Suasana rumah sangat sunyi saat Alycia masuk ke dalam menaiki tangga menuju kamarnya. Suara pintu terbuka mengalihkan atensinya yang sedang memutar kunci pintu kamar.
Devano berdiri menatap Alycia yang terlihat sedikit basah karna hujan.
"Ci.."
Tidak mendengarkan perkataan bang Vano Alycia langsung memasuki kamarnya menutup dan mengunci pintu. Beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah beberapa saat Alycia telah berganti baju dengan baju yang agak hangat pergi menuju ruang makan untuk mengisi perutnya yang sudah berbunyi. Saat kaki nya sampai di ruang makan dua sosok pria berbeda usia sedang duduk di kursinya masing-masing.
Yang membuat Alycia heran adalah mereka belum memulai makan mereka. Tanpa kata Alycia duduk di tempatnya dan mengambil nasi beserta lauknya yang tidak lama di ikuti oleh bang Vano dan sang Papah yang sudah kembali dari Islandia.
"Kamu pulang hujan-hujanan tidak bawa payung?." Pertanyaan itu membuat kunyahan dimulut Alycia berhenti sesaat.
Berfikir mungkin sang Papah bertanya pada Bang Vano. Alycia kembali mengunyah makanannya berusaha tak perduli akan kedua orang di dekatnya.
"Papah nanya sama kamu Alycia?."
Hal itu sontak membuat Alycia tersedak makanan. Saat akan meraih air mineral sebuah gelas sudah di sodorkan di depan wajahnya. Setelah merasa lega Heera menatap bang Vano yang ternyata memegang gelas itu ikut menghembus kan nafas lega.
"Udah? Gak papa? Atau ada yang sakit?." Tanya Bang Vano dengan raut khawatir.
Alycia mengernyitkan dahinya sedikit memiringkan kepala ke kanan menatap sang Abang dan Papahnya heran.
"Wah ada apa nih? Kok tiba-tiba jadi sok peduli gini?." Tanya Alycia tak percaya.
"Alycia maafin Abang ya."
"Maafin papah juga ya sayang."
Alycia menatap tak percaya kedua lelaki ini. Tadi Xender yang jadi aneh sekarang bang Vano juga papahnya sendiri?.
"Wow maaf." Alycia terkekeh miris sekali rasanya setelah semua yang terjadi kenapa baru sekarang saat Alycia yang asli telah tiada.
"Kayaknya kalian sakit deh ini gak mungkin banget."
"Kenapa ga mungkin dek? Abang sama papah minta maaf atas segalanya ya dek?."
"Kita mulai semuanya dari awal ya sayang." Alycia
terdiam berdiri dari kursi nya.
"Kenapa?." Lirih Alycia menunduk menatap tangannya yang mengepal erat.
"Kenapa baru sekarang? Setelah semua yang udah terjadi, kenapa? KENAPA BARU SEKARANG!."
"Nak maafin papah, papah dan abangmu menyesal."
"Segampang itu ya minta maaf? Aku sakit, aku hancur bahkan kalo aku mati pun kalian gak akan pernah perduli, kenapa baru sekarang di saat aku udah nyerah dengan semuanya?."
"Dek.."
Alycia mengangkat tangannya menghentikan bang Vano yang akan berbicara.
"Aku salah apa sih Pah Bang? Aku cuma ingin jadi Putri papah atau adik Abang yang disayang, ditanya harinya gimana, di perhatiin, dicari saat belum pulang, aku cuma minta kehadiran aku di terima disini, Pah Bang kalo bisa minta sama tuhan aku minta biar aku aja deh yang mati jangan Mamah." Leher Alycia rasanya tercekat menahan tangis.
"Sakit banget Pah Bang, rasanya aku mati perlahan setiap harinya, segalanya hal yang aku lakukan selalu salah bahkan disaat aku diam dan menuruti perintah kalian, disini." Tunjuk Alycia di dadanya.
"Rasanya kosong, aku sendiri berusaha kuat di atas kaki yang juga penuh luka, aku kayak jalan di atas tumpukan bunga mawar berduri tiap waktunya terlihat indah tapi bisa sangat...
Lanjut part 14
#Jangan lupa like komen dan voting🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments