Di kantor
Seperti biasa Viona pasti akan datang di jam makan siang, ruangan yang luas itu pasti akan terasa panas setelah kedatangan Viona, keberadaan Ara di ruangan itu hanya dianggap seperti patung di sudut ruangan
Ya ruangan Ara memang satu ruangan dengan bosnya, tak jarang mereka bahkan berciuman di depan Ara, Viona sering duduk di pangkuan Agra dengan manja dan pastinya akan di lanjutkan untuk makan
siang, seperti saat ini
“Selamat siang sayang ...!” sapa wanita bertubuh ramping itu, Viona seperti biasa masuk ke ruangan bosnya seperti melewati jalan tol
tanpa mengetuk pintu langsung nylonong saja.
“Sayang, kamu sudah datang?.” Agra yang tadinya sibuk dengan layar laptopnya kini sudah menoleh ke
sumber suara.
Dan Ara sudah mengibas- kibaskan tangannya di depan wajahnya dan sesekali membetulkan letak
kaca matanya
“Dasar cacing kepanasan!”
gerutu Ara “Nggak bisa apa sedikit sopan!”
Kemudian ia menoleh ke bosnya
“Si Bos sih, ulat bulu kayak gitu aja di pelihara!” Ara sudah ngedumel sendiri di dalam hati.
(tapi jangan salah Agra menyadarinya lo.)
"Ra, dari pada gitu terus mending di lanjut tuh pekerjaannya!" ucap Agra yang menyadari kekesalan Ara.
Viona pun menoleh pada Ara dan tersenyum penuh kemenangan lalu beralih kembali ke Agra, ia mengusap dagu Agra dengan begitu manja,
“Sayang ...., shoping yuk ...!” ucap Viona yang sudah duduk di pangkuan sambil melingkarkan tangannya di leher Agra manja.
“Aku sibuk sayang ...., lihat ini banyak sekali berkas yang harus aku tandatangani!” Agra menunjukkan tumpukan berkas yang ada di depannya.
“Tapi kan ada Ara sayang, kamu kan bosnya, buat apa ada dia kalau kamu juga kerja keras, mau ya sayang ...., sudah lama nih nggak ke salon!” Viona terus merayu.
“Baiklah ..., apa sih yang nggak buat kamu ..!" akhirnya Agra menyerah, ia pun segera mengambil jasnya dan berdiri menggandeng tangan Viona, sebelum keluar ia tak lupa menoleh
ke tempat Ara duduk
“Ara , kamu handel semuanya ya , ada beberapa berkas yang belum aku teliti, aku keluar dulu ...!” Ara ya dari tadi sedang tidak fokus sedikit
terkejut dengan ucapan bosnya.
“Baik bos!”
Setelah bosnya keluar akhirnya Ara bisa bernafas lega. Ia tidak perlu melihat pemandangan yang sering membuat bulu kuduknya merinding sendiri.
“Dasar bos nggak punya pendirian, sedikit di rayu aja udah klepek-klepek!” Ara pun terus menggerutu selama bosnya pergi.
“Dasar bos, kalau sama pacar sampek lupa waktu!” Ara masih sibuk dengan layar di depannya dengan segala gerutuannya.
“Ra, pak Agra kemana?”
Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Ara mengalihkan perhatiannya pada si pemilik pertanyaan.
Ternyata Rendi sahabat sekaligus tangan kanan Arga menghampiri Ara. Entah sejak kapan pria itu berdiri di depannya.
“Pak Rendi, mengagetkan saja, biasa pak sama nona Viona!” jawab Ara sedikit kikuk karena Rendi yang selalu dengan sikap dinginnya. Memang sangat cool hingga membuat siapa saja yang melihatnya terkesima. Ketampanannya juga sebelas dua belas dengan bos.
“Saya mau pulang, apa mau ikut sekalian?" tanya Rendi, bukan yang pertama dan ini beberapa kali membuat Ara sedikit canggung. Apa lagi sikapnya tidak sedingin dengan karyawan lain.
“nggak usah pak, masih banyak pekerjaan soalnya, lagian pula nanti di jemput pacar pak!” Ara berusaha mencari alasan.
“Oh gitu ya!" wajahnya terlihat sedikit kecewa tapi segera dengan cepat ia ubah. Dia sebenarnya sudah tahu Agra di mana, karena di manapun Agra, Rendi juga ada kalaupun tidak ada anak buahnya pasti ada bersamanya. Menanyakan keberadaan Agra hanya sebagian dari basa-basi nya
"Kalau begitu saya duluan ya, jangan di forsir kerjanya, nanti sakit!”
Aihhhhh ...., meleleh aku ....
Ara benar-benar terpaku dengan ucapan Rendi,
“Terimakasih pak atas perhatiannya!” hatinya seakan leleh olehnya.
“Sama-sama...!” Rendi pun berlalu keluar dari ruangan Ara, oh salah lebih tepatnya ruangan kerja bos Agra dan asistennya yaitu Ara
Akhirnya Ara bisa mengelus dada lega, ia benar-benar takut kalau jatuh cinta berhadapan dengan pria-pria ganteng seperti itu, apalagi statusnya sekarang adalah pacar dari seseorang.
*Dio ..., aku masih setia pokoknya ....
...🍂🍂🍂*...
Seperti hari-hari biasanya. Sore ini Nadin keluar dari kampusnya, jam kuliah sudah selesai.
Walaupun bisa bawa motor sendiri tapi Nadin lebih suka nebeng sama Dio, pacar kakak perempuannya. Dio adalah idola Nadin sejak masih SMA.
Nadin tahu tempat di mana biasanya Dio menunggu dirinya. Dengan langkah pasti, ia berjalan menyusuri lorong kampus.
“Kak pulang yuk ....!” Nadin menghampiri Dio yang sedang nongkrong di taman bersama
teman-temannya. Nadin tak perduli jika Dio sedang bersama teman-teman nya.
“Hei Nadin ...,tambah cantik aja ...!” sapa salah satu teman Dio. Teman Dio menatap Nadin dengan tatapan yang berbeda.
“Awas lo ..., Dio orangnya suka makan orang!” sahut teman yang lainnya, disambut tawa teman-teman
yang lainnya, tapi dio malah terlihat kesal karena candaan teman-temannya.
“Apaan sih kalian .....!" protesnya pada teman-teman nongkrongnya, "Ayo kita pulang!” Dio pun segera meraih tangan Nadin menjauh dari
teman-temannya. Ia terus menggenggam tangan Nadin hingga sampai di parkiran.
"Lain kali nggak usah samperin kakak, kamu tunggu di kelas aja biar kakak ya nyamperin Nadin!" ucap Dio setelah berhenti di parkiran kampus.
"Maaf ...., kak Dio marah ya?" ucap Nadin dengan wajah memelasnya.
"Nggak ...., Sudah lupakan ...., Ayo naik!" ucap Dio, walaupun tidak terlalu senang karena Nadin di goda oleh teman-temannya, tapi apa boleh buat semuanya sudah terlanjur.
Seperti biasa mereka menaiki
motor Dio. Tepatnya motor berdua karena tidak jarang angsuran motor itu di bebankan pada Ara.
“Pegangan.... , nanti jatuh ...!” ucap Dio sambil menarik tangan Nadin melingkar di perutnya. Ia melajukan motornya di tengah keramaian kota di sore hari, memang jam-jamnya padat kendaraan karena jam pulang kerja.
Nadin pun melingkarkan tangannya di perut Dio dengan senyum yang mengembang.
“kak ..., teman-teman kakak itu emang suka kayak gitu ya?”
“iya, pokoknya kamu nggak usah deket-deket sama mereka, kalau butuh apa-apa langsung hubungi
kakak, kamu mengerti?”
“iya kak!”
Tidak butuh waktu lama, mereka pun
sampai di depan rumah Nadin.
“Sini biar aku bantu!” Dio membantu melepaskan helm yang di kenakan Nadin, perhatian-perhatian
kecil yang di berikan Dio inilah yang menumbuhkan rasa suka di hati kecil
Nadin, walau tak bisa di pungkiri ia juga merasa bersalah dengan Ara, kakaknya
“Terimakasih kak ...!” Nadin hanya bisa memandang mata Dio dengan penuh kekaguman, dan pandangan
itu di balas dengan senyum ramah Dio, membuat hati Nadin semakin bergetar.
“Kakak langsung aja ya ...!” ucap Dio setelah berhasil melepaskan helm Nadin.
“kakak mau kemana?” Tanya Nadin.
“Menjemput Ara, soalnya udah janji!” seketika hati Nadin menjadi terasa ngilu, kenyataan itu menyadarkannya, bahwa iya tidak boleh berharap banyak dari kekasih kakaknya itu.
“Hati-hati di jalan ya kak ...!” ucap Nadin sambil melambaikan tangannya.
“Ya ...!” Dio mengelus pipi Nadin dengan sebelah tangannya, lagi-lagi perhatian itu yang Dio tunjukkan pada nadin, membuat hati Nadin menghangat setiap dekat dengan Dio,
kekasih kakaknya.
"Jangan seperti ini kak, nanti aku semakin jatuh cinta." Batin Nadin sambil mengantar kepergian Dio.
Dio pun meninggalkan halaman rumah Nadin, Dengan cepat ia menuju ke kantor Ara.
Hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai di kantor Ara. Sesampainya di depan kantor, ia meraih ponsel yang ada di saku celananya mencari nomor kontak yang ada di layar ponselnya. Nomor kedua setelah Nadin, ya Dio lebih sering menghubungi Nadi dari pada Ara. Entah karena memang mereka berada di kampus yang sama atau karena sebab lain.
Tut tut tut
Setelah panggilan ke dua akhirnya tersambung.
“Hallo ..., aku sudah di depan tempatmu bekerja!” ucap Dio.
“Oh ya tunggu ya, 5 menit lagi aku turun!” dari seberang sana menyahut.
Dio pun mematikan sambungan telponnya, ia duduk di atas motor sambil menunggu Ara turun, dan benar saja 5 menit kemudian tampak Ara keluar dari dalam gedung
dengan sedikit berlari.
“Maaf ya dah buat kamu
nunggu lama ...!” Ara yang sudah menghampiri Dio.
“Tak apa-apa ..., nggak lama kok ...., aku juga baru nyampek!” Dio pun sedikit mengacak-acak rambut Ara gemas, dan mencium kening Ara.
Dio memang cowok yang romantis, sangat romantis.
“Ayo ....!” Ajak Dio sambil memakaikan helm ke kepala Ara.
Kini Ara sudah berada di atas motor bersama Dio.
“Kita kemana dulu sayang?” tanya Dio pada Ara. Memastikan tujuan mereka.
“Terserah kamu saja ..., aku ikut saja ....!” ucap Ara sambil mengeluarkan senyum manisnya.
“Kita jalan-jalan dulu ya, kan sudah lama nggak jalan-jalan!” Dio memberi usul.
“Siap ...!” Ara pun bersikap tegak seperti hendak memberi penghormatan.
Tapi sayang beribu sayang, belum sampek jalan, lagi-lagi pengacau datang, siapa lagi kalau bukan bos besar Ara, ya dia Arga.
“Ara ..., berhenti .....!” teriak Arga dari arah yang berlawanan.
“Aduh ..., mati aku ...!” gumam Ara sambil menepuk keningnya jengkel.
“Ada apa lagi sih bos kamu itu?” tanya Dio tampak begitu kecewa.
“Nggak tau sayang, bentar ya!”
jawab Ara yang masih belum tahu apa yang akan terjadi. Ara pun kembali turun dari atas motor.
Agra berjalan menghampiri mereka berdua dengan sedikit berlari.
“Mau kemana ...Heh ...?” tanya Agra sambil sedikit mengangkat wajahnya di tujukan kepada Ara. Kedua tangannya ia lipat di depan dada.
“Ya pulang lah bos, ini kan sudah waktunya jam pulang!” jawab Ara jengkel.
“Tapi saya masih butuh kamu ...!" suara Agra agak meninggi. Agra menatap tajam pada Dio, ia begitu tidak suka dengan kekasih sekretarisnya itu.
“Maksud bapak...?” Ara benar benar di buat syok. kenapa harus ada lembur di waktu yang tidak tepat.
“Temani saya bertemu klien, sekarang ...!” ucapnya dengan penuh penegasan.
“tapi pak ...!” ucap Ara lemas dan pastinya begitu keberatan.
“Nggak ada tapi tapi ... tak ada bantahan ....!” tanpa aba-aba Agra menarik tangan Ara , dan Ara hanya bisa pasrah sambil terus melihat ke arah Dio dengan wajah penuh rasa bersalah, sedangkan Dio sudah tentu sangat kesal, Dio mengepalkan tangannya.
"Dasar pengacau .....!" unpat Dio sambil memukulkan tangannya ke udara.
Setelah Ara dan Agra menghilang dari pandangannya, Dio yang masih berdiri mematung, melampiaskan
kekesalannya dengan memukul jok sepeda motornya.
“Aaaaaa ...!” ia berteriak dengan kesal.
“Lagi-lagi seperti ini!” Dio mengepalkan tangannya.
“Sebenarnya siapa sih yang pacarnya, aku apa bosnya ...!” Dio hanya bisa pasrah menahan kekesalan.
Ia mengambil kembali ponselnya dan mencari nomor seseorang
Tut tut tut
“hallo kak ...!” ya orang pertama yang selalu ia hubungi adalah Nadin, adik perempuan Ara.
“Hallo Din, bisa temenin kakak nggak?”
"Kemana? Kak Ara gimana? kak Dio sudah ketemu sama kak Ara?" berbagai pertanyaan di lontarkan oleh Nadin.
"Ntar aku ceritain ...., kamu di rumah atau di mana?"
"Iya kak aku masih di rumah."
"Kakak jemput ya ...?"
"Nggak usah kak. Kita ketemu di taman aja ya ...!"
“Baik, kakak tunggu di taman ya ...”
“Baik kak ...!”
Sambungan telfon pun terputus, ya begitulah setiap kali ada masalah dengan Ara , Dio selalu meminta Nadin untuk menghiburnya.
Dio pun menjalankan motornya menuju ke taman kota, di sana akan di suguhi dengan pemandangan yang indah sedikit menyegarkan pikiran.
Dio duduk di bangku taman tepi danau, langsung menghadap ke matahari terbenam, sinar matahari sore yang dipantulkan oleh air danau menambah keindahan dan kehangatan.
“Kakak ...!”
Nadin menghampiri Dio yang sedang sibuk memandangi danau, ia duduk di samping Dio.
“Kakak kenapa?”
tapi masih belum mendapat jawaban dari Dio, ia seperti asik dengan dunianya sendiri.
“Pasti gara-gara kak Ara lagi?” kini Nadin semakin kesal.
“Sebenarnya Ara tuh cinta nggak sih sama kakak? Dia selalu menomer satukan bosnya!”
“Kenapa kakak ngomong kayak gitu sih? Kak Dio kan tahu kalau kakak Ara sayang banget sama kakak!”
“Habis ..., apa-apa bosnya, apa apa bosnya, kapan dia punya waktu buat aku!”
“Kak Dio nggak usah sedih, kan ada aku yang selalu setia nemenin kakak!”
“Makasih ya din, kamu memang yang terbaik!”
“Ya udah kakak jangan sedih lagi!”
Akhirnya Nadin lah yang menemani dio sepanjang sore, mereka jalan-jalan di daman, pergi ke
kafe, nonton, walaupun bukan sepasang kekasih tapi hubungan mereka seperti sepasang kekasih, walaupun Nadin hanya sebagai adik perempuan Ara yang juga
menyukai Dio.
BERSAMBUNG
JANGAN LUPA KASIH LIKE, KOMENTAR DAN VOTENYA YA ....
Follow akun Ig aku ya
IG @ Tri.ani5249
HAPPY READING 😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Novika Riyanti
aduh 🤦🤦🤦
kyk a mg bklan kejadian ne...😲😲😲
2021-12-23
0
Tuty rahayu Rahayu
si Arga suka sam ara
2021-10-22
0
Mawar Berduri
Perhatian kecil begini membuat Nadin salah arti dan bikin dia Cinta dan berharap Banyak akan Dio
2021-05-10
0