Pengganggu.

"Katakan!"

Mata Rymi melotot tidak percaya, sebuah pedang hampir mengenai lehernya.

Aku sedang dicegat?

Dia menarik napasnya dalam sebelum mulai berbicara.

"Aaiisshh, bahkan setelah aku pamer keahlianku pun nyawaku masih juga diincar!"

"Katakan, dimana kau mempelajari jurus yang kau tampilkan kemarin?"

"Kau bercanda, menanyaiku dengan pedang yang hampir menggorok leherku? Mengapa orang-orang di istana ini sangat tidak berperasaan?"

"Bugh!" dengan cepat Rymi menendang tepat di keperkasaan seseorang itu.

"Ya ya, akan aku tunjukkan siapa orang yang paling tidak berperasaan di istana ini!" ujar Rymi dengan tengilnya.

"Asshhhh! Asshhhh! Kau gila, mau mati hah?" seseorang itu mengerang kesakitan, pedangnya sudah terjatuh, saat ini tangannya memegang erat keperkasaannya yang baru saja dicelakai.

"Seumur hidupku aku benar-benar tidak suka diganggu, kecuali Ayaz dan Marco, aku tidak bisa mentolerir seorang pengganggu!"

Seseorang itu mendongak, ia menatap permaisuri yang bicara, rumor bahwa Permaisuri Oh telah berubah begitu banyak yang ia dengar tampaknya memang benar. Dia tidak bisa berbuat semena-mena lagi.

Meskipun sekarang memiliki wajah yang sangat cantik, tapi lihatlah tatapan itu, tiba-tiba saja ia melihat tatapan yang menakutkan dari seorang Permaisuri Oh Dae yang adalah kakak iparnya juga.

"Astagah! Dia?" sementara Rymi, matanya membulat sempurna kala mengetahui siapa yang dijumpainya kini.

Bukankah dia, Pangeran ke dua! Aisshhh seharusnya aku tidak menampilkan gerakan seperti itu di pertunjukan, aku lupa kalau bocah ini juga tinggal di istana.

"Apa? Beraninya kau melihatku begitu?" berang Pangeran kedua, seraya masih menahan kesakitan.

Rymi segera tersadar, dia berencana membiarkan pangeran ke dua dan sudah akan beranjak meninggalkannya, karena Rymi tidak mau berurusan dengan Pangeran ke dua, dia takut Pangeran ke Dua akan mengenalinya.

"Kau!" cegah Pangeran ke dua.

Rymi mau tidak mau menghentikan langkahnya. Ia menoleh dengan tatapan dinginnya.

"Aku bertanya, bagaimana kau mempelajari jurus yang kau tampilkan kemarin, siapa guru yang mengajarimu?"

Sudut bibir Rymi tertarik saat Pangeran ke Dua menanyakan itu, untung saja Pangeran ke dua tidak mengenalinya.

"Kau tidak sedang bercanda kan?"

"Aku ingin tau, katakanlah!"

"Tapi aku bukan seorang dayang yang akan takut padamu! Ingin menanyakan sesuatu padaku? Maka sudah sepantasnya kau berlaku sopan!"

"Kau juga, harus lebih hati-hati!"

Setelah mengatakan itu, tanpa menghiraukan Pangeran ke Dua yang melongo dibuat perkataannya, kali ini Rymi benar-benar pergi berlalu.

Dia akan pergi keluar istana, saatnya untuk berpetualang, girangnya dalam hati.

Rymi kembali menyamar menjadi seorang pria, membawa uang untuknya berbelanja, bahan obat dan perawatan kecantikannya sudah hampir habis, jadi dia juga akan sekalian membeli semua yang ia butuhkan.

Dua jam telah berlalu, Rymi menyesal tidak membeli kuda sebelumnya saat ia keluar istana, kalau begitu nanti setelah sampai di pasar, dia akan mencari tempat yang menjual kuda sebagai kendaraannya. Beruntung saat di dunia nyata tidak ada yang tidak bisa dirinya lakukan, termasuk menunggang kuda.

"Oh yeeaahh!"

Rymi bersorak girang saat sudah bisa keluar istana lagi, "no lunch, no problem! " teriaknya di tengah-tengah keramaian.

Banyak orang yang cengo melihat kelakuannya dan juga tidak mengerti apa yang tadi diteriakinya. Tapi tetap saja, bukan Rymi namanya jika memedulikan itu. Sudah tau kan, tidak ada yang lebih parah dalam bertindak sesuka hati selain dirinya.

Saat ini Rymi sudah berada di pasar, berencana untuk kembali mengisi perutnya karena hari memang sudah siang namun tidak ada tanda-tanda kalau dirinya akan diberikan makanan di istana.

Rymi mampir di sebuah kedai, memesan makanan apa saja yang dianggap enak, yang pasti hari ini dia akan memuaskan perutnya.

Ditengah-tengah menunggu pesanan, Rymi yang sedang memainkan kukunya malah dikejutkan oleh teriakan seseorang, kemudian begitu banyak kekacauan yang terjadi di kedai itu.

"Aisshhh, aku hanya ingin tenang tapi mereka memancingku lagi dan lagi!" keluhnya, bertarung adalah keahliannya, dia paling suka menghajar orang, jadi tangannya sungguh gatal kalau saja melihat kerusuhan semacam itu.

"Hei kau yang di sana!" teriak Rymi, dia menunjuk seorang preman yang baru saja menghancurkan meja.

"Kau baru saja membuat masalah denganku!" lanjutnya lagi.

"Heh, rupanya di sini ada yang ingin mengantarkan nyawa!" ucap preman itu terdengar remeh.

Rymi memiringkan sudut bibirnya, perlahan dia mendekat, semakin dekat hingga keduanya terlibat tatap.

Rymi masih memakai cadar, karena identitas seorang Permaisuri Oh memang harus dirinya lindungi.

"Kau pengganggu!" ujar Rymi kesal.

"Aku hanya sedang menjalankan tugas, salahkan saja pemilik kedai ini yang menunggak uang pajak, kau ingin ikut campur? Lebih baik kau urungkan niatmu, ku harap kau mengetahui siapa aku!"

"Heh!" Rymi tertawa mengejek, sepertinya orang di hadapannya ini terlalu percaya diri.

"Kau tertawa? Kau sungguh ingin mati!"

"Kyaaaa!"

Preman itu langsung saja menyerang Rymi karena tersinggung, baru kali ini ada yang berani meremehkannya.

Sementara Rymi, dia dengan sigap menghindari serangan lawan.

"Bugh Bugh!"

Rymi meninju tepat di dada preman itu hingga pria itu muntah darah. Uji kekuatan tenaga dalamnya ternyata masih berhasil meskipun dia hidup di dunia novel.

"Bugh bughh!"

"Bammm!"

"Brakkk!"

Preman itu jatuh tersungkur, dengan keadaan yang sangat memprihatikan, darah segar ada di mana-mana, dia sudah terkulai tidak berdaya.

Rymi semakin mendekat, semakin dekat hingga "Arrggghhh!" pria itu mengerang kesakitan saat kepalanya diinjak oleh Rymi.

"Aku paling tidak suka pengganggu! Untuk itulah aku membunuh burung kesayangan milik Marco, mencincangnya hingga hancur, dia berisik!"

"Aaarrggghhh!" sekali lagi pria itu mengerang saat Rymi semakin menekan injakannya.

"Ampuni saya, ampuni saya, biarkan saya hidup!" ujar preman itu memohon dengan sisa tenaga.

"Benar... Aku harus mengampunimu, bukankah aku harus berbuat baik, meski rasanya sulit sekali!" ujar Rymi bergumam, dia yakin orang-orang di sini tidak ada yang mengerti arah pembicaraannya.

"Pergilah! Sebisa mungkin menghindariku!"

Rymi berlalu menuju tempat duduknya tadi, ia akan kembali menunggu dengan sabar pesanannya.

"Kalau saja dia melakukan itu saat aku tidak terlalu lapar, mungkin aku tidak akan kelepasan kan?"

"Aisshhh, gara-gara brandal itu, aku jadi harus mengotori tanganku lagi!"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Lia Yulia

Lia Yulia

yg kamu lakukan jg termasuk kebaikan Rym tp mungkin caranya az yg salah🤭

2022-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!