Sebuah Kehidupan

...Cerita bersifat fiksi atau karangan saja, jika terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan semata....

...Jangan lupa klik like, vote, dan comments diakhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya penulis....

...Terima kasih,...

...selamat membaca....

...__________________________...

...S e b u a h - K e h i d u p a n...

...___________________________...

...___________...

...____...

..._...

"Aku meminta mu untuk tidak berulah selama 3 bulan, tapi lihat 'lah sekarang? Dengan siapa kau berbuat mesum?! Dokter atau perawat laki-laki, oh aku tahu pasti sesama pasien rumah sakit jiwa disana—ya 'kan!" teriak sang ayah memekakkan gendang telinga. Maki menjauhkan sejenak telepon genggam dari telinga sambil mendesis, pasti salah satu anak buah ayahnya yang bertugas mengawasi Maki memberitahukan kabar tersebut.

Benar-benar tidak bisa menjaga rahasia.

Dokter wanita yang melakukan pemeriksaan kandungan atau apalah itu hanya bisa memperhatikan dari kejauhan setelah dia memeriksa tubuh Maki. Dia tidak ingin terlibat lebih dalam dengan putri tertua dari keluarga tersohor itu yang digadang-gadang memiliki gangguan jiwa, meski sekilas terlihat seperti orang normal biasanya. Cukup aneh. |

Masih dengan segudang kata-kata sarkas yang dimiliki lelaki bau tanah tersebut, Maki berusaha menulikan pendengarannya sampai dia mendengar salah satu kata yang membuat wanita itu tersentak; tak habis pikir.

Apa yang baru saja dia ucap?

"Gugurkan."

Apa lelaki tua ini bukan manusia? Dimana letak hati nuraninya?

Maki menggeleng, dia menyahuti cepat sosok diseberang sana seraya memutuskan panggilan sepihak.

"Kau gila!"

Bip!

Brak!

Maki melempar asal telepon yang berada dalam genggaman kearah tembok. Persetan kalau benda itu hancur ketika menyentuh lantai, dia mendengus. Duduk ditepian ranjang lalu memilih bersandar dengan mata terpejam pada sandaran ranjang. Terlihat gurat kesal, ucapan sepele yang ayahnya katakan berhasil membuat Maki jengkel.

Bisa-bisanya dia dengan gamblang menyuruh Maki menggugurkan sesuatu didalam rahim seperti meminta Maki untuk membuang sebungkus permen kedalam tong sampah. Sial.

Mari lupakan saja soal itu!

Maki kembali membuka kedua kelopak matanya, dia memberikan tatapan intimidasi ketika tanpa sengaja menangkap sosok dokter wanita yang masih berdiri ditempat. Apa yang ia lalukan disana? Dia shock melihat mu Maki! Bisa-bisanya kau membanting telepon genggam ke-dinding, tapi persetanlah suasana hati Maki tidak dalam keadaan baik. Toh dengan melakukan hal tersebut dia tidak perlu berakting gila, rumor akan berjalan dengan sendirinya. Sekali dayung dua-tiga pulau terlewati, haha |

Oh ya, omong-omong dokter wanita itu tadi bilang kalau usia kandungan Maki sudah memasuki kurang dari 3 bulan. Itu artinya Maki selama ini menjalani keseharian tanpa menyadari kalau dirinya hamil, luar biasa. Siapa ayah dari makhluk yang menempel dirahim Maki?

Pasti sudah jelas jawabannya adalah William.

Maki ingat sekali malam panas yang mereka lalui bersama, walau sangat singkat—andai saja Maki tidak menemukan pintu aneh didalam apartement tersebut apakah semua ini akan berakhir berbeda? Entah, percuma menyesali hal yang sudah berlalu; dari pada itu apa dia tidak ingin keluar dari sini?

Maksudnya—

Dokter itu?

Sebelah alis Maki terangkat, dia membuka celah bibir miliknya sambil berkata—

"Anda boleh pergi?"

Dan tanpa aba-aba dokter wanita tersebut berbalik pergi. Apa dia ketakutan? Mungkin saja. Maki mengangkat bahunya acuh; terserah ia tak peduli. Lebih baik kembali melanjutkan tidur, Maki merasa lelah tanpa sebab.

Sambil memejamkan mata pikiran dari wanita bermanik kecoklatan ini melayang, tangannya tanpa sadar bergerak menuju parut—mengelus pelan benda tersebut.

"Apa yang harus ku lakukan pada mu?" gumam wanita itu sendiri. Isi dalam kepala Maki dipenuhi olen kenangan tidak mengenakan antara dirinya dengan William. Maki terkekeh.

"Ayah mu penjahat." ucapnya remeh, sedikit terdengar nada geram disana. Ingat bagaimana Maki berusaha mati-matian untuk kabur dari atas telapak tangan William, hah~ Itu benar-benar melelahkan. Maki tidak ingin terlibat lagi dengan sosok bermanik indah serupa jamrud tersebut tapi apa makhluk didalam kandungan Maki ini ikut bersalah atas kemalangan yang menimpa wanita itu?

Jawabannya tidak.

Maki pikir tak akan jadi masalah kalau dia memilih untuk membiarkan makhluk ini tumbuh. Setelah semua hal konyol yang harus ia lakukan berakhir Maki bersama dia bisa pergi jauh dari sini untuk memulai kehidupan baru. Layak untuk dicoba. Tidak buruk juga kalau dia memiliki seorang anak.

Tanpa sadar sudut bibir Maki terangkat. Dia merasa senang.

Baiklah, wanita itu sudah memutuskan—dia akan merawat anak yang lahir dari rahimnya sendiri.

"Akan ku beri nama Langa jika kau laki-laki, lalu Hanna jika kau perempuan."

...***...

Bugh!

"Argh! Ohok! Uhuk!" Maki terbatuk. Air liur menitik dari arah mulut menuju lantai, matanya melotot. Perasaan sakit dan keram diarea perut membuat Maki meringkuk seperti janin diatas lantai dingin tersebut.

Beberapa orang hanya lalu-lalang mendengarkan dari kejauhan, tidak ada yang berani menilik kedalam jendela ruangan untuk sekadar mengetahui apa yang terjadi. Termasuk para dokter serta perawat rumah sakit jiwa tersebut.

Baru 3 jam yang lalu Maki mengkhayal kehidupan barunya dengan sang anak, siapa kira wanita itu malah didatangi sang ayah bersama lelaki besar dengan pakaian formal seperti bodyguard. Terjadi perang mulut antara Maki dan lelaki bau tanah itu yang masih saja meminta Maki untuk menggugurkan kandungannya. Maki dengan tekat yang sudah dia putuskan menolak canangan dari sang ayah. Hal itu membuat lelaki ringan tangan tersebut geram, dia meminta bodyguard miliknya untuk menyumpal mulut Maki dengan obat yang bisa menggugurkan kandungan.

Tidak terima diperlakukan seperti binatang Maki memberontak sampai pada satu titik sang ayah yang sudah benar-benar tersulut api amarah meminta lelaki itu untuk menendang langsung perut Maki.

Siapa tahu bisa langsung keguguran.

Sial. Sial. Maki tidak mengira kalau ayahnya akan setega itu.

Manik mata Maki berkaca-kaca, dia tidak bisa bangun dan nyaris menitikan air mata. Perasaan sakit merajam perut wanita itu dengan sadis.

"Ken... pa kau lakukan ini?" gumamnya.

Sang ayah hanya memberikan tatapan datar sebelum menyahuti gumam-an sang anak. Dia menyuruh bodyguard-nya untuk menjauh, lalu berjongkok tepat didekat sosok tak berdaya Maki.

"Akan jadi masalah kalau fisik mu berubah," sahut pria tua bangka menjijikan tersebut.

Maki mendengus, dia menatap nyalang sosok sang ayah sambil berkata.

"Biarkan aku memiliki-nya."

"Tidak." Disanggah cepat oleh sang ayah. Maki berusaha untuk mengubah posisi menjadi duduk sambil memeluk erat perutnya, setengah menggeram Maki mencoba tenang.

"Jika fisik saya berubah, cukup jalankan rencana konyol anda lebih cepat. Agar saya bisa pergi jauh-jauh dari ini! Tolong, jangan membuat saya harus menyakiti makhluk tidak berdosa dalam perut saya. Saya mohon." ucap Maki lagi. Sang ayah yang berada tepat didepan Maki terbahak—dia membalas tatapan tidak mengenakan yang Maki layangkan untuknya.

"Kau terlalu banyak meminta jala*ng."

Deg.

...***...

...T b c...

...Jangan lupa like, vote, dan comments...

...Terima kasih...

...Ketemu lagi nanti...

...Bye...

...:3...

Terpopuler

Comments

usi susi

usi susi

😍

2022-11-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!