Mendengar pertanyaan Alice, Kevin segera menjawabnya,
"Ya, Aku kebetulan dipindahkan untuk bekerja di kota ini, bagaimana denganmu? Aku sudah dengar jika kamu pindah, apakah kamu juga dipindahkan ke kota ini juga?"
Alice yang mendengar jawaban itu cukup terkejut.
Tidak mengira jika dokter di hadapannya ini pindah bekerja di kota ini.
Bertemu dengan orang-orang yang familiar di kota sebesar ini tentu saja sudah merupakan suatu kejutan.
"Ya, saya juga tidak benar-benar mengira, ada kebetulan seperti ini,"
"Benar, sebenarnya aku cukup sedih ketika mendengar kamu sudah pindah,"
Alice lalu menjadi teringat jika dirinya tidak sempat berpamitan dengan baik kepada dokter dihadapannya itu.
"Maaf, saat itu saya sedang buru-buru jadi tidak bisa berpamitan dengan layar kepada dokter,"
"Hanya aku merasa cukup sedih ketika kamu pergi dengan tiba-tiba seperti itu,"
Mendengar itu, Alice jelas menjadi semakin merasa bersalah.
"Saya benar-benar minta maaf soal itu,"
Kevin yang melihat raut rasa bersalah di wajah Alice, lalu segera tertawa dan berkata,
"Aku hanya bercanda soal itu, aku tahu kita tidak memiliki begitu banyak hubungan tinggal kamu perlu melapor kepada ku ketika kamu ingin pergi,"
"Tidak, tidak. Kamu adalah salah satu orang yang paling berjasa dalam hidupku, sungguh tentu saja kamu orang yang cukup penting,"
"Baik-baik aku percaya padamu, lagi sebagai ucapan minta maaf kenapa kamu tidak mulai memasakku makan malam? Aku sudah cukup lama tidak memakan makananmu,"
Itu benar, sebentarnya hubungan mereka cukup dekat, namun tidak sedekat itu, hanya dokter ini, yang membantu Alice ketika kesusahan, jadi Alice sebagai ucapan balas budi biasanya akan mengajak dokter itu makan dirumahnya, atau kalau tidak akan mengajak makan di luar.
Namun di pedesaan, tidak ada begitu banyak restoran mewah seperti yang ada di kota, jadi lebih sering masak di rumah, belum lagi mengajak keluar Al yang masih begitu kecil saat itu juga bukan pilihan yang baik.
"Masakanku tidak ada yang istimewa,"
"Tapi, masakanmu itu sebenarnya sangat enak, aku selalu menyukainya,"
Mendengar pujian itu, Alice tentu saja segera merasa sedikit.
"Kamu bisa saja,"
"Ah, benar juga sampai kapan kita akan berdiri disini? Baiknya kita segera ke rumahmu, aku juga ingin segera bertemu dengan Al, bagaimana kabarnya sekarang?"
Mendengar itu, Alice baru saja ingat jika mereka terlalu lama berdiri dan ngobrol di sini juga tidak nyaman memang sebaiknya segera pulang ke rumah.
"Al baik-baik saja, Pasti akan sangat senang ketika bertemu denganmu, mari segera ke Rumahku,"
Dengan itu, mereka berdua lalu berjalan menuju Ruman Alice yang memang tidak begitu jauh dari sana.
Namun ketika Alice menatap rumahnya, di depan rumahnya ada sebuah mobil yang terlihat familiar.
Jelas itu, menyulut kemarahan Alice.
Kevin yang ada di sebelah Alice, tentu saja heran melihat wajah kemarahan pada Alice.
"Ada apa? Siapa pemilik mobil itu?" Tanyanya dengan heran.
"Ini adalah cerita yang panjang, mungkin aku belum bisa menceritakannya padamu sekarang, Aku akan segera masuk dulu,"
"Tentu tidak masalah, Apakah aku juga ikut masuk?"
Alice ragu ketika memikirkan ini, lalu segera berkata,
"Kamu tunggu di sini sebentar,"
Kevin mengaguk, membiarkan Alice masuk kedalam Rumahnya.
Dan tepat setelah itu, ketika sampai di Ruang Tamu, benar saja ada Justin disana yang saat ini sedang bersama dengan Al.
Alice yang marah tentu saja segera menyeret Justin menjauh dari Putranya.
"Kamu itu apa-apaan sih? Aku sudah bilang padamu sebelumnya jangan lagi temui aku ataupun Putraku,"
Justin yang mendengar kemarahan Alice, mencoba untuk menenangkannya,
"Sungguh, aku benar-benar minta maaf soal sebelumnya tapi kamu harus yakin aku benar-benar tidak memiliki niat yang buruk padamu,"
"Tapi aku jelas-jelas tahu apa yang kamu bicarakan dengan temanmu itu,"
Justin segera menghela nafas dan kembali berkata,
"Sungguh, hal-hal yang aku rencanakan ini hanya untuk kebaikan Al,"
Alice yang mendengar itu jelas merasa marah dan berkata,
"Kebaikan apa? Kamu hanya ingin menjadikannya suatu objek Percobaan!"
"Alice, dengarkan Aku ini tidak seperti yang kamu kira, ini memang cukup penting untukku melanjutkan penelitian ini, namun aku juga akan butuh persetujuanmu dan putramu, berjanji tidak akan menyakiti Al,"
"Kamu pembohong!"
Justin yang mendengar wanita di depannya itu begitu susah diberi tahu, dan sangat keras kepala itu menjadi cukup frustasi.
"Astaga, Alice... Kenapa sih kamu seperti ini?"
"Apa Yang kenapa? Kamu itu Yang kenapa seperti ini!"
"Baik, aku akan jujur padamu. Penelitian ini memang sangat penting untukku mungkin ini hampir segalanya untukku, tapi sungguh aku tidak berniat memaksa siapa-siapa, atau membuat Al menjadi objek Percobaan, dan siap kebaikanku pada kalian, ini bukalah kebohongan, jujur sebenarnya aku juga cukup menyayangi Al,"
"Berhenti berbicara omong kosong!"
Al yang melihat itu, jelas merasa tidak senang.
"Mama... Al tahu, sepertinya ada salah paham antara kalian, Papa sudah menjelaskannya sedikit padaku, soal dia yang hanya ingin melakukan beberapa pemeriksaan, namun Mama tidak setuju, sebenarnya tidak apa-apa jika hanya beberapa pemeriksaan, Al Sebenarnya cukup penasaran dengan kondisi Al juga,"
Alice mendengar kata-kata putranya itu yang terlihat membela Justin.
Jelas menjadi marah,
"Justin! Apa yang telah kamu lakukan kamu sampai mencuci otak Putraku agar membelamu!"
Justin benar-benar tidak mengerti jalan pikiran wanita yang ada di depannya ini.
"Sudahlah, rupanya percuma berbicara padamu dalam keadaan kamu yang marah seperti ini. baik aku minta maaf jika aku memiliki kesalahan namun sungguh aku tidak memiliki niat buruk. Al, Papa pergi dulu ya,"
"Jangan, Pa... Setidaknya Papa makan malam bersama Al, Al sudah lama tidak makan bersama Papa,"
"Al, kamu jangan seperti itu, kamu punya Mama," kata Alice mencoba membujuk Putranya itu.
"Kalau Mama mengusir Papa pergi, Al benar-benar akan marah! Ini hanya makan malam Apa susahnya?"
Alice akhirnya menghela nafas teringat dirinya sebelumnya sempat bertengkar dengan Putranya itu.
Baik, untuk kali ini dirinya coba mengalah.
Lalu, Alice teringat dengan Kevin yang menunggu diluar.
Alice jelas mencoba menambahkan topik ini agar putranya tidak marah.
"Al sayang, namun hari ini kita memiliki tamu, Dokter Kevin datang ke Rumah kita, yah... Kamu tahu bukan jika masalah tentang Mama dan Papaku sedikit rumit, Mama sebenarnya akan merasa tidak nyaman jika mereka berdua bertemu,"
Justin jelas merasa heran dengan penjelasan Alice, siapa dokter Kevin ini?
Justin jelas memiliki firasat tidak nyaman soal ini.
Wajah Al yang sebelumnya menunjukkan ekspresi cemberut segera berubah menjadi ceria ketika mendengar Dokter Kevin.
"Paman Dokter Kevin ada disini Ma?"
Melihat ekpersi ceria itu, Alice akhirnya merasa lega dan segera berkata,
"Itu benar, Dokter Kevin kebetulan baru saja pindah ke kota ini dan Mama tidak sengaja bertemu dengannya, jadi Mama mengajaknya mampir untuk makan malam, dia ada di luar sekarang, jika kamu ingin bertemu dengannya biarkan Papamu pulang oke? Sedikit sulit untuk Mama menjelaskan semua masalah ini padanya,"
Al yang mendengar itu segera menjadi bingung terlihat berpikir.
Ini benar keputusan ini terlihat sangat sulit, harus bertemu dengan Paman Dokter atau Papanya.
Justin yang melihat Al, terlihat berpikir keras itu jelas Merasa tidak senang.
Bukankah harusnya Al akan langsung memilihnya!!
Kenapa Al sekarang malah terlihat ragu-ragu?
Siapa sih, Dokter Kevin ini?
Justin merasa semakin kesal ketika memikirkan nama misterius ini.
"Bagaimana, Al?"
"Al binggung, tapi Al pikir bukankah tidak apa-apa untuk membiarkan mereka berdua makan malam di sini?"
"Al, kamu tidak bisa begitu,"
"Al yakin, nanti Paman Dokter tidak akan terlalu banyak bertanya,"
"Ayolah, Al jangan seperti itu, kamu harus memilih,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments