan meminta pendapat Evan.
"Ya bagus sih menurut Gue, Tapi Bar Lu yakin Lu ga mau gantiin kakak Lu buat pimpin perusahaan?"
"Gue yakin Van, Kali ini Gue sungguh-sungguh mau buka usaha gue sendiri tanpa bantuan keluarga Gue" Tekat Bara sudah bulat ingin membuka usaha nya sendiri, Bara akan membuktikan kepada Ayah nya jika dia pun mampu untuk di andalkan.
"Ya kalau itu udah jadi pilihan Lu gue sama Langit pasti selalu mendukung Lu Bar, Lu kalo butuh apa-apa atau kalau Lu kekurang dana Lu bilang aja sama Gue sama Langit, Gue sama Langit pasti bantu Lu" Tulus Evan ingin membantu sahabat nya.
"Lu tenang aja Van kalau gue butuh apa-apa pasti gue pasti bilang ke Lu sama Langit" Selesai dengan pembicaraan itu Bara pergi dari kantor Evan, Bara ingin mencari lokasi untuk usahanya.
NOTE : Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang tidak sengaja kamu lakukan sehingga membuatnya pergi, Pergi adalah pilihannya dan itu bukan kesalahan mu.
Mohomn dukungan nya teman-teman😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments