Saat ini, Justin sedang menemani Al ketika Alice menyiapkan makan malam dan Dokter Kevin yang katanya sedang ke kamar mandi.
Namun ini sudah hampir 15 menit sejak mereka berdua pergi, dan Dokter Kevin itu tidak kunjung kembali juga.
Jelas, hal ini membuat Justin merasa penasaran, curiga juga kesal.
Apa-apaan sih, Dokter itu?
Bukankah dia seharusnya berada di kamar mandi?
Hanya untuk membersihkan baju kenapa bisa begitu lama?
Jangan bilang, Dokter itu malah macam-macam dengan Alice?
Ketika memikirkan kemungkinan ini, Justin tiba-tiba merasa panik.
Jelas dirinya tidak bisa membiarkan hal semacam itu.
"Al, kamu disini dulu ya, Papa akan ke kamar mandi sebentar,"
Al yang sedang bermain dengan puzzlenya itu, lalu menatap Papanya itu, dan mengaguk.
"Tentu saja,"
Jadi, Justin segera buru-buru menuju ke Dapur.
Dan benar saja, saat ini ada dua orang di dapur terlihat sedang masak bersama.
Justin melihat bagaimana Alice dan Kevin sangat akrab, tidak hanya saling berbicara akrab, namun Kevin ini terlihat sedang membantu Alice memasak.
Dari sana, Justin samar-samar bisa mendengar pembicaraan mereka.
"Mari biar Aku saja yang mencuci dan memotong sayurannya, kamu sebaiknya menyiapkan bumbu saja," kata Kevin dengan ekspresi lembut.
"Astaga, ku sampai merepotkanmu, harusnya kamu menunggu saja di ruang tamu tidak perlu repot-repot,"
Dua orang itu terlihat saling berebut sayuran di keranjang.
Sampai tangan mereka tanpa segaja saling bersentuhan.
Justin menata pemandangan itu jelas merasa semakin tidak nyaman, jadi Justin segera ke sana, dan langsung berada di antara mereka berdua seolah-olah sedang memisahkan mereka.
"Astaga, apa yang sedang Dokter Kevin lakukan? Katanya Dokter hanya sedang ke kamar mandi?"
Alice hanya bisa menatap Justin dengan ekspresi heran.
Kevin merasa tidak senang dengan kedatangan Justin, namun tetap mencoba memasang ekspresi tersenyum nya.
"Aku hanya membantu Nona Alice, dia memasak cukup banyak jadi mungkin cukup repot jika dia memasak sendirian,"
Justin lalu melirik kearah Alice, dan bertanya,
"Jadi begitu kamu kerepotan memasak untuk banyak orang? Kenapa kamu tidak bilang aku bisa membantumu padahal,"
Alice yang di tatap itu segera berkata,
"Kamu tidak perlu repot-repot, Justin,"
Jelas ekpersi Justin segera menunjukan wajah cemberut.
"Dokter Kevin saja membantumu, masa aku tidak? Mari aku juga akan membantumu apa yang bisa aku lakukan?"
Alice yang mendapat tawaran itu jelas aja menjadi ragu.
Namun terlalu malas untuk berdebat di dapur.
Jadi, Alice segera menyuruh Justin untuk memotong sayurannya, sedangkan Dokter Kevin untuk mengurus memotong daging.
Sedangkan Alice, mengurus bumbu.
Hal-hal itu seharusnya berjalan dengan baik.
Sampai, Alice yang hendak menggunakan sayuran itu menatap kearah sayuran yang dipotong oleh Justin.
Bentuk dari potongan sayuran itu, sangat tidak beraturan, ada yang besar-besar, bahkan bentuknya aneh.
Sayuran Sawi juga di potong cukup besar, ini hampir sedikit utuh, hanya seperti mau memberikannya pada hewan peliharaan saja.
Alice jangan melihat kekacauan itu pada sayuran sayuran miliknya jelas menjadi marah.
"Justin, kamu itu apa-apaan! Apa sayuran nya malah menjadi semacam kekacauan seperti ini?"
Justin yang kena marah itu hanya menatap Alice dengan ekpersi polos seolah tidak bersalah.
"Ini... Ini adalah pertama kalinya aku ke dapur, Aku sebenarnya tidak pernah memasak,"
Lalu, Dokter Kevin juga melihat kekacauan yang Justin buat, menjadi tertawa, dan berkata,
"Jika kamu tidak bisa memasak, lalu kenapa kamu sok-sokan ingin membantu Alice segala?"
Mendengar sindiran itu, Justin jelas saja merasa marah dan berkata,
"Aku ini hanya mencoba berdua baik, jadi apa yang salah?"
Alice yang segera menjawab perkataan itu,
"Kamu itu bukannya membantuku, malah membuat tugas tambahan untukku, benar-benar malah merepotkan Aku,"
"Alice, kenapa kamu seperti ini padaku pada niatku baik untuk membantumu,"
"Kamu seharusnya bilang jika tidak bisa memasak, lagipula selama ini apakah kamu hanya memesan makanan di luar?"
Justin lalu segera menjawab dengan tenang,
"Begitulah, ada Pembantu di Rumah, dan biasanya jika ditempat kerja, biasanya sudah disiapkan Asistenku,"
Alice lalu segera menatap kearah Pria dihadapanya itu dengan ekpersi heran.
Memang, jika di lihat dari Mobil yang Justin pakai, ataupun pakaiannya, juga soal informasi tentang Justin yang beredar di internet, Justin ini memang anak orang kaya, seorang Tuan Muda Kaya Raya, mana mungkin harus repot repot memasak dapur?
Dia pasti hanya menyuruh nyuruh para pelayannya untuk memasak atau mungkin memesan kan makanan.
Hah, Dasar Tuan Muda Manja!
"Hpmh, kalau begitu kamu kembalilah ke depan tidak perlu membantuku lagi, toh kamu tidak bisa memasak,"
Justin lalu menatap kearah dua orang itu, dila saja dirinya tidak bisa membiarkan mereka berdua berduaan seperti itu.
Jadi, Justin segera berkata lagi,
"Makanya ajari aku untuk memasak aku rasa tidak buruk untuk belajar sesuatu seperti ini,"
Alice yang menatap Justin menjadi semakin keras kepala jelas menunjukkan ekspresi cemberut.
"Sudahlah, Tuan Justin, kenapa kamu tidak ke ruang tamu saja untuk menemani Al? Sudah ada aku yang akan membantu Alice,"
Justin segera menjawab perkataan itu,
"Tidak apa-apa, aku juga akan membantu di sini, Alice akan mengajariku sedikit, ini orangnya mudah belajar tentu saja ini akan menjadi mudah,"
Alice merasa sepertinya jika perdebatan ini diteruskan masak makan malam tidak akan selesai jadi Alice cukup pasrah, membiarkan Kevin lanjut mengurusi daging, dan mengajari Justin mengiris sayuran dengan benar.
Justin menatap kearah Alice, yang mengajari nya itu dengan cukup serius.
Melihat ekspresi ini, Justin entah kenapa merasa cukup berdebar.
Ketika wanita ini bersikap serius seperti ini, ternyata dia sangat manis.
Tatapan Justin hanya terfokus pada wajah Alice, hingga tidak memperhatikan pisau yang dirinya pegang, dan itu melukai tangannya.
"Aw....."
Alice juga melihat darah yang tiba-tiba keluar itu.
"Astaga, Tuan Muda ini... Kamu bahkan tidak benar dalam memegang pisau, mari segera kota obati, astaga darahnya begitu banyak kenapa kamu begitu ceroboh?" Kata Alice sambil memegang tangan Justin yang berdarah itu.
Dokter Kevin yang juga tahu itu, segera datang kesana, kebetulan urusan soal daging sudah selesai.
Kevin merasa tidak senang dengan kedekatan mereka, apalagi cara Alice mencemaskan Justin.
"Ini tidak sengaja, lagipula ini hanya luka kecil tidak perlu di permasalahkan,"
Alice yang mendengar sikap cuek Justin itu, segera menjadi marah,
"Kamu itu tidak bisa begitu mari segera diobati, Aku akan mengobatinya,"
Justin jang mendengar bahwa wanita di depannya itu terlihat cemas padanya bahkan ingin repot-repot mengobatinya itu jelas merasakan perasaan senang.
Ternyata diperhatikan semacam ini benar-benar menyenangkan.
Namun sayangnya, perasaan senang itu tidak berlangsung lama.
"Alice, kamu lanjutkan saja memasak. Biar aku saja yang mengobati tahan Tuan Justin. Aku kan Dokter,"
Alice yang mendengar tawaran itu jelas segera menerimanya tanpa pikir panjang.
"Itu benar, biar Dokter Kevin saja yang mengobatimu, aku harus segera lanjut memasak, atau nanti akan selesai lebih lama dan Al menjadi kelaparan,"
Justin ingin protes, namun dirinya tidak ingin membuat Alice menjadi semakin marah jadi dirinya hanya mengikuti Kevin keluar, menuju ke ruang tamu, setelah mengabil kotak obat dari salah satu laci yang Alive tujukan.
Dan sekarang, keduanya ada di ruang tamu, Al masih terlihat fokus pada Puzzlenya, jadi tidak memperhatikan ketika dua orang itu datang.
Justin yang awalnya bersikap sopan itu segera menunjukkan ketidak senangannya.
"Dokter Kevin, aku melihat sepertinya tidak ada wajah ketulusan ketika kamu menolong Alice,"
"Bukankah aku yang harusnya bilang padamu seperti itu? Bukankah kamu sudah meninggalkan Alice? Namun kenapa sekarang tiba-tiba kembali seperti ini?"
"Ini jelas bukan urusanmu soal masalah anatara Aku dan Alice,"
"Ini tentu saja urusanku, aku tidak bisa membiarkan Alice menjadi sedih dan hancur karena laki-laki brengsek sepertimu,"
Justin tentu saja menjadi marah dengan kata-kata itu.
"Kamu itu tidak tahu apa-apa! Lagian kenapa kamu sok peduli pada Alice?"
"Itu karena Aku menyukainya, apakah kamu paham, Tuan Justin? kamu hanyalah bagian dari masa lalunya dan tetaplah menjadi bagian dari masa lalunya akan sangat baik jika kamu tidak perlu dekat dekat dengan Alice ataupun Al, ikan selama ini baik-baik saja bahkan tanpa keberadaanmu di sana,"
Kata-kata itu, jelas membuat Justin semakin jengkel.
Pria ini bilang dia menyukai Alice?
Dan malah menyuruhnya untuk menjauhi mereka?
Apa-apaan itu?
Apakah ini semacam deklarasi perang?
Tidak, Alice jelas tidak bisa bersama dengan Pria mencurigakan yang ada di depannya ini!
"Tidak! Aku jelas tidak akan menjauhi mereka berdua seharusnya, Dokter yang Menjauh mereka!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments