Teng Teng Teng..
Bel berbunyi lagi, menandakan sudah waktunya para siswa dan guru menghentikan proses belajar mengajar mereka hari ini.
Beep Beep
Bunyi notifikasi di ponsel Axel, dia pun segera membuka dan membacanya
Sasi : ["Xel, sorry gue ga jadi ikut basket hari ini, ada urusan mendadak 🙏"]
Axel pun mengerutkan keningnya, lalu mulai memainkan jarinya, membalas pesan Sasi
Axel : [ "elah, urusan apaan sih ?"]
Axel lagi : ["ini kan pertandingan penting Sas, lo gimana sih !!"]
Sasi : ["Sorry, tapi beneran ini urgent banget, gue langsung cabut ya, tolong sampein permintaan maaf gue ke temen temen yang lain,"]
Axel pun memijat kepalanya, dia bingung mencari pengganti untuk posisi Sasi di tim basketnya tersebut.
Pasalnya Sasi memiliki bagian yang cukup penting di tim basket sekolah nya. Ya, Sasi mengambil posisi sebagai SG (Shooting Guard), dimana posisi ini memiliki tugas utama sebagai penembak yaitu menembak bola dari jarak jauh.
Niken pun menghampiri Axel yang sedari tadi dia perhatikan terus menatap kearah ponselnya.
"Yank," Niken sambil mengusap lembut bahu Axel, tapi tidak ada jawaban dari pacarnya itu
"Yank ih, ko kamu cuekin aku sih !!" Niken mulai merajuk lagi
"hah ? apa ?" Axel mulai kembali sadar dari lamunan nya "maaf aku ga denger, kamu bilang apa tadi ?" tanya Axel
"tau ah," Niken melangkahkan kaki nya meninggalkan Axel
"ih kamu mah, tunggu dulu jangan marah kaya gini, aku lagi pusing," Axel menahan tangan Niken
"aku gak suka ya di cuekin kaya gitu," Niken cemberut tanpa melihat wajah Axel
"Sorry, aku ga akan ulangi lagi, oke ?" jawab Axel sambil menangkup wajah Niken
"memang nya ada apa sih ? aku perhatiin dari tadi kamu sibuk banget main hp terus," selidik Niken yang memang penasaran dengan siapa Axel berbalas pesan
"ini si Sasi, masa dia pergi gitu aja, padahal kan sore ini ada pertandingan penting sama SMA Harapan,"
"Ya ampun, nggak bertanggung jawab banget sih dia," ucap Niken memanas manasi Axel
"tadi bilang nya sih ada keperluan mendadak, tapi dia gak bilang sama aku ada apa dan mau kemana,"
Hening beberapa saat..
"kamu aku antar pulang dulu aja ya, aku mau kerumah Sasi," ucap Axel membuat Niken membelalakkan matanya
deg!!
"nggak mau, aku kan mau liat kamu tanding," tolak Niken cepat
"Iya, nanti aku jemput lagi setelah dari rumah Sasi,"
"nggak mau !! yaudah kalau gitu aku ikut aja kerumah Sasi, ribet amat sih," ketus Niken
Axel menarik nafasnya kasar. Dia pun akhirnya menuruti lagi permintaan Niken yang ingin ikut dengan nya kerumah Sasi.
*****
Hiks Hiks Hiks
"Oma, jangan tinggalin Sasi !!" Suara tangisan Sasi di depan jasad seorang wanita tua yang sudah terbujur kaku di bangkar rumah sakit
"sayang, sudah kasian oma kalau kamu nangis kaya gini, pasti oma semakin sedih melihat kamu seperti ini," Bunda menenangkan putrinya itu seraya memeluk tubuh kecil Sasi
Ya, keperluan mendadak yang Sasi katakan pada Axel adalah dia harus segera kerumah sakit, karna Oma nya tiba tiba mengalami serangan jantung mendadak.
Bertepatan dengan bel sekolah yang berbunyi itu, Sasi menerima telepon dari kakak nya Bian, yang ternyata sudah ada didepan sekolah untuk menjemputnya untuk bersama sama berangkat menuju ke rumah sakit.
Sasi sangat dekat dengan nenek yang dia panggil Oma itu. Sebab sedari kecil Sasi lebih banyak menghabiskan waktunya bersama sang Oma, karna Ayah Bunda nya yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing.
Semenjak kesehatan Oma nya menurun, barulah Bunda berhenti dari pekerjaan nya.
Sasi pun masih terus menangis, bahkan kini tangisan nya semakin pecah saat dia mengantarkan jenazah mendiang neneknya di dalam mobil Ambulance.
Bian pun memeluk erat adik perempuan nya itu. Selama hidupnya baru sekarang dia melihat adiknya menangis sekencang itu. Sasi yang terlihat begitu rapuh, hingga terus menangis meratapi kepergian Oma nya.
Akhirnya ambulance pun tiba di halaman rumah Sasi.
Rumah besar itu kini sudah mulai ramai di padati oleh keluarga dan kerabat yang ingin mengantarkan kepergian Oma Naya untuk yang terakhir kali.
"Sas," panggilan dari seseorang, sesaat setelah Sasi turun dari mobil Ambulance tersebut
Sasi pun menoleh sekilas, dengan wajah yang dipenuhi dengan air mata, dan jangan lewatkan mata sembab nya yang semakin meyakinkan bahwa dia sedang tidak baik baik saja.
"kamu mau kemana ?" Niken menahan tangan Axel yang akan berjalan menuju ke arah Sasi. Sasi yang melihat tangan Axel yang di cekal oleh Niken pun segera membalikkan badannya, dan kembali berjalan masuk ke dalam rumah nya.
"kamu lebih baik pulang dulu ya, aku panggilkan taxi online buat kamu," ucap Axel segera membuka ponselnya untuk memesan taxi online tersebut
"nggak mau , aku mau kamu yang antar aku pulang !!" tegas Niken menatap tajam ke arah Axel sambil merebut ponselnya dengan kasar
"bisa nggak kali ini aja kamu yang nurut sama aku ? Please, Sasi pasti butuh aku sebagai sahabatnya sekarang !!"
"ga bisa !! aku kan pacar kamu, yang harus nya jadi prioritas kamu itu aku bukan dia," Niken mulai menaikkan nada bicara nya "kalau kamu nggak antar aku pulang, mending kita putus aja,!!" ancam niken yang membuat Axel semakin geram
"selalu itu terus !!" Axel mulai jengah dengan sikap Niken yang menurutnya kelewat batas. Di situasi yang seharusnya dia bisa mengerti karna Sasi sekarang sedang berduka, tapi Niken malah semakin membuatnya naik darah.
"oke, kita lebih baik putus aja !!" ucap Axel merebut ponselnya ditangan Niken, dan segera berjalan masuk meninggalkan Niken yang masih mematung mencerna kata kata axel barusan.
*****
Di dalam rumah Sasi
"sayang bangun," Bunda menangis, mencoba membangunkan Sasi yang tiba tiba tidak sadarkan diri.
Sasi yang tadi pingsan langsung di bawa ke kamar tamu oleh Ayah. Karna kamar tamu adalah kamar yang paling dekat dengan posisi Oma yang sedang di pakaikan kain kafan itu.
Bunda terus mengoles hidung putrinya menggunakan minyak angin, berharap Sasi segera sadarkan diri.
"Mah, biar Bian yang jaga Sasi," ucap Bian mengelus punggung bunda nya yang masih terdengar isakan tangisnya
Bunda pun segera keluar dari kamar itu, menuju tempat dimana Jasad Ibunya berada.
"Tante," Axel yang baru tiba di dalam langsung berjalan ke arah Bunda Mirna
"Axel," jawab Bunda. Axel pun segera mencium tangan Bunda Mira dan memberikan pelukan singkat pada sahabat dari kedua orang tua nya itu.
"kamu sama siapa ? Mami sama Papi ikut kesini juga ?" tanya Bunda
"tadi aku udah kasih kabar, mungkin malam nanti baru sampe tan," Orang tua Axel yang kini berada di Hongkong segera memesan tiket pesawat setelah mendengar kabar duka itu dari anaknya.
Bunda Mirna pun hanya tersenyum, sesekali menghapus air matanya yang terus mengalir.
"Sasi dimana tan ?" tanya Axel
"di kamar tamu sama Ka Bian, tadi dia pingsan," Bunda kembali menangis mengingat seberapa terlukanya Sasi kehilangan Oma nya itu "tante minta tolong, tenangkan Sasi, pasti dia shock banget denger kabar ini,"
Setelah itu Axel pun segera menemui Sasi di kamar tamu.
Ceklek
Suara pintu terbuka, memperlihatkan Sasi yang masih menutup matanya, dengan Ka Bian yang duduk di samping tempat tidur.
"Ka.." ucap Axel seraya berjalan ke arah Bian
"gimana Sasi ? belum siuman juga ?" tanya Axel
"belum," jawab Bian singkat tanpa mengalihkan pandangan nya dari adik satu satunya itu
"Ka, biar aku yang jaga Sasi disini. Kaka temenin Tante Mira aja di depan," pinta Axel yang langsung mendapat tatapan tajam dari Bian
"elah Ka, nggak akan di apa apain, situasi dan kondisi tidak memungkinkan !!" ucap Axel asal dan langsung terkena pukulan di kepalanya oleh Bian
Bian pun segera bangun dari duduknya, dan meninggalkan Sasi bersama dengan Axel.
*
*
🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments