|Sebelum Masuk Kelas|
Setelah melihat Erlan membawa Fellin, Azril keluar dari mobilnya. Dia merasa lega karna akhirnya si gadis pengacau masuk juga.
Bugh!
Ketidakberuntungan memihak pada Azril, saat dia membuka pintu mobil ternyata ada gadis yang baru saja lewat, pintu itu menabraknya, hingga membuatnya terjatuh.
"Hey! Kalau buka pintu mobil tuh liat-liat dong! Gak liat apa ada orang lagi jalan! Duh, mana sakit banget lagi." Oceh sang gadis membersihkan pakaiannya. Dia yang sudah jatuh tersungkur menatap benci pada oknum sang penyebab.
Azril hanya menatap gadis itu datar. Suasana hatinya cukup buruk kali ini, jangan mengganggu Azril. Dia saja baru selesai soal Fellin, sudah ada satu lagi gadis pengganggu di depannya.
"Bukannya minta maaf atau paling engga nanya keadaan gue, ini malah diem aja." sambung gadis itu tak habis pikir. Dia berusaha bangkit berdiri sendiri.
"Minggir deh, sakit mata gua liat lu." Azril melenggang pergi, setelah meninggalkan kata-kata pedas luar biasa.
"Apa lo bilang? Woy! Minta maaf dulu, enak aja main nyelonong gitu doang, woy! Mentang-mentang kaya punya mobil songong amat!"
Azril tak menggubrisnya, menurutnya berdebat dengan orang bodoh hanya membuang-buang waktu.
"Sabar, Sania sabar ..., lo ga boleh buat kesan buruk dihari pertama lo masuk sekolah ini, sabar Sania." Gadis itu menarik napasnya panjang, lalu ia hembuskan seluruhnya. Setelah beberapa detik, ia tersenyum dan melanjutkan perjalanannya. Vibes positif ingin dia sebarkan hari ini. Jadi dia tidak mau berdebat lebih jauh, walau kesal memang.
Sania namanya, gadis cantik dengan tinggi semampai, rambut lurus dan panjang, hitam juga lebat. Dia termasuk kategori cantik di sekolah lain, tapi biasa aja di sekolah ini karena disini, gadis seperti Sania ada banyak.
Sania, si gadis petakilan dari SMK biasa sedang merayap masuk ke sekolah para elite ini. Sania berhasil berada di sini, karna suatu hal yang luar biasa terjadi pada dirinya. Dia yang gadis biasa, berhasil mendarat di antara anak konglomerat.
Mulut Sania terbuka lebar, cukup untuk beberapa lalat masuk dengan nyaman disana.
"Ha? Udah baris? Jam segini? Terus gue telat dong? Hadehhh ... hari pertama sekolah gini amat." keluh Sania saat melihat semua orang sudah baris. Padahal Sania yakin ini masih pukul tujuh pagi, biasanya SMK nya saja masuk tujuh lewat tiga puluh menit.
"Iya gue lupa, gue masuk di sekolah bangsawan, kelas dan martabatnya udah beda." lanjutnya mencoba memaklumi kebiasaan sekolah barunya.
"Sekarang apa? Gimana?" jantung gadis itu berdetak begitu kencang, dia tidak tau harus bagaimana sekarang. Ini pertama kalinya dia datang, dan apakah dia langsung ditendang?
"Hey kamu, yang baru datang, kemari." panggil salah seorang guru. Sania menoleh, tepat di hadapannya berdiri sosok tegap seorang pria, dengan kacamata terpasang manis di hadapannya.
Sania tau dia seorang guru karna penampilan formalnya, tapi sulit di percaya wajah tampan dan masih muda itu, berstatus sebagai seorang guru.
Sania merasa jantungnya sudah ingin keluar saat dia sudah ada di depan guru itu. Wajahnya sih memang tampan, tapi mata dibalik kaca itu sangat tajam dan menyeramkan.
"Ambil ini, dan siram semua bunga itu." Titah sang guru tampan, Sania tidak tau namanya dan guru bagian mana beliau sebenarnya.
Guru itu pergi meninggalkan Sania sendiri, tampaknya hanya dia yang terlambat hari ini. Sang guru tampan melenggang pergi begitu saja.
"Syukur deh cuma diminta siram bunga, engga langsung di DO. Tapi, buset dah hari pertama gak ada yang terlambat. Sekolah bangsawan emang beda, beda banget sama SMK gue yang bar bar, mungkin mereka semua masih tidur nih. Keliatan banget etika bangsawannya."
Sania semakin ragu, dirinya yang petakilan apakah bisa beradaptasi di sekolah yang luar biasa ini. Ini sangat jauh dibanding SMK-nya.
Tanpa sengaja Sania melihat Azril yang baru masuk, Azril berjalan begitu santai seolah sudah biasa.
"Lah itu kan cowok tadi? Oh gue tau! gue tau, pasti dia berandalnya sekolah ini. Dari tampang sih begitu, sikapnya yang sok kece juga. Hadeh, dasar beban sekolah." terka Sania sembari mengangguk-anggukan kepalanya. Ya ampun Sania ini, belum kenal Azril tapi sudah menilainya begitu saja. Mungkin faktor kesal karna pertemuan pertama mereka kan?
Azril berjalan mendekat ke arah Sania. "Sejak kapan tukang kebun pakai seragam yang sama kaya murid, terus sejak kapan tukang kebun tidak punya etika?" sindir Azril, entahlah dia cukup kesal karna kejadian tadi pagi, membuat mobilnya sedikit lecet. Dan lagi, Azril jadi terlambat, meskipun faktor utama keterlambatannya adalah Fellin kan?
Byurrr!!!
Mendengar ejekan barusan, ditambah dengan kejadian tadi pagi sudah cukup untuk membuat Sania menyiram orang itu. Ya ya ya, bagi Sania dia layak mendapatkannya. Persetan dengan konglomerat, keadilan harus ditegakkan!
"Apa lo bilang? Gue tukang kebun? Lo ga liat gue pake seragam sekolah? Lo juga tukang kebun dong." katanya membela.
Kemarahan Azril sudah sampai di ubun-ubun, hari ini semua kacau karna dua wanita. Dia terlambat karna Fellin, dan sekarang di tambah dia basah karna gadis tidak sopan ini, yang tampak kampungan.
"Lu--!!!"
"Hey kamu! Apa yang kamu lakukan! Den Azril enggak apa-apa?" tiba-tiba seorang pria berseragam seperti tukang kebun datang menghampiri. Dia melerai pertengkaran antara dua anak muda ini.
"Mending lu ga usah pernah muncul lagi di hadapan gua. Kalau mau sekolah lu nyaman." Azril melenggang pergi dengan jasnya yang basah. Tatapan setajam elang dia lemparkan pada Sania, sebelum dia benar-benar pergi.
"Loh? Lo mau kemana? Lo kan terlambat!lo--"
"Shhttt diam! Kamu ini ga tau diri ya, apa--" ucapan tukang kebun itu mendadak berhenti, dia lalu menatap wajah Sania serius. "Kamu murid baru disini?" tanya nya saat dia sadar, dia tidak familiar dengan wajah Sania. Tentu saja tukang kebun nyaris mengenal semua murid disini, karena murid disini terbatas jumlahnya.
Sania mengganguk. "Iya, baru masuk hari ini. Saya kelas 2 Pak."
"Pantes kamu gak tau, ada lima putra putri bangsawan besar disini, yang sama sekali nggak boleh kamu ganggu, atau hidupmu nggak akan tenang di sekolah ini nak." Nasihat tukang kebun dengan penuh harapan. Dia memberikan wejangan pada gadis yang baru masuk ini.
"Siapa aja mereka pak?" Tanya Sania juga penasaran, dia memutuskan untuk tidak ingin berhubungan dengan yang lima itu.
"Mereka adalah, nona Fellerin Skylira, Tuan Az--"
"Hey! Kenapa kalian malah ngobrol? Cepat kerjakan pekerjaan kalian, sebentar lagi upacara selesai." bentak seorang guru tampan yang tadi baru saja menghukum Sania. Wajahnya memang tidak bersahabat untuk diajak bercanda.
Tukang kebun, Pak Tejo namanya, dia kembali untuk menyapu dedaunan dibawah pohon sana. Meninggalkan Sania dengan segala rasa penasarannya.
Sania celingukan kekanan dan kekiri, dia mencari sosok Azril guna melaporkannya bahwa dia juga terlambat. Sania benar-benar ingin melaporkannya, tapi Sania tidak tau namanya. Akhirnya dia menyerah untuk menjadi sang pengadu.
"Padahal tadi kayaknya tukang kebun ada nyebut namanya deh, siapa ya? Arghh lupa, dasar pikun!"
***
Tepat saat upacara selesai, Sania juga sudah menyelesaikan hukumannya. Melalui petunjuk guru tampan tadi, dia akan masuk di kelas 2-1.
"Untung ganteng kan Pak, selain ganteng gak ada yang lebih baik dari Pak Arlan." Gumam Sania berjalan dikoridor sendirian.
Setelah banyak hukuman dari Pak Arlan si guru BK, yang sudah Sania ketahui nama dan bidangnya, dia akhirnya bisa bebas. Meskipun Pak Arlan itu ganteng, Sania gak mau lagi terlibat urusan dengan guru sedingin dan sekejam itu, auranya aja udah beda.
"Udah ada kayanya gue muter-muter di lorong nyari kelas 2-1 ga ketemu-ketemu deh."
Saat sudah lelah mencari, dia tiba-tiba melihat Azril berjalan. Dengan cepat Sania mengikutinya. Menurutnya, Azril masih berhutang maaf padanya. Sebenarnya Sania sudah kesal dan lelah, dihukum, mencari kelas dan sebagainya, dia hanya butuh oknum pelampiasan, dan kebetulan Azril hadir di depannya, saatnya pembalasan.
"Sejak kecil nenek selalu ngajarin gue, bahwa manusia hidup ga akan bisa lepas dari tiga hal, dari kata makasih, maaf, dan tolong. Hari ini gue bakal kasih tau cowok itu apa arti kata maaf."
Sania mengejar Azril dengan penuh semangat. Dia bahkan menarik sudut bibirnya, membayangkan wajah searogan Azril akan minta maaf.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments