Episode 20: Terdesak

Sempat terjadi ketegangan antara dua pria dewasa itu, namun itu tidak berlangsung terlalu lama karena Al, akhirnya menyadari keberadaan mereka lalu mulai berbicara dengan mereka berdua membuat keduanya tidak lagi melanjutkan perdebatan mereka.

"Papa kenapa? Kenapa tangan Papa di perban?" Tanya Al dengan cemas.

Justin melihat ke arah putranya itu yang terlihat khawatir padanya.

"Bukan apa-apa ini hanya luka ringan," kata Justin sambil mencoba menenangkan Al.

"Benarkah begitu?" Tanya Al lagi mencoba untuk memastikan.

"Ya, Al. Aku tidak usah khawatir, Papamu tidak kenapa-napa, Aku sudah memeriksanya," kata Kevin dengan ramah pada anak itu.

"Ah, benar, sini ada Dokter Kevin, Dokter Kevin sangat hebat dalam merawat dan mengobati seseorang," kata Al dengan ekpersi bangga dan senang.

Justin yang melihat putranya itu malah memuji orang lain jelas merasa tidak senang.

"Al, harus tahu Sebenarnya Papamu ini juga cukup hebat dalam pekerjaanku,"

Al akhirnya menyadarinya, soal pekerja Papanya itu, yang sebenarnya dirinya tidak begitu tahu.

"Ah, benar. Al lihat dari Informasi di Internet, Papa seorang Ilmuwan? Apa yang Papa teliti?"

Justin cukup terkejut ternyata Putranya itu, tahu informasi soal dirinya.

Sudah dirinya juga, Putranya ini memang cukup cerdas sampai bisa tahu untuk mencoba mencari tahu tentang dirinya.

"Ya, Papa seorang Ilmuwan. Banyak yang Papa teliti, misal soal obat-obatan, dan meneliti soal mencarikan alternatif penyembuhan, juga soal...."

Justin baru saja lupa, jika dirinya hampir saja membocorkan informasi rahasia.

Ya, soal Penelitian Rekayasa Genetika!

Jelas Al tidak boleh sampai tahu hal-hal semacam itu, apalagi sampai putranya itu curiga.

Namun hal-hal tidak sesuai prediksi Justin, Al segera bertanya dengan rasa ingin tahu,

"Emm, Aku dengar Papa adalah seorang Peneliti Rekayasa Genetika yang hebat? Penelitian seperti apa itu Rekayasa Genetik?"

Sekarang wajah Justin menjadi pucat.

Kenapa putranya bahkan bisa tahu hal-hal semacam itu?

Dirinya ini memang terkenal selain karena penelitian di bidang mendis, jadinya cukup terkenal karena hasil dari penelitian genetik yang dirinya tekuni selama ini.

Tentu saja ini tidak hanya Penelitian Rekayasa Genetika membuat anak Jenius, yang merupakan eksperimen terakhir dalam puncak kejayaannya.

Sebelum-sebelumnya dirinya melakukan berbagai macam percobaan lain yang hasilnya tidak perlu diragukan lagi, dan menjadi cukup terkenal.

Namun sekarang begitu Al yang bertanya, Justin menjadi cukup bingung harus menjawab seperti apa.

Ya, jika dipikirkan lagi penelitiannya yang paling terkenal memang soal Rekayasa Genetika, membuat Sel DNA unggulan.

Dan, objek penelitian yang paling berhasil dari segala penelitiannya mungkin adalah anak yang berada di depannya ini.

Namun sekarang ketika menatap kearah wajah kecil itu, Justin merasa tidak nyaman.

Itu benar, dirinya benar-benar merasa tidak nyaman jika hanya menganggap Al sebagai objek penelitian.

Kevin yang ada di sana jelas menjadi cukup kaget juga soal Identitas Justin yang sebenarnya.

"Kamu seorang Ilmuwan, Justin? Peneliti Rekayasa Genetik?"

"Ya, begitulah... Ya semacam penelitian semacam itulah,"

Justin lebih memilih untuk tidak membicarakan soal hal-hal semacam ini.

"Ah, benar Al apakah kamu sudah selesai dengan Puzzle yang Papa berikan?"

Al lalu dengan bangga menunjukkan hasil mahakarya nya.

Ya, Justin hanya merasa cukup kakung dengan putranya dirinya sebenarnya memberikan Puzzel yang cukup rumit terutama untuk anak seumuran itu namun sangat mengejutkan dalam waktu cukup sangat anak itu sudah menyelesaikannya dengan baik dan sempurna.

Hmm, Putranya ini memang seorang anak yang jenius.

"Hmm, Al sangat pintar, itulah putraku,"

Al yang kepalanya di elus oleh Papanya itu, jelas merasa cukup malu dan juga senang.

Kevin hanya menatap sepasang ayah dan anak itu dengan ekspresi rumit.

Dirinya jelas heran dengan beberapa hal.

Dirinya pikir, Alice dan Mantan Suaminya itu, berpisah dengan cara yang buruk, namun jika melihat hubungan mereka sekarang kenapa malah tidak terlihat seperti itu?

Sebenarnya hubungan apa yang mereka miliki?

Dan soal Rekayasa Genetika...

Kevin lalu mulai teringat sesuatu, soal hasil pemeriksaan Al.

Sayang sekali, hasil pemeriksaan Al berada di rumah sakit sebelumnya tempat dirinya praktek, kinanti dirinya bisa meminta untuk dijadikan data itu untuk melihat lebih lanjut hasilnya.

Ya, Dokter Kevin yang selama ini memantau keadaan Alice, bahkan saat Alice masih hamil.

Dan kehamilan, Alice memang sedikit aneh, dan berbeda dengan kehamilan normal.

Kemudian, Al anak itu ternyata tumbuh menjadi seorang anak Jenius yang hebat.

Mungkin dirinya harus menyelidiki ini lebih dalam lagi soal hubungan antara mereka bertiga yang membuat dirinya penasaran.

Pada akhirnya, makan malam itu berjalan dengan cukup baik tanpa ada gangguan-gangguan lainnya.

Tentu saja, Justin merasa sangat senang karena akhirnya bisa merasakan masakan Alice.

"Alice, ternyata kamu sangat pandai memasak masakan mu sangat enak,"

Alice yang mendengar pujian tiba-tiba dari Justin itu, jelas merasa ter teguh sejenak.

Alice biasanya hanya mendengarkan kata-kata buruk dari pria itu, tidak pernah sekalipun memuji dirinya, namun sekarang ketika dipuji tiba-tiba seperti ini kenapa hatinya terasa hangat?

Akhhhh...

Alice benar-benar bingung dengan dirinya sendiri yang tiba-tiba merasa aneh.

Sungguh, ketika Justin tersemyum seperti itu...

Itu adalah sebuah pesona yang tidak tertahankan....

"Berhentilah berbicara omong kosong,"

"Aku hanya mengatakan kenyataan, pantas saja Al tumbuh dengan baik dan sehat, Mama nya ternyata cukup pintar memasak,"

Pujian berturut-turut, itu membuat Alice semakin merasa cukup senang dan malu, sampai akhirnya Alice yang malu itu segera menyuruh Justin segera pulang.

Dokter Kevin, tadi sudah pulang duluan tepat setelah makan malam.

Justin, pulang lebih lambat, entah alasannya apa.

Hari itu, berakhir dengan damai.

Namun malam itu, Justin tiba-tiba mendapatkan sebuah telepon.

Ketika Justin sampai di rumah dirinya menatap heran ke arah ponselnya lebih tepatnya ke sebuah nama yang menelepon nya.

Ini...

Ini adalah Ayahnya?

Kenapa Ayahnya tiba-tiba menelepon seperti ini?

Dengan ragu, Justin akhirnya mengangkat telepon itu,

"Hallo, Ayah. Tumben Ayah menelepon?"

'Apa kabar kamu Justin?'

Justin tentu saja tidak terbiasa dengan basa-basi ayahnya itu.

"Aku cukup baik,"

'Baik aku rasa aku akan segera to the point tentang apa yang akan aku katakan. Aku sudah dengar soal hasil Penelitianmu enam tahun lalu, katanya itu berhasil dan embrio yang hilang itu sudah tumbuh menjadi seorang anak jenius?'

Ketika mendengar ini, jelas Justin menjadi kaget.

"Emm, dari mana Ayah mendegar ini?"

'Ini tentu saja dari Laboratoriummu, dari Asistenmu, karena mereka bilang kamu sedang menyiapkan untuk melakukan pemeriksaan pada anak itu?'

Jelas, sekarang wajah Justin menjadi gugup.

Karena, dirinya tidak benar-benar ingin Ayahnya tahu lebih cepat.

Karena sepertinya itu bukanlah hal yang baik.

"Ayah... Ini... Yah, seperti yang Ayah dengar,"

'Ayah mengharapkan sesuatu yang hebat dari hasil penelitian mu ini, ayah adat segera melihat hasilnya, jangan lagi membuatku kecewa apakah kamu mengerti?'

"Baik, Ayah. Aku tidak akan mengecewakanmu,"

'Itu bagus, segera bawa anak itu ke Laboratorium, jika sudah, kamu bawa segera ke tempat Ayah, Ayah ingin melihat sendiri anak jenius itu,'

Dan setelah telepon itu di tutup, Justin jelas merasa tidak nyaman.

Sekarang bagaimana?

Jika Ayahnya sudah tahu, dirinya jelas tidak bisa membuat Ayahnya itu kecewa.

Tepat ketika Justin sedang berpikir, teleponnya laki-laki berbunyi oleh sebuah nomor tidak dikenal.

Bukannya nomor tidak dikenal itu sebenarnya nomor dari keluarganya yang memang tidak dirinya simpan namun dirinya hafal.

Dari adik tirinya, Robert Crownely.

Ekpersi Justin segera menunjukkan ekspresi tidak senang.

Tepat ketika Justin mengangkat telepon itu bukannya mendengar suara ramah, namun terdengar suara dingin.

'Heh, aku dengar percobaanmu yang 6 tahun lalu itu berhasil ditemukan? Namun Jangan berharap kamu akan melihat hasilnya, Aku yakin itu Percobaan gagal, Kakak. Sudah cukup Kakak membuat malu keluarga dan sebaiknya kakak tetap sadar tentang posisimu,'

"Diam, kamu Robert, kamu akan lihat jika penelitian ini berhasil, aku pasti akan mendapatkan kembali posisiku lagi,"

Justin yang marah itu, jelas segera menutup telepon itu.

Baiklah, sepertinya tidak ada pilihan lain nanti dirinya akan mencoba meyakinkan Alice dan membujuk Al.

Dirinya harus tahu hasil penelitian itu secepatnya tidak ada penundaan lagi.

Ada hal-hal dalam Keluarga yang harus dirinya selesaikan juga.

Begitu rumit ketika memikirkan soal semua itu...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!