Fikiran Alycia melayang saat melihat kalender, dua hari lagi yang sudah di lingkari spidol merah. Dua hari lagi di dalam novel Alycia asli akan mati.
Rasa takut itu menyergap Alycia perlahan. Mengantarkan Alycia yang sudah berbaring di bawah selimut terbawa ke dalam mimpi.
"Alycia?."
Alycia yang sedang mengunyah nasi gorengnya menatap Devano yang terlihat gugup.
"Berangkat bareng Abang mau?."
Meneguk air putih dan mengusap bibirnya dengan
tisu. Terdiam sesaat berfikir sejenak hingga Alycia
mengangguk singkat tanda setuju.
Devano tersenyum cerah dan menghabiskan makan paginya dengan cepat. Alycia hanya melihat itu dengan ekspresi tak terbaca. Pagi ini mereka hanya sarapan berdua sang Papah sedang ada urusan di luar
kota.
Didalam mobil Alycia hanya terdiam melihat jalanan. Saat berhenti di lampu merah Devano melihat Alycia dengan bingung saat membuka kaca jendela mobil.
"Adek sini." Panggil Alycia pada sosok anak kecil yang
membawa gorengan didalam wadah tertutup plastik
bening
Anak kecil itu berlari kecil menghampiri Alycia dengan senyum mengembang.
"Kakak Cici." Serunya senang.
Alycia mengusap kepala anak lelaki ini dengan
senyum lembut.
"Kakak beli ya kayak biasa."
"Siap kak."
"Gimana keadaan ibu dek?." Senyum lelaki kecil itu sendu saat mendengar perkataan Alycia. Alycia menyerahkan selembar uang 100ribu dan 50ribu. Di masukan dalam saku anak itu.
Mengambil gorengan yang di bungkus plastik putih.
"Kakak berangkat sekolah dulu ya kamu yang
semangat."
"Oke kak, makasih ya Babay."
Devano menatap Alycia dengan senyum sendu dan kembali melajukan mobilnya setelah lampu berubah hijau.
"Bang berhenti di pos satpam bentar ya." Ucap Alycia saat beberapa meter lagi akan memasuki gerbang sekolah.
"Hah? Owlh oke."
Senyum Alycia kembali muncul setelah jendela terbuka menghadap pos satpam yang terdapat dua pria paruh baya.
"Pagi pak Mamat, Pak Yanto ini ada gorengan kayak biasa ya."
"Waduh si Eneng makasih ya neng." Ucap kedua satpam itu dengan senyum lebar.
Lagi dan lagi Devano hanya dapat tertegun melihat kebaikan adiknya. Adiknya begitu baik yang selalu mendapat perlakuan tidak baik oleh dirinya juga sang Papah.
Dengan senyum jahil Alycia menatap sahabatnya Santi yang sedang asik menonton MV dengan headset di telinganya sangat serius. Tangannya bersiap menarik salah satu headset dan yang lain menepuk bahu Santi.
"SANTI ADA JIMIN JESOO LAGI KISSING!."
"ANJIR MANA MANA."
Alycia tertawa lepas sembari duduk di kursinya. Santi yang tau di jahilan Alycia hanya mengelus dadanya sabar dan menatap teman sekelasnya dengan senyum malunya.
"Gak asik Lo mah Cu ish gue kan lagi liat fokus nih liat bayik-bayik kecil gue."
"Masih pagi San nanti lagi sekarang udah mau bel."
Ingat Alycia yang dibalas dengusan Santi.
"Awas nanti Lo gak gue ajak ke Korea liat ajhussi rasa oppa."
Alycia hanya menggeleng kan kepalanya terkekeh lucu melihat Santi ngambek seperti kucing Persia.
Saat Alycia mengalihkan pandangannya menatap lapangan basket yang terlihat dari kelasnya. Alycia terpaku pada satu sosok yang tertawa bersama teman-temannya dengan sesekali mendribble bola basket.
Ahh sepertinya mata Alycia mengalami masalah. Kenapa wajah lelaki itu sangat bersinar saat di timpa matahari pagi.
Lelaki itu, lelaki aneh dengan mulut sepedas cabe setan level 100!.
Dalam perjalanan pulang Alycia melihat sebuah bangunan yang berdiri kokoh. Memarkir kan mobilnya dan beranjak memasuki bangunan itu.
Hatinya langsung terasa sangat lemah matanya langsung memanas. Berdiri di tengah ruangan suasana yang tenang terdengar bunyi lonceng angin sayup-sayup.
Lanjut part 21
#jangan lupa like komen voting dan subscriber biar kalo up kalian tau🤣😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments