Pada 10 Januari tahun pertama kalender Wisnu. Setelah empat hari konstruksi, sebagian proyek konstruksi hampir selesai.
Kapal, kamp tentara dasar, dan lima tempat tinggal lainnya telah selesai. Dermaga dasar dan kuil desa juga telah memasuki tahap akhir dan diestimasikan dapat selesai hari ini. Kapal dibangun di pantai ujung utara wilayah, itu adalah hari pertama Heru Cokro dan Giri mengendarainya. Melalui kapal, anda dapat menjelajahi pedalaman Gresik melintasi Sungai Bengawan Solo. Perahu dan dok dibangun di sisi paling timur dari wilayah, di dekat tepi pantai.
Empat hari terakhir, diantara para pengungsi yang berjumlah 64 orang, ada enam orang orang dengan talenta khusus, seperti penebang kayu, nelayan, dan petani tambak. Seorang kakek, berusia hampir enam puluh tahun, tubuh sehat, santai dan murah senyum, semua orang memanggilnya Kakek Zi.
Keuntungan terbesar adalah seorang pria muda berumur 20 tahun. Meskipun Notonegoro hanya golongan IV, ia adalah seorang spesialis. Selain itu juga menunjukkan potensi besar untuk dapat dipromosikan ke golongan V kapan saja.
[Nama]: Notonegoro (Golongan IV)
[Status]: Sekretaris resmi Pemukiman Jawa Dwipa
[Profesi]: Pejabat Sipil
[Loyalitas]: 75 poin
[Komandan]: 35 [Kekuatan militer]: 25 [Intelegensi]: 45 [Politik]: 50
[Spesialis]: Sarjana (meningkatkan efisiensi administrasi wilayah sebesar 10 persen)
[Evaluasi]: Para sarjana pintu dingin, yang miskin dan pekerja keras, membaca buku-buku puisi, dan mereka yang sederhana dan lembut.
Heru Cokro segera menunjuknya sebagai sekretaris resmi, bertanggung jawab untuk korespondensi registrasi populasi, sensus penduduk, dan lain sebagainya. Hal pertama yang diberikan kepadanya adalah menyiapkan daftar populasi wilayah.
Notonegoro mampu memenangkan evaluasi seorang sarjana, cukup untuk menggambarkan kemampuannya. Heru Cokro siap untuk melatihnya sebagai abdi ndalem yang penting di masa depan.
Memikirkan performa wilayah dalam beberapa hari terakhir, Heru Cokro berjalan menuju kamp tentara di sudut barat laut. Wiji mengambil kuda perang dan mengikuti di belakangnya.
Pintu kamp tentara, Giri dengan calon tentara yang dipilihnya dengan hati-hati, telah lama menunggu. Ketika ia melihat Heru Cokro, tertawa dan berkata dengan penuh semangat: “Penguasa, saya menunggu instruksinya.”
Melihat jendral ini, Heru Cokro tidak berdaya, tersenyum dan berkata: “Oke, mari pergi untuk merubah profesi mereka!”
Kamp tentara bukan area yang luas, pintu masuk utama adalah sebuah pintu gerbang kayu dan tidak ada menara panah. Dua panah ditempatkan di sisi barat untuk berlatih tehnik memanah. Sebelah utara, terdapat 6 boneka untuk melatih keterampilan mereka.
Aula pengawas batalyon militer terdapat tiga kamar yang merupakan ruang rahasia untuk perubahan profesi, aula diskusi, dan ruang tunggu. Sedangkan kamar tidur para tentara adalah asrama prajurit dengan hanya satu kamar besar dan toko standar. Asrama terdapat dua kamar yakni, ruang makan dan ruang penyimpanan.
Datang ke pintu ruang rahasia, terdengar suara pemberitahuan sistem.
“Pemberitahuan sistem: Selamat kepada Jendra telah membuka ruang rahasia kamp tentara perubahan profesi. Kamp tentara dasar dapat merubah profesi warga sebagai pangkat pertama, tingkatan yang dihasilkan berbeda tergantung potensi orangnya dan biaya merubah profesi adalah 10 koin perak. Silakan pilih jumlah profesi yang dirubah!”
“Sepuluh orang!”
“Pemberitahuan sistem: Konfirmasi jumlah profesi yang dirubah, 1 koin emas pemain Jendra telah dikurangi.”
Saya melihat bahwa sebuah pintu perlahan dibuka, ruangan itu hitam mengkilap. Heru Cokro memerintahkan 10 pekerja berbaris, satu persatu masuk ke ruang rahasia.
Setelah tentara pertama keluar, terjadi banyak perubahan. Kain asli menghilang, diganti dengan baju linen baru dengan zirah kulit sederhana yang melindungi dada. Memegang tombak sederhana di tangannya, sikap seluruh orang juga lebih gagah dan menakutkan.
Heru Cokro mengambil kesempatan untuk memeriksa atribut tentara.
[Nama]: Andika
[Status]: Prajurit
[Profesi]: Tentara
[Level]: 1
[Perjuangan]: 2 poin (indeks komprehensif pertahanan, nilai daya tempur standar adalah 1
poin)
[Konsumsi]: 2 butir makanan / hari
[Peralatan]: Baju linen, zirah kulit sederhana dan tombak sederhana
[Evaluasi]: Seorang pekerja yang baru saja memasuki tentara perlu dilatih secara ketat
untuk menjadi seorang prajurit yang berkualitas.
Setiap kenaikan 1 level tentara dapat meningkatkan nilai 1 poin. Setelah naik ke level 10, barulah dapat dianggap sebagai tentara resmi. Kenaikan level 41 membutuhkan kamp tentara tingkat menengah dan level 71 membutuhkan kamp tentara tingkat lanjutan.
Dalam waktu kurang dari setengah jam, 10 pekerja telah menjadi prajurit. Kemudian Heru Cokro menyusunnya menjadi tentara militer yang dipimpin oleh Jendral Giri.
Setelah menyelesaikan perubahan profesi tentara, Heru Cokro siap untuk mengkultivasikan mereka pertama kalinya di alam liar. Terlihat sekelompok orang berjalan keluar dari kamp tentara. Dia mengendarai kuda perang yang lebih rendah dan berjalan di depan tim. Giri mengendarai kuda putih dan mengikuti. Lalu ada sepuluh tentara yang memakai zirah kulit dengan menggenggam pedang.
Di sepanjang jalan, penduduk pemukiman menghentikan pekerjaan mereka, menunjuk kearah tentara. “Waaahhhh, ayo masuk ketentaraan. Semoga penguasa segera melakukan perekrutan lagi!” Kata mereka dengan iri.
“Hei! Pasukan yang aku temui sebelumnya terlihat gagah dengan zirah yang berkilau. Sepertinya hanya dengan tatapan mata dapat membunuh musuh.” Berkata dengan canggung.
“Uwow, kita sekarang memiliki pasukan di pemukiman. Lain kali kita tidak perlu lagi khawatir tentang binatang liar di dekat wilayah” Berkata dengan senang.
“Wow, jendral terlihat sangat tampan!” Bibi, tolong jangan ikutan, ingat paman.
“Tidak, saya pikir penguasa yang lebih tampan”. Sahut, sang bibi.
Tentara muncul satu persatu, tegap, gagah dan bergerak dengan berani. Diam-diam mengingat pujian semua orang di hati. Heru Cokro pun berhenti dan berkata “Wahai tentaraku. Ingat apa yang telah kalian dengar dan lihat. Keamanan wilayah berada pada pundak kalian. Terima dengan gigih dan jangan pernah lalai”.
Semua tentara kompak berkata: “Sendiko ndawuh, gusti”.
Heru Cokro memimpin semua orang, ke arah hutan dekat lokasi penebangan kayu untuk berlatih dan menghilangkan bahaya tersembunyi bagi penebang kayu. Berkendara dipunggung kudanya, ia pertama kali memeriksa panel atributnya.
[Nama]: Jendra
[Gelar]: Nihil
[Wilayah]: Jawa Dwipa
[Merit]: 500 / 800 [Kebangsawanan]: Kepala RT
[Profesi]: Jendral militer (alternatif)
[Level]: 6 (10000 / 15900) [prestise]: 700 / 1000
[Tulang asal]: 18 [komprehensi]: 20
[Nasib]: 5 [pesona]: 8
[Komandan]: 12 [Kekuatan militer]: 6
[Intelegensi]: 6 [Politik]: 12
[Bakat]: Nihil
[Meritokrasi]: Nihil
[Keahlian]: Tehnik pengumpulan dasar, tehnik pembuatan kapal dasar, tehnik diplomasi dasar, tehnik observasi dasar, kemahiran senjata dasar, fondasi tehnik berkendara, fondasi jalan pedang, fondasi tehnik memanah.
[Tunggangan]: kuda perang inferior (pangkat besi)
[Peralatan]: pedang besi inferior (pangkat besi)
Sibuk dengan pengaturan konstruksi, Heru Cokro tidak pernah keluar dari pemukiman, level masih sama di tahap awal, yaitu level 6. Sekarang para pemain yang memilih profesi petualang, lebih tinggi daripada level saya, bahkan sudah ada yang berada pada level 15.
Namun, dia tidak terburu-buru. karena efisiensi dan efektivitas peningkatan pemain maharaja tidaklah membunuh binatang liar, penjarah, dsb. Melainkan adalah dengan memimpin militer, bisa mendapatkan 5% dari pengalaman pembunuhan yang dilakukan tentara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 559 Episodes
Comments