Akhirnya pertandingan terakhir di menangkan oleh SMA Cempaka Putih dengan skor tipis 91-92.
Sorak Sorai kemenangan bergemuruh sore itu.
Bukan hanya para siswa dan siswi SMA CemPut yang begitu senang, tapi beberapa guru yang ikut hadir pun bangga melihat bagaimana pertandingan itu berlangsung. Hebatnya tidak ada kecurangan bahkan kekerasan, semua pemain sportif dalam bertanding.
Mereka pun berpelukan dengan cara membuat lingkaran. Sasi yang berada di tengah antara Axel dan Gara.
Axel menepis tangan Gara yang melingkar di punggung Sasi. Gara pun reflek menengok ke arah Axel, dengan tatapan tajam dia kembali melingkarkan tangannya di tempat tadi.
Axel kembali menepis tangan Gara lagi. Sasi yang tidak mengetahui apa yang terjadi di antara mereka pun masih tersenyum dengan gembira karna tim mereka mampu mempertahankan kemenangan mereka selama tiga tahun berturut turut.
"Sas, selamat ya.." Rio yang lagi lagi tiba tiba datang mengejutkan Sasi yang sedang merayakan kemenangan mereka
"Oh, iya thanks.." jawab Sasi tersenyum sambil menerima uluran tangan Rio
"Kenapa cuma sama Sasi ngucapin selamat nya ? di Tim kan ada lima orang yang main, bukan cuma Sasi !!" ketus Gara pada Rio,
"Iya selamat juga buat kalian," Rio menjabat tangan satu persatu dari para pemain di SMA CemPut itu
"Sas, lo balik sama siapa ?" tanya Rio
"Sama gue !!" belum sempat Sasi menjawab, sudah di dahului Axel dan Gara yang menjawab pertanyaan dari Rio bersamaan
"kompak banget nih adek kaka.." Ledek Reza laku di ikuti oleh Sasi, Iwan dan beberapa pemain cadangan yang tertawa bersama.
"Gue di jemput sama abang gue, memangnya kenapa Rio ?" Sasi pun menjawab pertanyaan Rio
"Tadinya aku mau ngajak kamu balik bareng," ucap Rio. Sasi hanya tersenyum mendengar jawaban dari Rio.
**
Setelah penyerahan piala dan sesi foto selesai, Sasi segera merapihkan kembali barang barang bawaan nya. Kelelahan terlihat di wajah cantik nya itu.
"Gue cabut duluan ya," Sasi seraya bangun dari duduknya, Sasi pun berpamitan ke semua teman teman nya, mengepalkan tangannya untuk bergantian bertos ria.
Axel tidak menyambut kepalan tangan Sasi yang mengajaknya untuk tos, Sasi pun mencoba tidak perduli. Dia menurunkan tangannya. Dan melewati Axel, untuk menyalami teman yang lainnya
Setelah berpamitan, dia kemudian pergi meninggalkan Axel dan teman temannya.
**
Hari sudah mulai gelap..
#Di gerbang depan SMA Harapan
"Sas, tunggu !!" Axel menahan tangan Sasi agar dia menghentikan langkah kakinya
"Balik bareng gue !!"
"Sorry Xel, Ka Bian udah nunggu di depan !" Sasi menepis tangan Axel, dengan wajah datar tanpa ekspresi Sasi meninggalkan Axel di tempat itu
Sasi pun melanjutkan langkahnya menuju mobil yang terparkir di bahu jalan sekolah itu. Bahkan kakaknya itu parkir agak jauh dari pintu masuk SMA Harapan. Akibat tidak bisa mendapatkan tempat parkir di dalam sekolah, terpaksa Ka Bian parkir di bahu jalan.
Brug..
Sasi menutup pintu mobil dengan kencang.
"Kenapa ? Kalah ya ?" Bian mengira Tim dari sekolah Sasi kalah di pertandingan hari ini, sehingga membuat Sasi menekuk wajahnya
Sasi tidak menjawab pertanyaan Ka Bian, dia lebih memilih memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak selama perjalanan pulang.
Bian yang mengerti bagaimana adiknya itu pun tidak lagi bertanya. Dia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang agar adiknya itu bisa tidur dengan nyaman di dalam mobil.
**
"Mana Sasi ?" tanya Gara pada Axel yang masih mematung di depan gerbang
"Udah balik !!" ketus Axel sambil berjalan ke arah parkiran dimana motornya berada
"Ck.." Gara berdecak, tapi jauh di lubuk hatinya dia senang, karna Axel maupun Rio tidak ada yang mengantarkan Sasi pulang.
**
Dirumah Sasi..
"Assalamua'laikum" Sasi dan Bian mengucapkan salam bersama sama setelah membuka pintu rumah mereka.
"Wa'alaikumsalam.." jawab Ayah dan Bunda yang sedang menunggu anak anaknya di ruang keluarga
"Gimana pertandingan hari ini ?" tanya Ayah saat Sasi dan Bian bergantian mencium tangan mereka
"Kalah.." Bian yang menjawab pertanyaan Ayah
"Sok tau !!" ketus Sasi menatap tajam ke arah Bian
"kalau menang nggak mungkin itu muka di teluk begitu."
"Ck.." Sasi berdecak "asal kaka tau ya, tim basket sekolah aku itu memenangkan pertandingan hari ini"
"Terus kenapa dari tadi muka di tekuk begitu ? Hah ?" tanya Bian sambil menarik pipi Sasi dengan gemas
"aw aw sakit Ka, lepasin nggak ?!" Sasi memegang tangan Kakaknya yang masih menarik pipi kirinya itu
"Bian, lepasin, kasian itu adik kamu pipinya sampai merah begitu." pinta Bunda, Bian pun segera melepaskan tarikan tangannya
"sudah sudah, mending sekarang kalian mandi dulu, Ayah dan Bunda tunggu di meja makan."
Bian dan Sasi pun menuruti perintah dari Ayahnya. Mereka segera melangkahkan kakinya menuju kamar masing masing untuk membersihkan diri.
**
Beep Beep
Bunyi notifikasi di ponsel Sasi sesaat setelah dia merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Nomor siapa ini ?" Sasi melihat di layar ponselnya ada pesan dari nomor baru. Dia pun membaca isi pesan tersebut, tapi setelahnya Sasi kembali meletakkan ponselnya itu, dia tidak berniat untuk membalas pesan yang menurutnya dikirim oleh orang iseng.
+62 8131xxxx [Sas, kamu udah sampe rumah belum ?] .. begitu kira kira isi pesan dari nomor yang tidak dikenal itu
Sasi pun bangun, segera berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah beberapa menit di kamar mandi, Sasi keluar dengan menggunakan handuk yang dia lilitkan di bagian dadanya.
drrttzz drrttzz drrttzz
Dering telepon dari ponsel Sasi. Panggilan berakhir, saat Sasi mencoba untuk mengangkat panggilan itu.
"15 panggilan tak terjawab" saat Sasi melihat ponselnya, "dari nomer yang tadi, siapa sih iseng banget !!"
drrttzz drrttzz drrttzz
Ponsel Sasi berdering lagi
"Woy, siapa sih iseng banget nelponin orang dari tadi ?" Sasi langsung marah marah saat dia mengangkat telepon itu
"Sasi.." ucap seseorang di seberang sana
"Iya, lo siapa ? Jangan iseng deh !!" Sasi lagi lagi berkata dengan nada marah
"Aku, Rio,"
"Hah ? Ngapain lo nelponin gue Rio ?" tanya Sasi yang terkejut lalu menurunkan nada bicaranya
"Aku cuma pengen tau, kamu udah sampe rumah apa belum ?"
"Ya ampun," Sasi menepuk jidatnya, dia yang sudah keburu kesal karna dia pikir ada orang iseng yang meneleponnya dari tadi akhirnya menutup sambungan telepon dari Rio.
Menurut Sasi, hubungan mereka tidak sedekat itu hingga Sasi harus menjawab pertanyaan tidak penting dari rival tim basketnya itu.
"Ga jelas banget !!" gumam Sasi sambil memakai baju tidurnya
**
Kini Sasi sudah berada di meja makan bersama Kaka dan kedua orangtuanya.
"Sayang, setelah makan malam nanti, temui Ayah di ruang kerja ya." Ucap Ayah pada putri nya itu
Sasi dengan segera menganggukkan kepalanya. Biasanya jika Ayahnya ingin menemuinya di ruang kerja, berarti ada sesuatu hal yang penting menyangkut dirinya.
*
*
🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments