Setelah Heru Cokro duduk, ia langsung berkata: “semuanya, Pemukiman Jawa Dwipa telah berjalan selama sepuluh hari, kecuali lahan pertanian dan lahan peternakan ikan yang belum dibuka, pembangunan dasar lainnya telah selesai semuanya, bahkan dapat menyelesaikan empat bangunan tambahan. Saya percaya bahwa semua orang di sini sudah memiliki beberapa ide. Ini juga merupakan topik utama dari pertemuan musyawarah kali ini. Sebelum membahas rencana yang spesifik, saya ingin meminta pejabat resmi Notonegoro untuk melaporkan populasi wilayah. Sehingga semua orang bisa mengetahui kondisi dasar wilayah.”
Notonegoro berdiri dan membungkuk dan berkata, “Menuruti instruksi penguasa, saya telah menyiapkan daftar populasi wilayah selama beberapa hari terakhir. Sampai hari ini, populasi wilayah adalah 171 dan diharapkan dua hari kedepan dapat melebihi 200. Selain staf manajemen, wilayah masih memiliki tentara sejumlah 10 orang, orang yang bertalenta berjumlah 23 orang, termasuk 4 magang pembuat kapal. Penebang kayu berjumlah 30 orang, 10 orang pekerja tambang serta 98 orang pekerja konstruksi. “
Heru Cokro mengangguk, puas dengan efisiensi kerjanya. Kemudian berkata: “Dari distribusi populasi wilayah, ada dua isu masalah yang harus segera diselesaikan. Pertama, manajemen populasi wilayah terlalu luas, sehingga manajemen menjadi tidak kondusif. Selanjutnya, kita harus membagi pekerja menjadi lima kategori. Petani memanajerial semua pekerjaan tani seperti penanaman buah, penanaman biji-bijian, dsb. Pekerjaan menambang kayu, penambang batu dan penambangan biji logam, semuanya dikelola oleh penambang. Nelayan mengkondisikan semua pekerjaan yang berkaitan dengan sumberdaya hasil laut. Semua pekerjaan budidaya hewan akan dikelola oleh penggembala. Sedangkan pengrajin akan mengelola tukang batu, tukang kayu, dan sebagainya.”
Setelah demarkasi, kartu pendaftaran rumah tangga yang sesuai akan diberikan. Setelah pendaftaran rumah tangga dikonfirmasi, area tempat tinggal tidak boleh diganti. Pada saat yang sama, pengaturan yang sesuai juga diperlukan untuk area perumahan. Saya memutuskan untuk mendirikan departemen baru untuk mengambil alih masalah ini. Nama departemen ini disebut Kantor Pencatatan Sipil. “Heru Cokro berhenti dan memandang Notonegoro. Dia tersenyum dan berkata: “Notonegoro, saya sangat puas dengan kinerja anda. Kantor Pencatatan Sipil akan menjadi tanggung jawab anda.”
Notonegoro dengan cepat bangkit dan berkata dengan rasa terima kasih: “saya tidak akan mengecewakan penguasa.”
“Pemberitahuan sistem: Notonegoro dipromosikan oleh penguasa, loyalitas meningkat sebesar 5 poin!”
Heru Cokro melambaikan tangannya dan melanjutkan dengan berkata: “Masalah lain lebih serius yaitu, jumlah orang yang bertalenta terlalu sedikit. Kita harus melatih dan mendorong setiap orang yang bertalenta untuk merekrut magang untuk meningkatkan ketrampilan hidup mereka. Dalam hal ini, Wakidi telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Karena telah berhasil merekrut 4 magang pembuat kapal yang bisa dijadikan sebagai contoh. Karena alasan ini, saya memutuskan untuk menunjuknya menjadi direktur pabrik pembuatan kapal”.
Wakidi juga bangkit dan berterima kasih, “Wakidi berterimakasih dan tidak akan mengecewakan kepercayaan penguasa.”
“Pemberitahuan sistem: Wakidi dipromosikan oleh penguasa, dan loyalitas meningkat sebesar 5 poin!”
Heru Cokro berkata lagi: “Saya akan mengambil kesempatan ini untuk mengumumkan beberapa personil lagi. Pengaturan logistik secara resmi dipromosikan menjadi Divisi Cadangan Material yang akan tetap dipimpin oleh Siti Fatimah, wakil direktur penebangan kayu adalah Joyonegoro serta Jarwanto sebagai wakil direktur penambangan.”
“Divisi petani, bertanggung jawab atas pembukaan lahan agrikultur untuk lahan pertanian, kebun buah, kebun sayur, dll. Kepala tim konstruksi sebelumnya Pusponegoro adalah sebagai direktur. Tim konstruksi akan dipromosikan menjadi divisi konstruksi untuk mengontrol semua pekerjaan konstruksi wilayah. Buminegoro dipromosikan menjadi wakil direktur. Sedangkan yang menjadi kepala divisi nelayan untuk sementara menjadi tanggungjawab saya. “
Hasil musyawarah ini membuat struktur administrasi pemukiman menjadi lebih terstandarisasi, teratur, dan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi administrasi. Dari penunjukan itu, tiga orang dari Desa Grissee
selanjutnya digunakan kembali. Ini bukan hanya karena kemampuan mereka yang kompeten, melainkan juga perhatian ekstra Heru Cokro untuk para veteran wilayah.
Pusponegoro bertanggung jawab untuk divisi petani yang merupakan bidang yang dia kuasai. Meskipun Joyonegoro hanya seorang tukang kayu, tetapi pikirannya sangat fleksibel dan juga sangat menghormati Heru Cokro. Ketika sekolah swasta didirikan, ia akan dikirim untuk belajar. Sedangkan Buminegoro kemampuannya yang agak kurang dan tidak cukup untuk mengemban tanggungjawab sebagai kepala divisi konstruksi.
Setelah semua orang menerima pembagian tugas, Heru Cokro melanjutkan proses musyawarah.
“Pengaturan telah selesai, materi berikutnya adalah mempromosikan wilayah. Sebelum mempromosikan wilayah ke tingkat RT, ada dua hal utama yang harus dilakukan. Pertama adalah pembukaan lahan pertanian yang setidaknya 500 hektar, menjadi tanggungjawab divisi petani. Kedua adalah pembangunan ladang garam dan peternakan ikan di pantai, yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab divisi nelayan, sedangkan tentara bertanggung jawab atas penjaga keamanan wilayah.”
“Menurut rencana promosi wilayah, Kantor Pencatatan Sipil harus bekerja sama dengan semua divisi.” Di akhir masalah, Heru Cokro melihat sekeliling dan berkata: “Konten secara umum seperti ini. Jika anda memiliki ide atau pertanyaan, saya persilahkan.”
Notonegoro berdiri pertama dan bertanya: “Penguasa, ada yang saya ragukan. wilayah sekarang tidak memiliki penggembala kecuali Wiji. Pada saat yang sama, wilayah tidak memiliki hewan ternak sekarang, mohon petunjuknya!”
Heru Cokro tertawa dan menjawab: “Pertama, masukkan pendaftaran rumah tangga Wiji ke kediaman penguasa, tidak perlu memasukkan ternak. Kedua, meskipun wilayah tidak memiliki ternak sekarang tetapi dengan bantuan Jendral Giri kemarin kami memperoleh sebuah buklet berjudul “panduan tehnik domestikasi sapi liar”. Domestikasi sapi liar akan menjadi awal dari promosi peternakan binatang. Selanjutnya, tentara bertanggung jawab untuk menangkap anak sapi liar di hutan. Sedangkan divisi konstruksi bertanggung jawab untuk pembangunan peternakan sapi. Terakhir, pelatihan dan manajemen teknologi peternakan sapi akan menjadi tanggung jawab Divisi Cadangan Material.”
Notonegoro kemudian duduk dengan puas setelah mendengar jawaban beserta solusi dari penguasa.
Selanjutnya, Siti Fatimah berdiri dan bertanya: “Saya juga memiliki keraguan. Di antara berbagai bahan yang ada pada wilayah, hanya menghasilkan kayu dan batu, sedangkan bijih besi dan makanan hanya bisa dikonsumsi. Saya tidak tahu apa yang dipikirkan penguasa?”
Berangkat dari seorang pedagang. Fatimah memiliki visi strategis untuk pengelolaan berbagai bahan. Heru Cokro mengangguk puas dan menjawab: “Pertanyaan yang sangat baik. Saya pertama kali menjawab perihal makanan. Hanya ada dua cara untuk mendapatkan makanan, satu adalah membeli di pasar yang tentu membutuhkan banyak dukungan finansial. Lainnya adalah peternakan dan perikanan. Untuk perencanaan jangka pendek dari peternakan, saya sudah mengatakannya dengan sangat jelas, jadi saya tidak akan mengulanginya. Untuk perikanan, divisi nelayan harus memprioritaskan pembangunan kapal ikan, mendorong mereka pergi melaut untuk memancing. Untuk pengelolaan nelayan, itu juga termasuk dalam manajemen Divisi Cadangan Material. Selain itu, harus segera membuka lahan budidaya ikan setidaknya 500 hektar.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 559 Episodes
Comments