***
Bel istirahat sudah berbunyi, banyak murid segera pergi ke kantin. Tak ada satupun orang yang mengajak Sania, tentu saja mereka takut dimusuhi oleh Fellin. Bahkan saat Sania menatap salah satu dari mereka, mereka langsung membuang muka dan berlenggang pergi. Yah setidaknya, tidak dihujat secara terang-terangan saja sudah merupakan keberuntungan bagi Sania.
Akhirnya Sania berjalan keluar sendiri. Sepertinya hari-hari sekolah yang tak menyenangkan sudah ada dalam bayangannya.
"Sebagai penebusan lo terlambat tadi pagi, lo harus bayarin gue makan di kantin! S-E-K-A-R-A-N-G! Pokoknya harus! gue menolak untuk ditolak!" Titah Fellin yang kini sudah berdiri didepan Azril. Wajahnya manis dengan senyuman terukir disana, dia sangat berharap Azril ingin makan bersamanya.
Azril mengeluarkan sebuah card. "Lu ambil, beli semua makanan yang lu suka." pria yang tidak merubah raut wajahnya itu melenggang pergi, meninggalkan Fellin dan card yang Azril berikan, jangan tanyakan isinya, sulit dijelaskan pastinya, angkanya terlalu banyak. Namun Fellin masih menahannya. Fellin tidak butuh uang Azril, karna Fellin sendiri sudah banjir akan uang, yang Fellin inginkan, hanya Azril seorang, hanya Azril dan perhatiannya, bukan uangnya.
"Gue nggak butuh duitnya, gue butuhnya elo. Ngerti nggak sih?"
"Bodoamat, gua ga perduli. Manja banget, makan doang minta ditemenin." Azril diam sejenak, sebelum kata itu keluar dari mulutnya. Dia menatap Fellin dengan penuh ketidaksukaan.
"Zril?"
"Najis." Kata itu akhirnya keluar dari mulut Azril.
Deg
Jantung Fellin berdegub sangat kencang, apa yang baru saja Azril katakan? Kata sekejam itu dia lemparkan pada gadis yang setiap hari selalu mandi pagi, berdandan cantik, lalu menyemprotkan parfum yang wangi. Dengan usaha sekeras itu, Azril masih berani mengeluarkan kata sekejam itu?
Gadis yang baru dimaki itu kini terdiam, badannya kaku membeku.
"Woy!" Erlan langsung menarik kerah baju Azril. "Tarik kata-kata lo barusan!" Erlan sudah murka, dia sangat marah, dia yakin bahwa Fellin terguncang jiwanya saat ini. Mana bisa Erlan tenang saat gadis yang paling dia cintai, nyaris menangis saat ini.
Namun sudah dilerai oleh Arga sebelum pertikaian semakin besar terjadi. Arga menarik Erlan yang emosinya sudah meluap-luap, bahkan nyaris merusak wajah tampan Azril.
"Kita butuh bicara Zril." Arga menarik Azril dan Erlan menjauh dari Fellin.
Setelah tak melihat lagi Azril, Fellin berlutut lemas, di kelas yang sepi itu, Fellin menangis di bahu Cecil yang juga ikut terduduk. Fellin itu lemah, dia mudah cemburuan dan sangat rapuh. Dia butuh seseorang menjadi tempat bersandar untuknya, hanya ada Cecil saat ini.
"Cil, kenapa sama Azril sekarang gini? Dia mendadak berubah, apa dia bosan? Dia cape sama gue yang manja?" lirih Fellin, suaranya sangat pilu, menyayat semua telinga yang mendengarnya. Gadis secantik Fellin, menangis seperti orang bodoh untuk Azril.
Tuk ...
Cecil memukul pelan kening sang gadis manja.
"Gak usah berfikir berlebihan, kali aja Azril lagi banyak masalah." nasihat Cecil, dia juga yakin ada yang berbeda dari Azril. Sangat berbeda hingga sulit dipercaya. Padahal dulu sepertinya Azril yang terjebak cinta posesif pada Fellin, tapi kini pria itu mendadak berubah 180 derajat sempurna.
Aneh, padahal dulu kayaknya si Azril cinta mati sama Fellin. Ada apa sekarang? Kenapa pria es itu mendadak berubah?
Cecil semakin yakin ada hal yang Azril sembunyikan saat ini. Perubahan mendadak, selalu mengundang kecurigaan.
"Tapi Cil? Apa yang kayak orang-orang bilang, setiap orang akan berubah?"
"Shtt, itu gak bener."
......................
Di tempat lain, sudah ada tiga sekawan yang berkumpul disana, tiga sekawan yang digadang-gadang sebagai tiga pangeran sekolah. Mereka bertiga top list calon suami idaman yang tidak ada duanya.
"Lu kalo ada masalah cerita sama kita, jangan lampiasin ke Fellin. Kasian dia, dan perkataan lo barusan nggak termaafkan, bukan cuma Erlan, Gua juga bakal hajar lu kalau masih kasar sama Fellin. Lu tau kan? Dia rapuh." Ujar Arga memulai topik sensitif itu. Arga juga sangat kesal pada Azril, bukan hanya Azril tapi pada siapa saja yang berani menyakiti Fellin, secara fisik maupun mental. Karna bagi Arga yang anak tunggal, Fellin sudah seperti adiknya sendiri, adik yang paling dia sayangi, adik yang manja dan lemah.
"Lu berdua tau kan? Fellin tuh manja banget, alay, lebay, over posesif, gua jadi ilfeel. Lu inget kan, gua udah mutusin dia bulan lalu. Dia sendiri yang nggak mau diputusin, salah gua dimana kalo gua jijik sama cewek manja kayak dia?" terang Azril blak-blakan. Memang benar mereka sudah berpacaran selama bertahun-tahun, tapi Azril baru memutuskan Fellin sejak bulan lalu, dan tentu Fellin menolak ajakan putus itu.
"Bukannya lu udah tau ya kalo Fellin emang udah jadi cewek manja dari kecil, meskipun gitu, lu masih bilang suka. Maksud lu apa?" Sambung Erlan yang mencoba menahan emosinya. Fellin tidak pernah berubah, karna sejak kecil Fellin memang seperti itu. Fellin apa adanya seperti itu. Dan Erlan sampai sekarang masih mencintai Fellin yang manja itu.
"Gua ga tau, tiba-tiba jijik aja sama sifat dia yang over bucin dan berlebihan gitu. Lu kalo suka sama dia, ambil aja, malah bagus nggak jadi parasitnya gua."
Arga mencengkram bahu Azril erat, matanya tajam menatap retina sang pria cool itu. Tampaknya Arga yang biasa tenang juga jadi sedikit kehilangan kendalinya. "Tutup mulut lu Zril, jaga ucapan lu baik-baik. Sekali lagi, pikirkan lagi ucapan lu, sebelum lu ngomong sama Fellin. Apalagi berani jelek-jelekin dia."
Entahlah, Erlan bingung harus bahagia atau bersedih, bahagia karna memiliki kesempatan besar, atau sedih karna tau Fellin semenjijikan itu dimata orang yang begitu ia cintai. Sakit, sesak, hatinya berdenyut perih, Erlan bingung memilih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments