Sasikirana Atmajaya, 16 tahun
David Axel Prayoga, 18 tahun
*
*
Pagi itu, akhirnya Sasi dan Axel di sibukkan dengan membersihkan halaman belakang sekolah.
"Ya ampun Xel, lo tuh bisa nggak sih nyapu nya yang bener ?" tanya Sasi yang melihat Axel hanya mengayun ayunkan sapunya, "gue ngantuk tau, pengen cepet cepet masuk kelas !!" seru Sasi lagi
"ya elah, lo juga emang bener itu nyapunya ?" sindir Axel dengan memutar bola matanya malas, bagaimana tidak, Sasi pun hanya berjongkok dan sama sekali tidak melakukan hukuman yang di berikan Pak Bakti itu.
"kantin aja yuk, laper nih tadi gak sempet sarapan," ajak Sasi menjatuhkan sapu yang dipegang nya
"gasss .." jawab Axel dengan senyum yang merekah. Memang sahabatnya itu yang paling mengerti, karna dia pun tadi melewatkan sarapan pagi nya
Mereka berdua pun meninggalkan halaman belakang yang masih penuh dengan dedaunan menuju kantin sekolah tanpa rasa bersalah.
"Lo mau pesen apa ?" tanya Axel saat sudah tiba di kantin
"emm, nasi goreng satu setengah porsi pake telornya dua ya setengah mateng," jawab Sasi cepat sambil menjatuhkan bokongnya di kursi kantin
"buset, lo itu cewe apa cowo sih sebenernya ? banyak amat makan nya kaya kuli," ledek Axel sambil mengacak acak rambut Sasi
"di hukum juga butuh tenaga tau !! udah sana buruan gue laper banget," usir Sasi seraya mendorong tubuh Axel
Axel pun segera memesan makanan untuk mereka berdua. Setelah memesan makanan, Axel segera menempati tempat duduk yang berhadapan langsung dengan sahabatnya itu.
"Xel, nanti sore nebeng ya gue ga bawa motor," tanya Sasi yang sebenarnya dia juga sudah tau sahabatnya itu akan menjawab apa, dia hanya ingin memastikan siapa tau Axel berubah pikiran.
"ga bisalah, gue kan boncengin Niken. Lo nebeng sama yang lain aja deh," ucap Axel santai sambil meminum es jeruk pesanan nya tadi
"Ck, tega banget sih sama gue !!" ucap Sasi dengan menunjukkan raut wajah yang memelas
"udah ga usah acting, ga akan mempan !!" seru Axel lagi
*
*
Sementara itu di ruang kelas
"Niken, tadi pas gue ke toilet, gue liat cowo lo sama si Sasi di kantin," ucap salah satu teman sekelas Niken yang merupakan pacar dari Axel
"Biarin aja deh, mereka kan emang sahabatan." jawab Niken seraya kembali mengerjakan tugas dari guru nya
"Ish, emangnya lo gak cemburu apa sama Sasi yang selalu nempel terus sama si Axel ?" Niken hanya diam, tidak menjawab lagi pertanyaan teman nya itu.
Sebenernya di hati yang paling dalam, dia pun merasa cemburu karna kedekatan antara Sasi dan Axel. Bagaimana tidak cemburu, terkadang Axel lebih banyak menghabiskan waktu nya dengan sahabatnya itu di banding Niken, pacarnya.
Tapi dia selalu meyakinkan dirinya, bahwa Sasi dan Axel hanya sebatas sahabat tidak lebih.
Beberapa kali juga Niken pernah mengungkapkan perasaan tidak sukanya jika Axel terlalu dekat dengan Sasi. Tapi sekali lagi Axel selalu bisa meyakinkan Niken, bahwa tidak ada hubungan yang lebih dari sekedar persahabatan antara mereka berdua.
*
*
"Ya ampun, SASI ! AXEL ! kenapa kalian malah di kantin ? memangnya sudah selesai hukuman yang bapa berikan tadi ?" teriak Pa Bakti di kantin sekolah "Bapa cari kemana mana, ternyata kalian malah enak enakan di sini,"
"aku itu laper Pa, tadi nggak sempet sarapan karna terlambat, dari pada pingsan kan, nanti Bapa juga yang repot, hehehe," ucap Sasi santai
"bener bener ya kalian ini," Pa Bakti lalu menjewer kuping Sasi dan Axel secara bersamaan
"aduh, aww aww, sakit Pa, ampun, nanti kupingku copot kalau di tarik begini," Sasi mengaduh sambil memegang tangan Pa Bakti yang terus menarik telinganya
"Pa ampun, lepasin ini sakit banget," seru Axel juga yang sama sama di tarik telinganya
Sontak saja semua mata para penjual makanan di kantin sekolah itu langsung tertuju pada kedua siswa yang memang sangat terkenal di sekolah tersebut. Siapa yang tidak mengenal sasi dan axel, semua nya pasti tahu mereka berdua adalah murid berprestasi tapi memiliki kelakuan yang super ajaib..
"Kalian ini dari dulu sampai sekarang kelakuan nya nggak pernah berubah ya. Kalian itu sebentar lagi ujian ! Apalagi kamu Sasi, kamu itu perempuan, bisa tidak kelakuan kamu itu selayaknya siswi perempuan yang lain ?" tanya Pa Bakti yang belum juga melepaskan capitan tangan di telinga kedua muridnya
"Lepasin dulu Pa tangan nya, kita bisa bicarakan ini baik baik," ucap Sasi lagi yang semakin membuat Pa Bakti geleng geleng kepala. Dia pun segera melepaskan tangan nya, di ikutin oleh Sasi dan Axel yang langsung mengusap usap telinganya yang sudah memerah dan terasa panas.
"Cepat masuk ke kelas, sebelum Bapa berubah pikiran !!" ucap Pa Bakti pada Sasi dan Axel.
Pa Bakti pun menarik nafasnya kasar. Menurutnya, percuma saja menghukum kedua anak itu, yang ada malah membuat emosi nya semakin naik.
Sasi dan Axel pun segera meninggalkan kantin menuju kelasnya masing masing. Ya, dari awal masuk ke sekolah menengah, Axel dan Sasi tidak pernah satu kelas, karna permintaan kedua orang tua mereka.
Menurut kedua orang tua Sasi dan Axel, jika mereka di satukan dalam kelas yang sama akan ada keributan setiap hari dikelas itu. Bahkan saat SMP, mereka pernah membuat salah satu guru mengundurkan diri saking tidak kuat nya menghadapi kelakuan kedua bocah itu.
Bagai botol dengan tutupnya, Sasi dan Axel memang serasi dalam membuat kekacauan.
Tapi dibalik kerusuhan mereka, ada satu hal yang membuat iri para siswa yang lain, yaitu mereka berdua sama sama siswa dan siswi berpretasi di SMA Cempaka Putih.
Pertanyaan nya, bagaimana bisa kedua murid yang super bandel bin nyebelin itu, bisa menjadi murid yang berprestasi ?
Jawabannya, tentu saja bisa, bahkan itu soal mudah, melihat bagaimana background kedua orang tua mereka masing masing.
Ayah Sasi adalah seorang CEO perusahaan ternama dan Bundanya adalah mantan Dokter kepala di sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak di kota J.
Sedangkan Axel, kedua orang tuanya sama sama memiliki bisnis di bidang properti. Bisnis yang di geluti kedua orang tua Axel itu, sudah sampai merambah ke pasar Internasional. Hingga memiliki beberapa cabang di luar negeri.
Untuk soal pendidikan, orang tua Sasi dan Axel akan sangat tegas. Menurutnya, pendidikan adalah hal yang utama. Sebab itulah Sasi dan Axel diikut sertakan dalam beberapa pelajaran tambahan di luar sekolah.
Tentu saja mereka tidak di tempatkan di tempat yang sama. Orang tua Sasi lebih memilih mendatangkan guru private kerumah mereka, sedangkan Axel lebih memilih untuk mengikuti les private via Online, bertatap muka dengan guru pembimbing via layar di ponselnya.
Dan tentu saja, bukan hanya itu yang menjadi alasan mereka menjadi murid yang berprestasi, tapi karna Sasi dan Axel yang juga memiliki kesadaran tinggi soal pendidikan, ya walaupun kelakuan mereka tidak mencerminkan isi kepalanya.
Tapi bukan kah ada yang mengatakan "Don't judge book by its cover", Ya, mungkin begitulah kira kira istilah yang bisa menggambarkan Sasi dan Axel.
*
*
🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments