Yang terdengar hanya lah dentingan sendok garpu juga detik jam. Dengan tenang Alycia menyantap makan malamnya yang sudah mau habis. Meneguk segelas air putih dingin. Menggeser kursi beranjak pergi.
"Apa kau tidak punya sopan santun?." Celetuk dengan sirat emosi yang terlontar dari sosok pria paruh baya itu membuat Alycia menghentikan langkahnya.
"Sopan santun? Hah.. aku hanya akan menghargai orang yang bisa menghargai diriku juga, Lagi pula ada atau tidak adanya sopan santun itu gak berpengaruh sama sekali bagi kalian."
"Makin lama Lo ga tau diri ya ternyata." Mendengar hal itu Alycia berbalik menatap Devano datar.
"16 tahun hidup gue, sakit, bahagia, bahkan hancur sekalipun kalian gak akan pernah perduli, yang gue dapetin cuma tatapan seolah gue cuma sampah, jadi jangan bersikap seolah kalian maha suci." Tangan Alycia mengepal erat.
"Kamu kurang ajar."
"Udah lah pah biarin dia emang pembawa sial."
"CUKUP DEVANO! Dengar Tuan Haris dan tuan muda Devano. Jika diberi pilihan oleh Tuhan saya tidak akan minta di lahirkan di keluarga sialan ini. 16 tahun yang lalu saya hanya bayi kecil yang tidak tau apapun tapi begitu sangat di benci. Bahkan kalau bisa ditukar biar saya yang mati untuk menggantikan Mama." Pandangan mata Alycia memburam suaranya tercekat.
"Saya sudah tidak perduli lagi, tolong saya mohon anggap saja saya tidak ada seperti biasanya, saya tidak akan mengganggu hidup sempurna kalian." Berbalik pergi melangkah menuju kamar dengan cepat yang tanpa di sadari Alycia bahwa dua sosok pria itu tertegun diam tanpa kata.
Matahari sudah cukup terik sinar nya menandakan hari sudah semakin siang. Sedari pagi SMA STARS ONE sudah sangat ramai. Bazar makanan berbagai macam lomba akademik dan non-akademik.
Sedari pagi Alycia sudah duduk dengan tenang di sudut dalam ruang musik dengan earphone di telinganya. Matanya terpejam damai hingga rasa dingin di pipi menyentak nya.
Kaleng dingin minuman bersoda berada tepat di depan wajahnya. Saat menatap siapa sosok yang memberi minuman itu membuatnya mengernyit tak mengerti.
Tatapan mereka saling bertatapan. Pria itu Xender menatap Alycia dengan tatapan tak terbaca. Alycia hanya menatap datar kaleng soda itu.
"Apa ini?." Seringai tipis yang terpatri diwajah Xender sesaat membuat Alycia terpaku.
"Lo fikir apa?."
"Bawa pergi gue gak butuh." Acuh Alycia.
"Ambil." Tekan Xender yang menatap Alicya tajam.
"Apa tujuan Lo Xender? Gue gak ganggu Lo kan? Jadi gue mohon jangan ganggu gue dan seperti biasa acuhkan anggap gue ga ada."
Sekilas Alycia melihat tatapan kecewa di iris mata pria ini namun dia abaikan. Memakai kembali Earphone nya. Suara kaleng yang beradu dengan tempat
sampai dan derap langkah yang pergi menjauh.
Setelah yakin keadaan hening dan Xender telah pergi. Alycia berdiri menatap ke arah tempat sampah. Ekspresi Alycia sangat tidak terbaca. Xender pria itu Alycia akui sangat tampan seperti tokoh komik yang sangat nyata.
Jika di kehidupan nya dulu sebagai Alexa mungkin Xender sudah masuk dalam list incaran para kaum halu rebahan.
"Xender, Alycia yang dulu sudah mati bersamaan dengan rasanya yang ikut pergi, Xender gue cuma pingin hidup tenang dan bahagia walau cuma sendiri gue udah capek dengan segalanya, gue udah gak berharap apapun, gue ga akan mengemis cinta dari Lo juga Papah dan Bang Vano." Tanpa Alycia sadar bahwa sosok pria itu masih berdiri di depan pintu yang blm tertutup sempurna hingga perkataan Alycia dapat di dengar Xender cukup jelas walau lirih sebelum beranjak pergi dengan tangan yang terkepal erat.
Lanjut part 6
#Jangan lupa like komen kalo bisa voting🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Wanda Wanda i
keren Thor i like it
2023-05-19
0