Egois

...***...

"Lu tau kan kalo terus ngedukung Fellin yang ada yang bakal tersakiti tuh dia. Gimanapun akhirnya yang bakal tersakiti itu dia. Lu pada ngerti ga sih?" Ujar Erlan pada kedua rekannya. Mereka bertiga sedang melakukan rapat mendadak, guna mengembalikan kebahagiaan mereka berlima.

Mereka bertiga adalah Erlan, Cecil dan Arga. Jangan tanya Azril kemana, mana mau dia ikut rapat hal-hal ini, Azril sudah berubah, dan dia terus menjauh dari mereka.

"Gua juga setuju sih, Fellin harus segera move on, kalo udah move on, kita bisa balik lagi ngumpul sebagai sahabat baik dari dulu." Tambah Arga. Dia sangat menghargai persahabatan diantara mereka, persahabatan erat sejak kecil dahulu, yang sudah mereka jaga dan mereka bangun.

Benar, Arga kesal dengan cinta. Karna cinta sialan itu yang kini merusak persahabatan mereka berlima.

"Gue setuju, bahkan sangat setuju, kalo seandainya Fellin emang bisa move on, tapi lu pada liat Fellin kan? Lu liat? Emang lu pada tega? Sorry, gue ga bisa liat dia gitu." Cecil mengangkat tangannya, dia masih tidak tega menolak permintaan sahabatnya itu. Cecil beranjak pergi dari sana, segera menuju ke tempat Fellin, sebelum Fellin benar-benar merasa sendiri.

"Lu bukan ga bisa, lu cuma ga berani untuk bilang engga, lu cuma takut Fellin bakal benci sama lu, karna lu nolak permintaan Fellin kan?" Kata Erlan yang mampu menghentikan langkah Cecil.

"Emang, gue ga bisa, ga bakal bisa buat nolak Fellin. Gue bukan pawangnya Fellin, tapi Fellin pawangnya gue, gue ga bisa, gue ga bakal bisa kalo Fellin benci gue." Cecil melanjutkan jalannya lagi. Dia dingin, tapi soal Fellin dia lunak. Tidak akan bisa Cecil melanjutkan hidup, jika Fellin membencinya.

"Lu egois Cel, lu egois!"

"Memang, gue emang egois." Cecil tidak peduli, selama menjadi egois adalah langkah agar dia tidak dibenci oleh Fellin. Cecil akan melakukannya, menjadi egois? Cecil bisa!

Erlan menunduk, lalu kemudian dia tertawa besar.

Tapi, bukan cuma lu Cel yang egois, sebenarnya gue juga egois, gue mau Fellin move on, bukan karna demi persahabatan kita balik, karna gue ingin memiliki Fellin seutuhnya. Gue egois, lu juga egois, Azril egois, Fellin juga egois, kita manusia pada dasarnya memang egois.

Erlan tau, Cecil tidak egois sendirian, mereka semua adalah kumpulan manusia egois yang belum bisa menyelaraskan perasaan masing-masing.

Ironis memang, tapi itulah yang terjadi, Erlan tau itu.

...***...

Azril berhenti di sebuah bangku panjang berwarna putih di bawah pohon itu, cukup dingin disana. "Lu berdiri di situ, ga usah gerak, dan kalo bisa juga ga usah nafas." kata Azril yang sama sekali tidak ada nada bercandanya.

Sania hanya mematuhinya dengan syarat beberapa umpatan di dalam hatinya. Untung saja tempat dia berdiri saat ini sejuk, jika panas, ah sudahlah. Biarkan Sania fokus memakai Azril di dalam hatinya, melampiaskan segala kedongkolan yang memenuhi hatinya.

"Kenapa semuanya jadi kacau begini?"

"Ya mana gue tau, kok tanya gue. Kan yang ribut sama Fellin tuh lo." sahut Sania seadanya.

Azril menatap Sania sinis. "Siapa yang nanya lu, gua ngomong sendiri."

"Gila dong." Tambah Sania tanpa dosa.

"Lu itu bener-bener ya, Gua tuh ngomong sendiri, anggap aja lu ga denger apa-apa. Lu patung."

"Kalo emang mau sendiri ngapa maksa gue buat ikut kan gue bisa makan di kantin sekarang." Sahut Sania sembari sedikit memasang ekspresi tak suka.

"Lu bego ya! Kalo lu ga sama gua lu bakal di hajar Fellin lagi, yang ada kaki kiri lu bakal pincang lagi! Gitu aja masa ga ngerti! Sekarang mending lu diam! Tutup telinga tutup mulut, belajar jadi patung."

Deg.

Sania mendadak diam, dia benar-benar tidak menyangka Azril memikirkannya sampai sejauh itu. Tapi yang Azril katakan ada benarnya, kemanapun Sania pergi, jika itu tidak dengan Azril sama saja, Fellin akan memberinya pelajaran.

Sebenernya soal Fellin gue sih bisa tampar balik, kalo misalnya bokap gue sekaya bokap dia. Kita bukan beda mental, kita cuma beda latar belakang.

"Ma--" Sania mengurungkan niatnya.

Halah, lagian gue bermasalah sama Fellin kan juga gegara lo, ya lo juga harus tanggung jawab ngelindungin gue, sekian.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***