...***...
Sania menampilkan senyuman termanisnya. "Tuan muda butuh sesuatu kah?"
Azril diam saja, dia menaikkan sebelah alisnya. "Kok tiba-tiba berubah? Dari beruang galak? Jadi kucing penurut?"
...Ingin ku gatok kepala mu. ...
"Tuan muda sepertinya lupa, anda tuan muda dan saya pelayan di sini." Jawabnya tanpa memudarkan senyuman manisnya.
"Heh...," Tiba-tiba Azril tersenyum miring, entah apa yang membuatnya tertarik.
Azril mengangguk mengerti. "Iya juga yah, lu kan jadi pelayan, gua tuan mudanya. Enaknya ngerjain lu apaan yak."
Sania langsung memudarkan senyumannya. Cukup sudah, kesabarannya sudah habis untuk malam ini. "Udah dong, gue cape tau bersih-bersih. Males banget ributin apapun."
"Ya bodoamat, itu kan tugas lu. Oh iya lu bilang gua utang maaf kan ke elu, nah sekarang gua mau lu minta maaf ke gua." titah Azril tanpa rasa bersalah.
Sania melongo heran. "Apa sebabnya gue mesti bilang maaf ke elo?"
"Karna gue tuan mudanya, dan lu pelayannya, jadi pelayan mesti nurut kata tuannya. Ya kan?" Azril tersenyum menang. Saat pertama kali bertemu dengan Sania, Azril tau Sania memiliki ego yang cukup tinggi. Sayangnya Sania bertemu dengan orang yang salah, yaitu Azril yang hobinya menjatuhkan ego orang lain.
Sania diam saja, mulutnya tertutup rapat akurat. Dia tidak mau mengucapkan kata itu.
"Lu pelayan ga usah punya ego terlalu tinggi deh, yang boleh punya ego tinggi tuh yang bertahta, punya kekuasaan. Jadi, banyak-banyakin sadar diri aja. Kurang-kurangin tuh gengsi, kan malu sendiri." Azril menepuk pundak Sania, lalu berjalan pergi begitu saja.
Jujur saja, jika bukan karna neneknya yang masih butuh perawatan, Sania mungkin sudah menendang kepala orang ini. Soalnya mulutnya itu benar-benar minta dipijak.
"Apa orang bertahta yang punya banyak kekuasaan kayak lo? Ga pernah diajarkan untuk minta maaf gitu?" tanya Sania dengan raut wajah tak sukanya. Pertanyaan itu mampu menghentikan langkah Azril.
"Apa itu kata maaf?" Azril tersenyum dan melenggang pergi.
Sania mengepalkan tangannya kuat, dia benar-benar tidak menyangka, ternyata ada jenis manusia seperti Azril.
Padahal kata maaf, tolong dan terima kasih adalah dasar-dasar untuk manusia hidup. Kenapa tercipta manusia sesombong dia? Ga habis thingking gue.
......................
Sania sudah memakai seragamnya rapi, setelah dia menyelesaikan pekerjaan rumah. Sania baru saja ingin berangkat ke sekolah, namun bencana mendatanginya.
"Sanianya ke sekolah bareng Azril aja, toh kan sekolahnya sama." Kata Pak Wira ramah.
Sumpah pak, Sania jalan kaki juga gapapa sumpah gapapa demi Alek, asal jangan sama iblis ga punya hati itu.
Andai saja Sania mampu mengatakannya langsung dan bukan sekedar membatin. Pasti jauh lebih baik.
"Ga usah Tu--"
"Gapapa, masuk aja. Biar ga terlambat kayak kemarin." Sambung Nyonya Anya mendorong Sania masuk.
Tidak berapa lama mobil itu berjalan keluar dari gerbang mewah itu.
"Sania, lu pelayan gua kan?" sapaan pagi itu datang dari Azril yang seolah menyengat telinga gadis muda itu.
Sejujurnya Sania masih kesal karna kejadian kemarin malam, tapi dia harus melupakannya demi pengobatan Neneknya. Sania harus banyak-banyak bersabar agar Neneknya bisa pilih total.
Sania menoleh kebelakang dengan senyuman palsunya. "Iya tuan muda, saya pelayan." katanya formal.
"Kalau begitu, jadi pelayan gua juga disekolah. Lu mesti nurut sama kata-kata gua disekolah, tidak ada penolakan."
"Apa-apaan itu, gue ga mau ya, ntar yang ada gue di amuk Fellin. Gue ga--"
"Turuti perintah gua, atau layanan perawatan buat nenek lu gua cabut."
"Lo berani?!!!"
"Gua tuan mudanya di sini, yang punya kekuasaan di sini itu gua. Ingat kan? Ingatlah, masa engga."
Sania langsung terdiam seketika. Dia memang harus menuruti semua perintah Azril, atau neneknya tidak akan sembuh.
"Iya, oke, gue bakal jadi pelayan lo di sekolah juga."
"Kalau gitu mulai ganti kata lo jadi Tuan, dimanapun lu berada." Azril menyeringai puas, entahlah benar-benar puas mengganggu orang seperti Sania ini. Dan Sania benar-benar kesal bertemu orang seperti Azril, rasanya seperti terkena kutukan.
......................
Mobil putih itu berhenti di depan gerbang, supir sudah turun dan ingin membukakan pintu untuk Azril.
"Ekhm ekhm, jangan bapak, Azril bosan. Sekarang kan gua punya pelayan baru, biar dia aja yang bukain pintu." Kata Azril dengan wajah sombongnya.
Sungguh, aku benar-benar ingin mengulek wajahnya itu sekarang! Wajah sok ganteng yang buat jijik, howerkkkk.
"Siap tuan muda, akan saya bukakan." Sania tersenyum begitu manis. Dia keluar dari mobil dengan wajah penuh kebencian, terpaksa membuka pintu itu dengan senyuman.
Azril turun tanpa mengatakan apapun.
Pasti ga bakal bilang makasih, kan bener. Sombong amat.
"Azril!!! Lu apa-apaan jalan sama cewek ini?" Tiba-tiba teriakan Fellin sudah mampu memekikan telinga keduanya pagi-pagi begini.
"Eh lo juga ngapain naik mobilnya Azril? Lu gatel ya? Mau jebak Azril? Iya kan? Ngaku lo!" Tanpa pikir panjang Fellin langsung memijak kaki Sania, menekannya sekuat tenaganya. Dia tidak peduli, dia benar-benar marah saat ini. Fellin benci gadis ini. Dan Sania bisa merasakan itu.
"Fell Fell, kalem kalem." Cecil yang sedari tadi bersama Fellin, menarik gadis itu agar kakinya yang mulus tak lagi memijak kaki Sania.
Buset, cewek imut ini keliatannya ga ada tenaga, tapi ternyata tenaganya kuat juga. Mana sakit banget lagi, moga ga berdarah deh, atau jangan bengkak dong. Ntar susah buat ngebabu.
"Apaan sih lu, pagi-pagi udah nyari ribut aja. Minggir deh," Azril langsung melenggang pergi begitu saja.
Namun beberapa langkah kemudian dia berhenti dan berbalik. "Lu ngapain berdiri di situ aja, ikut gua, kita ke kelas."
Mendadak wajah Fellin yang kesal menjadi ceria lagi, senyumannya yang manis mulai merekah lagi. "Oke gue juga mau ke kelas, ayo." Fellin menghampiri Azril dan memeluk lengannya.
"Bukan lu, maksud gua si Sania. Apaan sih lu." Azril melepas genggaman Fellin lalu kembali untuk menarik tangan Sania, membawanya pergi begitu saja.
"Ga bisa! Lu ga bisa giniin gue Zril!!!" Teriak Fellin begitu keras, namun Azril tak peduli, dia mengacuhkannya begitu saja. Jangankan berhenti, bahkan menoleh saja Azril tak mau.
"Kan Fell, kayak--"
"Engga Cel enggak, Azril cuma berubah karna dia ada masalah. Ga mungkin, ga mungkin Azril benci gue. Lu tau kan dia secinta apa sama gue." potong Fellin sebelum Cecil mulai menjelek-jelekkan Azril didepannya.
Sania berjalan bersama Azril walau sejujurnya dia merasa bersalah, dia tidak enak berjalan berdua dengan pria yang dicintai setengah mati oleh gadis lain, jika Sania bisa dia juga ingin menjauh dari Azril.
...***...
Sania yang berjalan satu meter dibelakang Azril menatapnya serius dari ujung kaki sampai kepala.
"Apa?"
Mengerikan, masa iya dia tau gue lagi ghibahin dia dalam hati.
"Gapapa, cuma aneh aja. Lu kemarin ngamuk kayak kesetanan pas tau ada yang ambil foto Fellin diem-diem, eh tapi malah selalu dingin, dan marah-marah didepan Fellin, itu maksudnya apa?"
Tiba-tiba Azril sudah menghentikan langkahnya.
Mati deh nih gue, hadeh mulut. Harusnya gue ga bilang gitu tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments