Pagi ini ada acara keluarga di rumah kerabat dekat almarhum ibu Ara, Ara meminta cuti untuk satu hari karena Roy memintanya untuk datang. Untuk menghormati keluarga ibunya.
Ara sudah berdandan menggunakan pakaian pesta lengkap dengan sepatu high heels, hendak pergi ke kondangan. Ia berdandan tidak seperti biasanya.
“kak ..., ayo berangkat ...” Nadin sudah berdiri di depan pintu kamar Ara dengan menenteng dua buah helm di tangannya.
“Bentar dek, aku ambil tas dulu!”
Ara pun beranjak dari duduknya dan
segera menyambar tas yang sudah berada di atas tempat tidur. Ara kembali di depan kaca, sedikit merapikan penampilannya dan segera berlari menghampiri adiknya.
"Kakak ini lama sekali ya ...., acaranya keburu kelar kak ...." keluh Nadin yang sedari tadi sudah menunggunya di luar.
"Iya ...., maaf dek ...!" Ara hanya bisa mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
Mereka pun segera keluar dari rumah dan mengunci pintunya, motor pun sudah terparkir di depan halaman rumah siap untuk di tumpangi.
“Pakek helmnya dulu, kak ....!” Nadin pun menyerahkan helm kepada Ara
“Terimakasih” Ara pun segera memakai helm itu di kepalanya.
Tapi saat hendak naik ke motor tiba-tiba suara ponsel yang berbunyi nyaring menghentikan langkah Ara. Ara pun segera merogoh tasnya, mencari-cari keberadaan benda pipih kecil itu. Setelah dapat di temukan Ara segera menekan tombol hijau. Dan meletakkannya di daun telinganya.
“hallo ....” ucap seseorang dari seberang terdengar sedikit panik.
Ya kepanikan yang sering kali Ara dengar. Begitu menggelegar di telinganya hingga Ara harus sedikit menjauhkannya dari daun telinganya.
“iya pak ada apa?” dan ternyata itu telpon dari Bosnya Ara, Ara yang sudah paham wajahnya langsung di tekuk seperti gulungan karpet mushola.
“cepetan kamu ke apartemen saya” kini Ara yang malah semakin panik,
bagaimana bisa ia sudah ijin kemarin untuk tidak bekerja, tapi kini malah dapat panggilan darurat dari bosnya.
“tapi pak saya kan sudah ijin kemarin!” Ara berusaha menolak.
“tapi ini penting” tapi jelas di seberang sana semakin ngotot saja
“Nggak bisa pak saya ada acara” tapi Ara masih tetap tidak mau
kalah,
” rasanya ingin sekali menjambak rambut si bos” batin Ara
“tapi ini darurat, pokoknya kamu harus datang, titik, nggak ada
nggak nggakan......” akhirnya ancaman si bos mengalahkan benteng yang sudah di bangun
oleh Ara.
“Baik pak!!!!!” setelah ini apa yang bisa dikatakan oleh Ara selain
menyerah dan pasrah
Kini sambungan
telpon telah di matikan, Ara kembali memasukkan ponselnya kedalam tas, dengan wajah memelas Ara memandang adiknya dengan penuh penyesalan
“Ada apa kak?, bos kakak lagi?” Nadin sudah tahu apa yang akan terjadi, karena kejadian seperti ini sudah untuk yang ke sekian kali, sebenarnya ia begitu kecewa,
tapi mau bagaimana lagi....
“Iya dek, maaf ya ...!” Ara
merasa sangat bersalah pada adiknya, karena kemarin ia sudah berjanji akan menemaninya dalam acara itu, karena Nadin merasa canggung bila berkumpul
bersama keluarga besar tanpa kakaknya.
Keterlaluan ....., batin Nadin kesal.
“Terus gimana dong kak acaranya?” Nadin begitu malas datang sendiri
“Ya udah kamu berangkat dulu, nanti biar kakak nyusul, kan sudah ada ayah di sana...!” bujuk Ara, Akhirnya
Nadin hanya bisa pasrah walaupun dengan perasaan kesal.
“Terus kakak naik apa?” Nadin menatap motor yang hanya ada satu.
“Gampang kakak bisa naik angkot!”
“Ya udah kak aku berangkat dulu ya!” dengan berat hati Nadin berangkat sendiri dengan mengendarai motornya.
“Ya hati hati di jalan!” ucap Ara sambil berjalan ke ujung jalan untuk mencari angkot yang sedang lewat.
Untung saja tepat saat Ara sampai di ujung jalan, ada angkot yang sedang lewat Segera Ara menghentikan angkot itu ,
"Bang ..., berhenti bang ...!" Ara melambaikan tangannya hingga angkotnya berhenti.
Ara pun segera masuk ke dalam angkot. Tapi entah kenapa semua mata menatap kepadanya aneh.
"kenapa mereka menatapku seperti itu?" Batin Ara bertanya-tanya. Ara pun menatap bayangan dirinya di kaca spion.
"oh .... astaga ..., aku melupakan helmku. Pantas saja mereka menatapku aneh ..." Batin Ara sambil memegang kelapanya yang masih mengenakan helm. Dengan cepat ia melepaskan helm dari kepalanya.
Membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai di apartemen bosnya, setelah sampai di depan apartemen
bosnya ia segera turun dari angkot dan menyerahkan selembar uang lima ribuan,
Ara menghela nafas kasarnya, ia memasuki lobi apartemen dengan wajah kesalnya.
“Mudah-mudahan ini bukan hal yang konyol lagi” gumam Ara sambil terus berjalan.
Ara menuju ke pintu lift dengan beberapa kali pencetan, tapi karena lift tak kunjung terbuka,
"Kenapa di saat seperti ini ...., lift pun tidak mendukungku ... , menyebalkan ...!" ucap Ara sambil memukul pintu lift dengan kedua tangannya.
Akhirnya terpaksa Ara berlari menuju ke tangga darurat, ia melepas high heelsnya supaya memudahkan langkahnya, ia yang biasa memakai flatshoes menjadi sangat
kesusahan ketika harus memakai sepatu tingginya.
"Sepatu menyebalkan ..." Sepatunya pun ikut kena omelnya.
Setelah sampai di
depan pintu apartemen bosnya, ia segera membunyikan bell dengan begitu kasar.
"Untung saja bos ...., kalau bukan sudah aku tendang dih pintu ..." gerutu Ara sambil menunggu pintu terbuka.
Tak butuh waktu lama akhirnya pintu terbuka, di sana sudah menampilkan seorang
pria dengan wajah frustasinya, tapi tetap saja tampan.
"Kenapa juga dia tampan, menyebalkan ...." batin Ara saat menatap wajah Agra.
Ara segera mengatur nafasnya yang serasa habis karena sudah lari menaiki tangga hingga lantai lima.
“Ada apa bos?” tanya Ara yang masih sedikit ngos-ngosan karena berlari menaiki tangga. Ara yang masih berdiri di depan pintu segera di tarik tangannya untuk masuk kedalam apartemen.
“Lihat ini!”
Agra menunjukkan beberapa kemeja yang berjejer di atas tempat tidur.
"Bentar ...., aku harus minum..., aku haus ....!" ucap Ara sambil mengatur nafasnya. Agra pun segera mengambilkan sebotol air mineral dingin. Dengan cepat Ara meraihnya dan meminumnya dengan cepat hingga botol itu kosong.
"Kau ini ...., gentong apa apa sih ....?" Agra terlihat keheranan melihat Ara yang meneguk habis minumannya dalam sekejab.
"Ini semua gara-gara bapak. Aku harus lari menaiki tangga karena panggilan bapak yang tak henti di ponselku! Aku kira bapak mau mati sampai nggak sabar nunggu aku datang!" ucap Ara dengan mata menatap tajam pada bosnya.
"Kurang ajar sekali kamu sebagai sekretaris!"
"Bapak lebih nggak tau waktu!" keluh Ara, lalu tatapannya teralihkan pada pakaian yang berjejer di atas tempat tidur.
“ini apa pak ?” Ara benar-benar tak habis pikir dengan yang di
lihat.
"jadi cuma gara-gara ini ...., aku harus berlari, meninggalkan adikku sendiri, pengen aku jambak nih rambut si bos....." batin Ara mengutuki kelakuan si bosnya yang sok keren ini, jika bersama orang lain dia sok cool, tapi jika bersama Ara, sepertinya Agra akan menunjukkan sifat aslinya. Menyebalkan.
“Ya ini kamu harus pilihkan kemeja mana yang harus aku kenakan untuk acara hari ini, kamu kan tau
hari ini aku diajak Viona menghadiri pameran busananya!” ucap Agra yang tidak mau kalah, ia menunjukkan semua kemeja yang terlihat masih baru.
“Tapi kan pak ....!” Ara memberi jeda pada ucapannya menahan kesal. Seakan kali ini nafasnya keluar dengan percuma.
“Ini bukan yang pertama bapak ketemuan, kenapa harus seribet ini sih?!" Ara benar-benar kesal
dengan kelakuan bosnya, pasalnya bukan Cuma sekali ini saja.
Ini bukan yang pertama, sudah begitu banyak hal yang di luar logika yang di lakukan oleh bosnya itu. Pernah suatu malam saat Ara sedang enak-enaknya tidur ada telpon darurat cuma untuk mengantarkan sebuah berkas yang sebenarnya tidak terlalu penting. Lalu ketika acara ulang tahun adiknya, Ara bela-belain untuk mencarikan makanan untuk Viona yang akhirnya ternyata tidak di makan dan dia harus meninggalkan acara adiknya.
Bahkan seperti tidak ada hari libur, setiap akan libur telpon itu selalu datang.
Pernah suatu ketika saat Ara sedang jalan dengan pacarnya, si bosnya menelfon dan menyuruh datang ke apartemen hanya untuk menanyakan makanan yang cocok untuk wanita yang sedang diet.
Hal-hal konyol yang selalu di lakukan oleh bosnya, ia tidak tahu kehidupan seperti apa yang di miliki oleh bosnya sebelum hidup mandiri di apartemen yang sekarang dia tinggali, bahkan untuk memilihkan dasi, sepatu, dan masih banyak hal sederhana lainnya saja dia tidak bisa.
Ara hanya bisa memegangi kepalanya yang terasa pusing sambil menatap kemeja yang berjejer di atas tempat tidur itu. Sepertinya si bos menyadari kesalahannya hingga membuatnya mendekati Ara dan berkata sedikit lembut, hanya sedikit.
“Maaf Ara, tapi ini darurat, aku tidak mungkin datang ke acara itu dengan penampilan yang biasa aja, kamu kan orangnya mengerti fashion, makanya aku panggil kamu ke sini!” Agra memberi alasan pada Ara agar tidak marah lagi.
“Tapi kalau kayak gini kan aku jadi telat pak, aku juga punya acara sendiri!” ucap Ara tak bisa menahan
lagi rasa kesalnya. Ia sudah mengabaikan acaranya sendiri dan mengecewakan ayah dan adiknya. Pasti semua kerabatnya banyak menanyakan dirinya.
Setelah perdebatan panjang akhirnya Ara harus menyerah dengan kesal, ia memilihkan semua kebutuhan Agra yang akan ia kenakan ke acara Viona, dari ujung rambut hingga ujung kaki.
SULTAN MAH BEBAS ......!!!!!!!
Bersambung
...Lain waktu ajarkan aku bagaimana mencintai seseorang agar aku tahu hebatnya di cintai...
-
-
-
-
-
-
jangan lupa kasih Like dan Komentarnya ya kakak
Aku tunggu
kasih Vote juga
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
Happy reading 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
begitu lah kalau kerja sama orang 🤭 tapi jangan sampe ketemu bos kaya Arga deh 🤣
2024-03-04
5
Hatijahanwar
bisa biaa itu si bos jatuh cinta sma arah
2022-02-16
0
Heny Ekawati
bos nyeleneh itu
2021-06-24
0