...***...
Pagi itu Cecil melihat Fellin sendirian di balik ruangan, entah apa yang dia diskusikan dengan dinding pagi-pagi begitu.
Tampak Fellin melemparkan sebuah bungkusan ke dinding, lalu mengambilnya kembali. Dia melemparnya lagi sambil mulutnya komat-kamit lalu diambil lagi. Begitu terus sampai beberapa kali, Celin juga heran sih.
Tukhh
Cecil menepuk Jidat Fellin pelan sembari menempelkan uang seribu rupiah disana, kebiasaan Cecil emang, dia punya sekali uang pecahan seperti itu.
"Fiks sih ini, kita mesti ke psikolog pulang sekolah nanti. Lu ngapain begitu? Ngegabut sama dinding? Kesel sama dinding? Atau pengen uwu-uwuan sama dinding? Ga dapet Azril dinding pun ga masalah?" tanya Cecil bersandar di dinding sembari melipat tangannya, mengunyah permen karet sembari terus menatap Fellin geli, sedikit tertawa, dia mencoba menahan suara gelak yang nyaris keluar.
"Gue lagi simulasi cara buat lempar duit ini ke si cewek gatel itu." Sahut Fellin polos. Fellin menunjukkan segepok uang yang ada di dalam amplop itu, uang itu ingin Fellin berikan pada Sania, gadis yang kakinya tempo hari Fellin injak.
Cecil mencoba menahan tawanya, hanya saja perutnya sudah sangat geli, dia benar-benar ingin tertawa dengan suara.
"Ya udah lu liat tutor di youtuube sana."
"Udah, udah gue liat kompilasi drama melempar duit. Tapi gue bingung yang bagus yang mana. Kayaknya gue bakal lempar di hidungnya biar pesek, terus anginnya bakal kena bulu matanya semoga rontok semua, trus karna liat bulu matanya ga ada, Alisnya kesepian jadi ikut rontok semua. Botak alis deh dia." Celetuk Fellin seadanya, tapi sungguh gadis manja ini benar-benar memikirkan hal itu.
"Bakal bisa liat tuyul dong dia?" Sambung Erlan yang tiba-tiba sudah ada di sebelah Cecil, namun dia berusaha keras untuk tidak tertawa. Tapi dia benar-benar ingin sekali tertawa.
"Tuh dia mau ke kelas, lu samperin deh, lempar tuh duit." kata Cecil menepuk bahu Fellin. Menunjuk Sania yang ada disana.
Tepat sekali Sania berjalan sendirian, tidak ada Azril disana.
"Oh? Oke! Gue udah latihan lempar duit ini di rumah, gue pasti bisa!" Fellin berjalan menuju ke arah Sania, dengan menggenggam uang yang cukup banyak di tangannya.
Fellin segera berhenti tepat di depan Sania, membuat langkah gadis berkuncir itu terhenti.
Fellin menatap Sania dari ujung kaki hingga ujung kepala. Begitu juga Sania yang mengernyitkan satu alisnya, melirik Felllin heran. Ada apa ini? Ini masih pagi apa dia akan kena siksa lagi?
Gadis manis itu menatap Sania lekat, tepat di retina matanya.
"Arghh Nah! Buat obatin kaki lo!" Fellin meletakkan uang itu di tangan Sania, ia tidak jadi melemparnya di hidung Sania.
Fellin menghentakkan kakinya lalu segera pergi dengan ekspresi yang aneh.
Cecil dan Erlan yang memperhatikan itu tertawa terbahak-bahak dari tempat mereka berdiri.
"Asli sih ini mah si Fellin buat sarapan gue gak turun, ngakak anjiiir." celetuk Erlan memegangi perutnya, sedikit geli.
"Gue duluan dah, mau nyusul tuh anak, sampein maaf ke cewek itu ya. Terus nih kasih ke dia." Cecil memberikan sebuah permen karet kesayangannya, ia tersenyum tipis, gadis itu langsung berjalan mengikuti sahabatnya itu.
Erlan sendiri melirik Fellin dengan senyuman manis, hatinya hangat, Fellin yang dia kenal masih belum berubah.
Erlan melihat ke arah Sania, tampak gadis itu masih setengah kebingungan, Erlan langsung menghampiri Sania.
"Hey, Lu Sania kan?" Sapa Erlan ramah.
"Fellin tuh orangnya baik, cuma caranya aja yang salah. Lu mau bilang gitu kan?" Tanya Sania tepat saat Erlan berhenti di depannya.
"Soal Fellin baik atau buruk itu lu sendiri yang nentuin, dari sudut pandang lu. Kalo dari sudut pandang gua mah dia emang yang terbaik. Gua kesini cuma mau bilang, Maaf mewakili Fellin, dan tolong jangan bilang ke Azril kalo kaki lu karna Fellin, atau Azril bakal benci banget ke Fellin." Jawab Erlan sekenanya. Sampai akhir, Erlan juga masih ingin melindungi Fellin, walau tau Fellin yang bersalah.
Telat, si Azril udah tau lebih dulu malah. Dan dia-- dah kah bodoamat, bukan urusan gue.
Jawab Sania dalam hati, dia juga bingung haruskah dia jujur?
"Oke deh, gue maafin dan ga bakal bilang Azril." Bohong Sania, dia tidak ingin ribut, akan lebih baik kalau dia memendam semua ini sendiri, kan?
"Thanks, gue cabut dulu. Oiya, ini permet karet titipan Cecil, katanya buat lu." Erlan melempar permen karet itu dan melenggang pergi begitu saja.
Sania diam mematung sebentar. Deg!
Ada yang aneh.
Untuk pertama kalinya ada bangsawan yang ngomong maaf, tolong, dan makasih ke gue? Wait... Gue ga salah denger kan?
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Dewi Etikawati
Erlan mewakili bangsawan yg msh memegang 3 kata prinsip hidup itu, San.
2022-12-27
0