Setelah sarapan, Heru Cokro mulai belajar lebih banyak tentang semua orang. Ternyata ada lima orang dengan talenta spesial, sebelas sisanya adalah orang awam.
Dharmawan adalah seorang dokter tingkat lanjutan pertama yang ada di Jawa Dwipa. Ada Wiji yang masih berumur 11-12 tahun, berkulit gelap dengan tubuh kurus.
Pandai besi tingkat dasar bernama Juyono, bertubuh kekar, mata garang, terlihat seperti orang yang kejam. Yuni adalah seorang koki dengan paras yang cukup lembut. Pasangan tua yang cocok, saling melengkapi.
Sedangkan ada seorang gadis. Wanita ini berusia dua puluh dua tahun, dengan penampilan cantik, anggun anak dari Maimun yang di panggil Fatimah. Awalnya adalah seorang putri dari Leran. Seorang saudagar kaya.
Dua bulan yang lalu, ketika ia mengikuti rombongan dagang keluarganya, ia menemui perampok dan akhirnya bisa melarikan diri di bawah perlindungan penjaga. Setelah melewati banyak kesulitan di alam liar. Dharmawanlah yang menyelamatkannya, bersama tim pendekar yang saat ini sampai di Jawa Dwipa.
Setelah memahami situasi umum para pengungsi, Heru Cokro segera memanggil semua orang ke kediaman penguasa. Melihat tim yang sedang berkembang, Heru Cokro sangat bangga dan berkata: “Hari ini, ada 16 keluarga baru yang bergabung dengan Jawa Dwipa. Semuanya, saya membutuhkan tenaga dan pikiran kalian untuk membangun wilayah kita ini.“
“Ada tiga hal yang harus kita lakukan hari ini. Pertama, kita harus menyelesaikan pembangunan benteng, sehingga dapat memberikan keamanan yang andal bagi pemukiman. Kedua, kita harus membangun rumah kayu dasar untuk menyediakan tempat tinggal untuk semua orang. Terakhir, kita harus membangun aula makan untuk menyediakan tempat bagi semua orang makan dengan nyaman. Waktunya ketat, saya harap semua orang dapat bergotong-royong. Cobalah untuk menyelesaikan semua pembangunan sebelum petang, sehingga dimalam hari sudah bisa istirahat dengan nyaman.”
Semua orang menjawab serempak: “Sendiko dawuh, gusti!”
“Selanjutnya, saya mengumumkan personel khusus. Pusponegoro!”
Pusponegoro segera berdiri, lantas menjawab: “Sendiko dawuh, gusti!.”
“Secara resmi saya menunjuk anda sebagai kepala konstruksi yang bertugas untuk mengelola semua konstruksi didalam wilayah.”
“Terimakasih banyak telah mempercayai saya, gusti.” Kemudian duduk ke posisi semula.
“Pemberitahuan sistem: Pusponegoro dipromosikan oleh penguasa, loyalitas meningkat sebesar 5 poin.”
“Joyonegoro!”
“Sendiko dawuh, gusti!.” Joyonegoro juga bergegas maju.
“Terima jabatan direktur pelaksana penebangan kayu, bertanggung jawab untuk mengirimkan kayu untuk konstruksi wilayah.”
“Terimakasih banyak atas kepercayaannya, gusti.” Setelah kembali ke posisi semula.
“Pemberitahuan sistem: Joyonegoro dipromosikan oleh penguasa, dan loyalitas meningkat sebesar 5 poin.”
“Selain mereka, silahkan membatu pengembangan wilayah. Setelah memberikan kontribusi yang cukup tentu saya akan dengan murah hati untuk promosinya. Selain itu, Dharmawan bertanggung jawab untuk mengumpulkan herbal, Fatimah bertanggung jawab untuk penyebaran logistik, Yuni bertanggung jawab atas makanan, Wiji bersama saya. Lima orang yang tidak berpartisipasi dalam distribusi tenaga kerja untuk sementara dimasukkan ke dalam tim konstruksi. “
Dharmawan, Fatimah, Yuni dan Wiji maju berkata, “Terimakasih banyak gusti.”
Heru Cokro melambaikan tangannya lanjut berkata: “Semua orang, silahkan mulai bekerja! Dharmawan, Fatimah, dan Wiji tetap di sini.”
Setelah selesai, Heru Cokro pertama kali memanggil Pusponegoro untuk menyerahkan cetak biru rumah kayu dasar dan cetak biru aula makan. Serta menjelaskan lokasi pembangunannya.
Setelah selesainya, Joyonegoro dan lainnya pergi bekerja di bawah kepemimpinan Pusponegoro. Joyonegoro datang ke Heru Cokro dan berkata dengan hati-hati: “Gusti, perihal tanggungjawab penebangan kayu, saya takut karena keterbatasan sumberdaya yang mungkin akan menyebabkan penguasa kecewa!”
Heru Cokro menepuk pundaknya dan berkata sambil tersenyum: “Anda dapat yakin. kesulitan hanya sementara. Bila perlu, saya akan mengirim personel tambahan ke lumbung kayu. kemarin saya telah membeli 500 kayu di pasar. Anda tidak perlu khawatir untuk saat ini. Yang harus Anda lakukan sekarang adalah mengetahui distribusi hutan di sekitar dan mengukur jumlah total sumber daya kayu. Selain itu, Anda juga harus mengamati dengan seksama untuk menemukan tumbuhan atau pohon berharga dan menandainya!“
Joyonegoro lega, dengan hormat berkata: “Terimakasih banyak gusti, saya pasti akan melakukan tugas dengan baik.”
“Baiklah, silakan!” Setelah Joyonegoro keluar, Heru Cokro menoleh ke Dharmawan dan tiga lainnya yang menunggu di samping, mengatakan: “Dharmawan, saya belum memiliki solusi untuk pembangun pusat medis. Sementara anda tinggal di kediaman penguasa. Setelah tingkat wilayah dipromosikan ke tingkat RW, saya akan membuat pusat medis untuk Anda. “Untuk dokter tingkat lanjutan ini, Heru Cokro memberikan perhatian lebih.
Dharmawan berkata: “Penguasa yang bijaksana, orang tua ini tidak memiliki apa pun untuk diminta! Hanya satu, Fatimah adalah wanita baik, asal-usul baik, dengan talenta yang baik pula. Saat ini, saya harap penguasa dapat mempertimbangkan permintaan orang tua ini agar mengangkatnya jadi saudara. Saya akan sangat berterima kasih! “
Heru Cokro dengan cepat menanggapi. “Ini hal yang wajar, tidak perlu sungkan. Biarkan aku mengangkatnya menjadi adik saya, namun semuanya tergantung apa yang Fatimah pikirkan?” Berbalik untuk melihat Fatimah.
Siti Fatimah belum menyatakan posisinya. Dharmawan memimpin pada langkah pertama dan berkata: “Ini sangat bagus, dengan hubungan ini yang lain tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.” Kemudian, berbaliklah Berbicara kepada Siti Fatimah, “Fatimah, lelaki tua itu membuat klaimnya sendiri kali ini, berjanji untuk anda, bagaimana anda menanggapinya?”
Siti Fatimah adalah seorang putri dan seorang saudagar kaya. Wajahnya yang cantik dan mempesona akan membuat banyak pria jatuh dibawah roknya. Penderitaan tidak akan bisa menutupi keindahan ini. Melainkan kehangatan layaknya musim semi.
Dia perlahan berjalan ke samping Dharmawan, berkata dengan penuh kasih sayang: “Fatimah telah datang jauh-jauh, berkat perawatan manula yang telah melindungi tubuh ini. Sekarang, para pendahulu memikirkan segalanya untuk Fatimah, Fatimah menghargai dan menyetujui pengaturan penatua. “
Dharmawan dengan cepat mengangkatnya dan berkata, “Oke, bocah baik. Jika ya, temui kakakmu yang saleh!”
Siti Fatimah bangkit, berjalan ke arah Heru Cokro. Berkata: “Dinda Fatimah, menyapa kakanda. Terima kasih kakanda bersedia menerima adinda!”
Heru Cokro dengan cepat menanggapi: “Itu tidak perlu. Saya dapat mengenali nona sebagai saudara perempuan adalah berkah untuk saya. Panggil saja saya Heru”
Setelah bertemu satu sama lain, menetapkan nama saudara dan saudari, Siti Fatimah tidak lagi sungkan seperti sebelumnya.
“Pemberitahuan sistem: selamat kepada pemain Jendra dan NPC Siti Fatimah telah menjadi saudara angkat. Prestis meningkat 200.”
Omong-omong, lihat atribut Siti Fatimah.
[Nama]: Siti Fatimah (Golongan V)
[Status]: Warga Jawa Dwipa, Saudara penguasa
[Profesi]: Saudagar
[Loyalitas]: 85 poin
[Spesialisasi]: Perencana teliti, akuntan cermat (meningkatkan laba perdagangan wilayah sebesar 10%)
[Evaluasi]: Seorang putri dengan temperamen hangat dan bagus dalam bisnis.
Dia sebenarnya talenta golongan V, itu mengejutkan. Heru Cokro tidak lagi ragu untuk menberikan tas bintang ke Fatimah. Lanjut berkata: “sekarang kami adalah keluarga, di masa depan jangan lagi sungkan untuk berkata atau meminta apapun pada kakak. Selain itu saya meminta anda untuk menjadi pengelola sumber daya wilayah“
Fatimah dengan senang hati memeriksa isi tas bintang, perlahan berkata: “Terima kasih kakak.”
Usai dengan Dharmawan dan Siti Fatimah. Heru Cokro telah memberi isyarat kepada anak kecil yang sedang bermain dengan harimau putih. Dia berkata dengan keras: “Wiji, kesini!”
Saat penguasa memanggil, tak terasa tubuhnya bergetar. Berpikir bahwa dia akan dihukum dengan penuh ketakutan Wiji secara tidak sadar bergerak mundur.
Heru Cokro membawanya ke samping dan menepuk kepalanya. Lanjut berkata: “Jangan takut. Katakan padaku, apa yang anda kerjakan sebelumnya?”
Wiji menundukkan kepalanya dan berkata: “Saya dulu membantu penguasa untuk beternak.”
“Peternak? Saya tidak punya peliharaan sekarang. Jadi, kamu akan bersamaku, Ketika kamu punya waktu, ikuti nona Fatimah untuk membaca dan menulis. Mengerti? “
Mendengar dirinya tidak dihukum, tetapi juga dapat kesempatan untuk membaca dan menulis. Wiji mengangguk dengan gembira dan berkata dengan keras: “Mengerti.” Saya pikir, semua penguasa sama, ternyata tuan Heru jauh lebih baik.
Heru Cokro melanjutkan dengan mengatakan: “Yah, belajarlah dengan giat dan jadilah orang yang berguna untuk wilayah di masa depan. Selain itu, saya memiliki tugas penting untuk diserahkan kepada anda.” Menunjuk ke arah harimau putih, berkata, “binatang kecil ini namanya Maung Bodas. Makan, minum dan kebutuhannya anda yang mengurusi, bisakah anda melakukannya?”
Wiji sangat senang mendengarnya. Dia mengangguk dan berkata: “Ya.”
Heru Cokro menyentuh kepalanya dan berkata, “Oke, pergilah bermain! Aku akan melakukan sesuatu.”
Kemudian Heru Cokro mencari Giri, ingin menanyakan tentang kambing liar yang muncul kemarin. Dia memutuskan untuk menangkap kambing liar ini dan membawanya kembali ke pemukiman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 559 Episodes
Comments