Ardiaz mengantar Aruna menjelang malam. Hampir di jam 7. Saat itu Arsenio dan Davina tengah menyantap makan malam mereka.
"Kamu sudah pulang?" tanya Davina yang langsung menyambut kedatangan Aruna. Dia bahkan bangun dari duduknya dan menuntun Aruna untuk duduk bersama di ruang makan.
"Dimana temanmu?" tanya Davina pula.
"Dia harus segera kembali ke Laiz, jadi tidak sempat mampir" jawab Aruna yang sudah duduk ditempatnya.
Arsenio tatap mata Aruna dengan tatapan membunuh seperti biasa. Nyali Aruna langsung menciut dibuatnya.
"Kenapa?" tanyanya pada Arsenio.
"Baron mengabariku, katanya ada yang melihatmu pergi bersama Ardiaz dan hampir melaporkannya pada Andrea. Untung saja orang itu juga suruhan Baron jadi dia bisa menghalanginya untuk memberitau Andrea. Tolong hati-hati. Kamu harus tau harus berhadapan dengan siapa" ucap Arsenio ketus.
"Maaf" cicit Aruna sambil menunduk.
"Sudah sudah... Yang penting sudah clear semuanya. Ayo makan" kata Davina menengahi.
Aruna sama sekali tidak berselera makan. Begitu juga Arsenio. Keduanya dipenuhi pikiran masing-masing.
...
Esoknya mereka kembali ke Ducan. Padahal harusnya mereka menghabiskan liburan di Jad lebih lama. Tapi Arsenio menolak untuk tetap tinggal dan itu membuat Aruna dan Davina bingung. Dia bahkan tidak bergandengan tangan seperti biasa dengan Davina. Davina pun nampak berbeda dari biasanya. Dia juga tidak berusaha bergelayut manja di lengan Arsenio.
"Kalian bertengkar?" tanya Aruna takut-takut.
"Tidak" jawab mereka kompak.
"Lalu kenapa kalian tidak seperti biasanya?" tanya Aruna.
"Memang harus ya?" tanya Davina pula.
Aruna pun bingung harus menjawab apa.
Dia memilih diam dan duduk menghadap jendela. Perjalanan yang biasanya dilengkapi dengan gelak tawa dan saling goda antara Arsenio dan Davina sekarang hanya ada kecanggungan.
"Mereka kenapa?" batin Aruna bingung.
"Arsenio yang biasanya ramah dan penuh senyum pada Davina kenapa sekarang berubah?" Aruna bertanya pada dirinya sendiri dalam hati.
Aruna jadi menyalahkan dirinya sendiri. Dia berasumsi kalau Arsenio pasti marah-marah karena ada yang melihat Aruna bersama Ardiaz dan Davina membelanya.
"Pasti gara-gara aku mereka bertengkar".
Aruna terus saja menyalahkan dirinya sendiri.
Di jam 12 siang mereka bertiga sudah sampai di rumah Davina. Arsenio langsung masuk ke kamar tamu tanpa berucap apapun.
"Arsenio marah padaku ya?" tanya Aruna pada Davina dan Davina pun menggeleng.
"Ini bukan salah mu kok. Dia memang begitu. Selalu aneh" Davina menjawab dengan sedikit menjelekkan Arsenio, semata untuk membuat Aruna tidak merasa bersalah.
"Kalau gitu aku pulang dulu ya" kata Aruna.
"Jangan, kan jauh. Tunggu sampai Arsenio bangun. Sepertinya dia mengantuk. Kamu tidur di kamarku saja" tanpa menunggu jawaban Aruna , Davina langsung menarik tangan Aruna menuju kamarnya.
Aruna pasrah dan ikut berbaring di ranjang milik Davina. Davina langsung bisa tertidur pulas ketika menyentuh bantal. Berbeda dengan Aruna yang bila ada beban di hati akan sulit tertidur.
Aruna memilih bangun dari tidurnya dan menuju balkon. Dia dudukkan tubuhnya di Balkon dan memandang pemandangan yang dipenuhi taman bunga. Rumah Davina memang berbeda dari rumah-rumah lain di desa ini. Rumah Davina sangat besar dan mewah. Dilengkapi taman dan juga kolam renang. Rumah yang biasanya ada diperkotaan.
Aruna berdiri dari duduknya dan mendekati tepian balkom. Dia rentangkan tangannya dan menghirup udara banyak-banyak. Dia torehkan kepala ke kanan bertepan dengan Arsenio yang menatapnya dari kamar sebelah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments