...Cerita bersifat fiksi atau karangan saja, jika terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan semata....
...Jangan lupa klik like, vote, dan comments diakhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya penulis....
...Terima kasih,...
...selamat membaca....
...__________________...
...M e n y e d i h k a n...
...__________________...
...____________...
...____...
..._...
"Hosh~"
Aku lelah, kenapa semua itu terjadi?
Menimpa diri ku, apa karena ini karma? Ah~ Benar-benar menyedihkan. Aku ingin menangis, ini melelahkan. Sungguh—kemana lagi aku harus pergi?
Demi mencari sebuah kebebasan.
Bugh—!
...***...
Lebih dari satu bulan telah berlalu setelah kejadian longsor tersabut, William sama sekali tidak mendapatkan kabar perihal Maki. Terasa sangat mustahil, bahkan jika dia tertimbun tanah—tim penyelamat dari pemerintah pasti sudah bisa menemukan jasadnya. Tapi ini nihil, Maki tidak berada dimanapun seolah dia menghilang dari peradaban begitu saja. Tidak ada tanda-tanda barang secuilpun—seakan-akan ada seseorang yang sengaja menyembunyikan sosok Maki dari khalayak ramai.
Ini membuat William frustrasi. Dia selalu mendesis tiap kali anak buahnya melaporkan berita kosong padanya, yang ingin William dengar cuma satu 'saya berhasil menemukan istri anda' hanya itu tapi semua terasa sia-sia. Menyebalkan!
Sikap William juga berubah seiring waktu, dia gampang marah dan tersinggung saat saudara-saudara tirinya bertanya; dalam tanda kutip penasaran tentang sosok yang berhasil membuat William kesetanan. Bahkan big brother ke-3 sampai mengucapinya begini; kau yang mengurus suplai wanita ke rumah penjualan agar bisa menghasilkan lebih banyak uang tapi bagaimana bisa kau malah terjebak dalam pesona salah satu mangsa mu? Bukannya itu sedikit menyedihkan.
Kalau mama mengetahui kau dibuat gila, aku tidak dapat menjamin keselamatan mu William.
Mama pasti akan marah besar, William tahu itu. Mama selalu bilang tidak ada wanita yang pantas dipuja selain dirinya; jika kau masih bersikap serakah dan ingin mendapatkan segalanya—paling tidak jangan sampai hal bodoh tersebut mengontrol pikiran mu.
"Hah~"
Haruskah William berhenti?
Lagi pula ini sudah lewat 30 hari, jika memang dia tidak dapat menemukan Maki—itu artinya Tuhan memang merenggut sosok tersebut dari tangan William.
Kau tidak pantas mendapatkan apapun disisi mu.
Apa Tuhan sedang menertawakan hidupnya? Ah~ William tahu, ini semua menyedihkan.
Mari kembali ketitik awal, kubur lagi impian semu tentang memiliki seseorang disamping mu. Keluarga? Bullshit, William tidak akan pernah memilikinya.
Meski dia menangis darah sekalipun.
.
.
.
.
.
Bugh—!
Maki terjatuh, dia mengalami kelelahan ekstrim ditambah dehidrasi. Tapi wanita itu cukup bersyukur, setelah berkilo-kilo meter melangkah dia akhirnya sampai tepat didepan gerbang utama sebuah rumah mewah. Entah bagaimana bisa dirinya selamat dari longsor, setelah tertimbun Maki pikir dia akan mati tapi keajaiban mengiringi langkah wanita tersebut.
"Kau sungguh kasihan," ucap salah satu antek William saat itu. Yang membantu dirinya lepas dari timbunan tanah, terlihat sekilas usianya lebih muda dari si bongsor sebelumnya. Menggunakan jas layaknya bodyguard. Saat itu Maki berpikir, dia sama saja seperti yang lainnya—akan menyeret Maki kembali kehadapan William.
"Pergi..." sampai lelaki muda itu mengucapkan kata tersebut. Tidak berpikir dua kali, dengan langkah tertatih—Maki berlari; meninggalkan dia yang hanya bisa melihat punggung menjauh dari sosok tersebut.
Maki tidak tahu harus kemana, dia melangkah dengan pikiran linglung. Sumpah demi Tuhan Maki tidak ingin lagi terlibat dengan William, persetan soal percakapan mereka sebelumnya. Kesempatan yang diberikan tak akan Maki sia-sia 'kan; hanya saja? Harus kemana aku?
Pikiran Maki bertanya-tanya, dia merasa tidak ada satu orangpun didunia ini yang akan sudi menolong dirinya. Saat itulah Maki menghentikan derap langkah kakinya.
Dia mendongak, berapa lama hujan ini akan menetes?
Kemana dia harus pergi?
Dalam keputusasaan, Maki melangkah pelan; mengabaikan pandangan orang-orang yang melihatnya janggal. Soal menantap orang gila saking berantakannya, Maki hanya ingin hidup. Tapi tak pernah terpikirkan sedikitpun dia akan melangkah kembali kesini.
Maki mendongak, dari posisi jatuhnya dia dapat dengan jelas melihat pagar besi mewah didepan sana. Beberapa orang mulai ribut, menganggap Maki sebagai tunawisma—sosok itu terkekeh.
Sama sekali tidak berubah.
Ketika salah satu diantara orang-orang tersebut memberanikan diri untuk mendekati sosok Maki dari sisi lain gerbang. Celah bibir Maki terbuka, dia berucap—
"Lama tidak melihat mu Charen," sebelum Maki jatuh pingsan.
"Nona!"
...***...
Tap!
Tap!
Tap!
Brak!
Maki setengah mendesis, langkah kakinya saja sudah terdengar dari kejauhan lalu untuk apa pria tua bangka itu membanting pintu. Maki melirik acuh, sosok yang sudah lama sekali tidak wanita itu temui; sebenarnya kalau bisa Maki tidak ingin bertemu lagi. Apa yah sebutannya?
Haruskah Maki memanggilnya—
"Ayah?"
"Jaga mulut mu jala*ng!"
See—padahal Maki hanya bergumam. Dia sudah menebarkan benih kebencian, lelaki itu melangkah lalu duduk disalah satu sofa dalam ruangan tidak jauh dari posisi tempat tidur Maki. Wanita itu sedari tadi menyuap rakus makanan kedalam mulutnya setelah sekian lama.
"Sudah lebih dari 6 atau 7 tahun kau menghilang, dan lihat sekarang? Dimana wajah congkak mu dulu!" desis lelaki tua itu. Maki menghentikan gerakan tangannya, membuat wanita itu tidak berselera makan saja. Ayahnya pasti sedang membahas hari pertengkaran hebat mereka sebelum Maki kabur dari rumah. Momen-momen ketika dia dipukuli dulu juga masih segar dalam ingatan, tapi untuk sekarang Maki tidak punya banyak pilihan.
Dasar lelaki tua bau tanah.
"Ku dengar kau memiliki keluarga baru?" ucap Maki, belum apa-apa lelaki tua itu malah berdiri menghampiri Maki lalu menyambar kerah bajunya dengan raut kesal.
Dia mendesis—
"JANGAN COBA-COBA KAU MENYENTUH KELUARGA KU!"
Heh! Maki mendengus, matanya nyalang, membalas sosok tua didepan mata sambil mengempaskan tangan dari orang yang menggenggam kerah bajunya tanpa izin.
"Siapa peduli!" sahut Maki sedikit meninggikan nada suara. Persetan keluarga baru atau apalah itu.
Melihat respon putri pertamanya yang melawan membuat sosok tua itu ingin melayangkan pukulan tapi lebih dulu ditahan oleh Maki dengan nampan.
Piring berisi makanan berhamburan diatas selimut, setidaknya Maki berhasil menghindari satu bogeman mentah dipipinya.
"Untuk apa kau kembali? Seharusnya kau pergi saja sama seperti wanita jala*ng itu!"
Yang dimaksud ayahnya adalah sosok sang ibu yang lebih dulu pergi meninggalkan lelaki ringan tangan ini dengan cara menggoda pria lain.
Hah~
Maki menghela napas lelah. Dia perlu menyiapkan mental itu menjawab pria tua bau tanah disampingnya, dengan ekspresi tenang Maki membuka celah bibirnya lalu berkata; maksud dan tujuan dia kemari.
"Ayah, aku ingin kau menolong ku."
PLAK!
"Ish?!" Wajah Maki dipaksa menoleh berkat sebuah tamparan keras dipipinya.
"Siapa yang kau sebut Ayah?" ucapnya datar. Maki tahu lelaki ini membencinya tapi Maki tidak memiliki banyak pilihan.
"Saya mohon, tolong bantu saya..." tutur Maki sekali lagi dengan nada sopan.
Masih dengan tatapan meradang, sang ayah menilai—
"Untuk apa aku membantu mu? Memangnya siapa kamu?"
Sampah. |
Maki menggigit pipi bagian dalamnya, setengah mendesis wanita itu menyahut.
"Aku masih putri mu sialan."
...***...
...T b c...
...Jangan lupa like, vote, dan comments...
...Terima kasih,...
...ketemu lagi nanti...
...Bye...
...:3...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
usi susi
😍
2022-11-16
1