...Cerita bersifat fiksi atau karangan saja, jika terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan semata....
...Jangan lupa klik like, vote, dan comments diakhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya penulis....
...Terima kasih,...
...selamat membaca....
...__________________...
...R u m a h - S a k i t...
...__________________...
..._________...
...____...
..._...
KRAKKKK!
Terdengar seperti patahan tulang.
DEGH!
"HOSH!"
Kelopak mata milik Maki terbelalak lebar, napasnya menderu keras dengan keringat dingin yang membanjiri. Langit-langit asing tampak menyambut penglihatan untuk pertama kali.
Dimana ini?
DIMANA INI?!
Jeritnya panik dalam batin seraya merubah posisi, wanita itu menyibak kasar selimut yang menutupi setengah badannya. Ditatap liar oleh Maki keadaan sekitar, suasana yang familiar. Kenapa dia bisa berakhir disebuah rumah sakit?
Maki menurunkan cepat kakinya, rasa dingin dari keramik terasa menyengat permukaan telapak kaki. Maki mengalihkan pandangan, jujur saja wajahnya sedikit linglung. Ingatan dalam pikiran miliknya membuat wanita itu takut; sensasi 'harus kabur' masih tertanam baik diseluruh indra wanita itu.
Mata Maki lalu tertuju kearah pintu keluar dari sebuah ruangan yang ia tempati, tanpa pikir panjang Maki ingin bergerak kesana tapi langkahnya tertahan oleh sesuatu.
"Eh?"
Wanita itu terkejut, saat pandangan mata terhadap pintu tiba-tiba berubah menjadi lantai. Tubuh Maki oleng kedepan kakinya terlilit oleh selang infus, alhasil suara hantaman keras terdengar.
Bugh!
Memenuhi ruangan. Maki merasakan dagunya lebih dulu mendarat dilantai. Manik kecoklatan itu berkaca-kaca, sial! Sial! Dia terlalu panik hingga menimbulkan kegaduhan. Derap langkah dari arah luar terdengar, wajah Maki berubah pucat. Bayangan pengejaran William yang singkat namun mengerikan itu muncul.
Tanpa sadar Maki menelan saliva kasar. Dia menaikkan pandangan; masih pada posisi yang sama tersungkur diatas lantai—ketika pintu tersebut terbuka lebar dengan gerakan pelan.
Krett...
Kilasan ingatan muncul dari pantulan mata yang terlihat ketakutan.
Batinnya bertanya—
Siapa yang ada dibalik pintu tersebut?
...***...
"Bugh!" Maki jatuh kebawah tapi sensasi sakit yang tidak seberapa membuat wanita itu kaget. Cepat-cepat dia membuka kedua kelopak mata miliknya.
Tubuh itu baru saja menghantam ubin lantai sebuah balkon. Maki lantas mendongak. Dia melihat balkon Apartemen William dari bawah lalu balkon sebelah yang ingin Maki jadikan tempat pelariannya. Senyum tipis muncul.
Siapapun yang merancang bangunan Apartemen ini, Maki akan mengucapkan rasa terima kasih luar biasa padanya. Karena panik Maki tidak bisa memperhatikan dengan baik kalau balkon bawah letaknya zig-zag. Dari pada melompat kesamping lebih baik turun kebawah dengan pelan.
Tanpa membuang waktu Maki langsung berdiri, momen itu bertepatan dengan William yang menilik dari atas balkon. Hanya perlu 5 detik manik mereka bersinggungan, lalu Maki lebih memilih untuk membuang muka.
PERSETAN.
Saat ini dia belum dalam keadaan aman.
Benar!
"Kabur dari sini!" gumamnya. Mencoba membuka paksa pintu balkon dari Apartemen seseorang; tempat dia jatuh, dari arah berlawanan terdengar langkah cepat.
Tap! Tap! Tap!
"HEI APA YANG KAU LAKUKAN NONA!" ucap seseorang yang kemungkinan merupakan pemilik Apartemen, ketika dia membuka pintu balkon—tanpa menoleh sedikitpun Maki langsung menyelinap masuk.
"HEI!"
"Maafkan aku tuan!" jerit Maki menyesal, lebih memilih berlari keluar meninggalkan lelaki pemilik Apartemen. Saat sebuah pintu terlihat memenuhi pandangan, manik Maki berkilat senang. Tanpa alas kaki dia berjalan keluar.
Lorong panjang dengan jejeran pintu terlihat. Lantai 14 sebuah Apartemen, dada Maki sedikit rileks menyadari setidaknya sosok dirinya jauh dari jangkauan William.
Tapi—?
"Mau kemana kamu? Hm?"
DEGH!
Dengan wajah horor, Maki melirik kesamping. Bibirnya terasa kelu, kapan lelaki itu sampai? Ucapnya dalam hati.
Dari pada menunggu, bukannya lebih baik kalau kau lari Maki?
Maki berbalik cepat, mengindahkan. Dia berlari kencang menuju area tangga darurat. Bermodal keyakinan kalau langkah kaki tepat dibelakang sana adalah milik William yang tengah mengejarnya.
Tangga-tangga curam, Maki menuruni setiap anak tangga itu dengan napas terengah. Ayohlah! Ayohlah! Cepat-cepat! Berharap sudah berada dilantai dasar. Agar setelah itu dia bisa berlari menuju kantor polisi lalu mengungkapkan soal William yang mengejarnya ditambah soal penganiayaan yang lelaki itu lakukan pada seorang wanita.
Semoga saja dia tidak mati.
Karena pikiran terlalu kalut, langkah kaki terlilit. Dia tiba-tiba terjungkal kedepan. Kejadian berlangsung begitu cepat, saat tubuh Maki sudah berada diturunan tangga paling dasar dengan keadaan tak sadarkan diri.
BUGH!
Hah~
Senyap-senyap sebelum kegelapan merangkul Maki, dia mendengar—lelaki itu berkata.
"Kenapa kau begitu panik? Padahal aku tidak bilang ingin melukai mu."
Setidaknya untuk sekarang. |
Bukan begitu?
William.
...***...
"YA AMPUN!" lengkingan nyaring memenuhi gendang telinga Maki, seorang perawat wanita yang baru saja masuk melangkah panik menuju tubuh wanita tersebut lalu membantunya berdiri.
Maki diarahkan kembali keatas ranjang rumah sakit. Infus yang terlepas dipasang lagi oleh perawat itu.
"Apa terjadi sesuatu nona?" tanya dia kemudian, setelah segala macam urusan selesai. Maki menghela napas lega, rupanya dugaan wanita itu salah—ini membuat sedikit rasa paniknya lenyap seketika.
Maki menggeleng, meski suaranya lemah—tapi wanita itu menyebutkan kalau dirinya baik-baik saja. Selain rasa sakit dibagian dagu.
Berapa hari aku terbaring disini? Pikiran itu terlintas dalam benak Maki. Tidak mungkin bukan kalau dia berjalan dalam keadaan tidak sadar kerumah sakit.
Pasti ada yang membantu sosok itu, tapi siapa?
"Baiklah jika memang begitu nona, saya ingin menginformasikan pada dokter untuk pemeriksaan lanjutan dulu." ucap perawat tersebut. Maki mengangguk tapi beberapa detik kemudian dia malah menahan langkah perawat tersebut.
Sang perawat menoleh, seolah bertanya ada apa? lagi kepada Maki.
"Boleh saya meminjam telepon? Untuk menghubungi seseorang?"
Perawat itu tidak langsung menjawab, ada jeda didalam percakapan mereka. Tiba-tiba Maki merasa gugup, mungkin saja sang perawat tidak ingin meminjamkanny. Jika memang begitu Maki perlu berlari keluar nanti dan mencari kantor polisi terdekat.
Dia teringat dengan wanita asing didalam Apartemen William.
Andai saja Maki tidak egois, mereka mungkin bisa kabur dengan selamat dan setidaknya Maki bisa mengetahui kalau dia sedang berurusan dengan siapa.
Sial.
Sebuah kecerobohan yang fatal.
"Baiklah nona, tapi setelah pemeriksaan nanti?"
Maki bernapas lega, dia mengangguk patuh. Membiarkan sang perawat melanjutkan langkah, meninggalkan ruangan ini.
Tersisalah Maki seorang diri dalam ruangan senyap tersebut.
Dia menunduk, termenung menatap tangan kurus miliknya. Ada selang infus disana. Sudah lama rasanya wanita itu tidak mengenakan pakaian khas orang sakit, hal ini mengingatkan dirinya tentang masa lalu.
Kenangan lama yang menyedihkan.
Maki tertawa hambar, dia menggeleng. Sempat-sempatnya melamunkan sesuatu yang bodoh, fokus! Fokus Maki?!
Setelah perawat itu memberikan telepon pada Maki nanti—wanita itu perlu menghubungi pihak kepolisian. Dia harus memberitahukan perihal psychopath bernama William tersebut.
Ya, setidaknya akan diadakan penyelidikan.
Meski Maki tidak bisa menyelamatkan wanita yang terkurung mengenaskan disana, Maki masih bisa menjebloskan orang keji itu kedalam jeruji besi.
Dari pada tidak sama sekali.
Ya 'kan?
Sejauh ini, itu adalah upaya terbaik yang bisa Maki lakukan.
Maafkan aku nona, tidak bisa menyelamatkan mu dengan cepat.
Sesalnya dalam hati.
...***...
...T b c...
...Jangan lupa like, vote, dan comments jika kalian suka...
...Terima kasih...
...Ketemu lagi nanti...
...Bye...
...:3...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
usi susi
😍
2022-11-06
1