Selimut

...Cerita bersifat fiksi atau karangan saja, jika terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan semata....

...Jangan lupa klik like, vote, dan comments diakhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya penulis....

...Terima kasih,...

...selamat membaca....

...__________________...

...S e l i m u t...

...__________________...

...__________...

..._____...

..._...

Tap!

Tap!

Tap!

Maki menatap dalam langkah kaki seseorang, dia sedari tadi berjalan mengitari sosok Maki. Mulai dari mengecek infus yang Maki tak tahu fungsinya apa lalu keadaan sekitar wanita itu, seolah mencari suatu hal yang salah yang mungkin saja ada didalam ruangan tersebut. Di jam yang sama lalu dengan rutinitas yang sama pula, setiap 3 jam sekali. Bukannya ini terlalu aneh? Bahkan jika memang Maki adalah pasien dengan kondisi kritis sekalipun, ini sedikit berlebihan.

Sungguh.

Sampai-sampai Maki curiga. Tiap kali sang perawat memberi dia semacam obat Maki pasti akan selalu tertidur setelahnya, sangat-sangat lelap sampai Maki lupa akan waktu. Aneh bukan?

"Nona ini obatnya..." ucap perawat itu, setelah selesai melakukan aktivitas pemeriksaan ruangan. Maki menyambut sekitar 4 butir obat yang harus ditenggak habis dengan telapak tangan; memaksa kumpulan benda pahit itu agar bisa masuk kedalam kerongkongan.

Hah~

Sebenarnya, hal sia-sia apa yang dia lakukan ini? William yang memilih tidak memunculkan batang hidungnya saja berhasil membuat Maki selalu merasa paranoid, apa lagi kalau-kalau dia kembali kepermukaan.

Bisa habis aku. |

Tidak lucu, jika lelaki itu merasa tersinggung dengan pertemuan terakhir mereka.

Maki tak bisa mengkhayalkan saat dirinya hanya berduaan dengan lelaki bermanik emerald itu, bisa-bisa leher Maki sudah tergantung diudara. Ungkapan untuk William yang ringan tangan yang mungkin saja mencekik sosok Maki karena dia kesal serta tidak terima dengan pertemuan terakhir mereka.

Membayangkannya saja sudah membuat merinding.

Apa lagi melihat kekejaman lelaki itu yang tak segan menindas wanita secara langsung, Maki yakin William tidak akan ragu mengangkat tangannya untuk sebuah tamparan. Meski Maki saat ini tidak tahu pasti motif apa yang lelaki itu rencanakan. Ini soal panggung sandiwara bertajuk rumah-rumahan.

Membingungkan. |

"Anda harus meminumnya..." tegur sang perawat berhasil menarik kembali kesadaran milik Maki. Manik kecoklatan itu melirik; antara obat dan sosok perawat yang terlihat gelisah karena Maki begitu banyak bertingkah.

Haruskah?

"Haruskah saya meminumnya?" Gumam Maki penasaran. Dia benar-benar yakin tidak ada masalah dengan tubuhnya, mungkin yang perawat itu gelisahkan adalah soal mental wanita itu.

Obat ini, jenis obat penenang yang diberikan pada penderita gangguan depresi berat. Seingat Maki mereka yang memiliki gangguan depresi berat di rumah sakit jiwa-pun tidak diberi obat secara berkala setiap jamnya. Maki bisa saja overdosis, kenapa mereka melakukan hal tersebut?

Untuk membunuh mu?

Degh!

Pemikiran yang konyol tapi—

Manik Maki terbelalak, otaknya baru saja memikirkan sesuatu kali ini berkaitan dengan sosok William yang tak kunjung menampilkan hadiran. Ragu-ragu, wanita itu mengangkat tangan berisi obat-obat-an langsung kemulutnya. Hap! Sang perawat yang menantap aktivitas tersebut dengan intens memberikan air minum, senyum kecil terbit diwajahnya.

Sial.

Maki menampilkan ekspresi datar, menyambut gelas berisi air putih lalu meminumnya pelan. Sisi tangan yang lain mencengkeram kuat selimut, sang perawat berbalik. Merasa tugas miliknya selesai.

Melihat raut kegirangan dari perawat tersebut membuat Maki kesal. Dia menjauhkan bibir gelas lalu menaruh benda tersebut diatas nakas.

Baru saja beberapa langkah; menuju daun pintu ruangan Maki sudah menghentikan derap kakinya.

"Permisi?" Maki memanggil.

Perawat itu menghentikan gerakan tangannya menuju kenop pintu, dia berbalik setengah badan sambil bertanya,

"Ada apa nona?"

Maki hanya menantap diam sang perawat, maniknya langsung menembus pandangan tajam. Alhasil menimbulkan suasana canggung, apa yang Maki inginkan?

Terjadi keheningan panjang sebelum Maki mengangkat tangannya; seperti melambai—meminta untuk kemari. Perawat wanita itu berbalik badan sepenuhnya, anggap saja dia terhipnotis dengan sosok Maki yang mencegat langkahnya pergi. Perawat itu mendekat, sesuai instruksi Maki; sedekat mungkin hingga wajahnya mampu terlihat jelas dimanik kecoklatan tersebut.

"Boleh saya bertanya?" Ucap Maki ramah. Wanita berstatus perawat itu mengangguk, tentu saja ucapnya tanpa suara.

Sudut bibir Maki terangkat.

"Sebenarnya jenis obat apa yang saya minum?"

Terjadi jeda diantara percakapan mereka. Maki benar-benar memperhatikan setiap perubahan kecil dalam ekspresi perawat itu.

"Hanya obat untuk mempercepat proses penyembuhan anda saja nona..." sahut si perawat beberapa detik setelah itu. Mendengar jawaban yang tidak sesuai dengan apa yang Maki pikirkan, membuat wanita ini tersenyum kecut.

Bohong.

Tangan kiri yang masih memegang selimut terlihat semakin kuat mencengkeramnya, permukaan halus dari kain tersebut menjadi kusut dalam waktu yang singkat.

"Oh... benarkah..." sahut Maki. Hambar.

"Terima kasih atas informasinya, maaf menyita sedikit waktu anda miss..." tambah wanita itu. Sang perawat mengangguk, tak apa. Dia lalu berpamitan kecil dengan sosok Maki.

"Kalau begitu saya permisi dulu nona,"

Kali ini giliran Maki yang mengangguk, dia memberi isyarat pada sang perawat kalau wanita itu bisa pergi dari sini sekarang juga. Menatapi punggung yang berbalik pergi serta langkah kaki yang menjauh, Maki berdiri. Mencabut kasar selang infus ditangannya.

Mengiringi jalan sang perawat sambil mengangkat tinggi-tinggi selimut kain dikedua tangan, dengan wajah datar serta bisikan teramat halus—Maki berkata;

"Maafkan saya,"

EMHP!

Maki melilit leher dari perawat tersebut dengan kencang. Manik matanya saja terbelalak lebar, dia mencoba memberontak terhadap Maki tapi tak bisa hingga tubuh mereka jatuh diatas permukaan lantai yang dingin.

Bugh!

Anggap saja ini sebagai permintaan maaf lainnya dari Maki.

"Saya akan melakukannya dengan cepat..." gumam wanita itu sambil menarik kuat tiap sisi dari ujung selimut hingga empunya leher memberontak keras seperti cacing kepanasan.

Mereka sama-sama wanita, tapi Maki yakin tenaga dari perawat ini kalah jauh dengannya dan benar saja—saat sang perawat yang mulai menitikan air mata bergeleng panik.

"HIKS... HIKS... Teidak!" Lalu perlahan menjadi lemas sebelum akhirnya kehilangan kesadaran.

"Hah~" Maki bernapas lega. Dia kemudian melepaskan tangan dari selimut lalu membiarkan tubuh dari perawat tersebut tergeletak diatas lantai dengan posisi yang sedikit? Mengenaskan.

Titikkan darah terlihat jatuh, Maki menunduk. Rupanya dia agak kasar saat melepaskan selang infus tadi, wanita itu menutup luka kecil tersebut dengan ujung kain bajunya.

Sekarang apa?

Tidak mungkin dia hanya berdiam diri disini setelah melakukan hal gila pada salah seorang perawat wanita. Bisa-bisa Maki akan benar-benar dipindahkan kerumah sakit jiwa lalu dikurung dalam sebuah ruangan putih yang mengerikan.

Dianggap psychopath karena mencoba membunuh seseorang?

Tidak, Maki hanya berniat membuat perawat itu pingsan. Alangkah baiknya kalau dia menemukan benda berat lalu menghantamkan bagian kepala perawat itu hingga pingsan, alih-alih mencekiknya dengan kain selimut seperti ini.

"Sekali lagi maafkan aku miss," tutur Maki informal. Dia berjongkok, melucuti pakaian hingga harta benda yang ada pada tubuh perawat itu—menggantinya dengan baju pasien yang tengah Maki kenakan.

Waktunya kabur.

Oh yah, apa kalian tidak penasaran? Alasan sebenarnya dari tindakan yang Maki lakukan, serta jenis pikiran apa yang melatar belakangi sosok tersebut sampai memilih melakukan jalan ekstrim seperti ini.

Jawabannya sederhana. Ada pada kalimat 'untuk membunuh mu?'

Maki terpikirkan sosok kejam William, mungkin ini sedikit ribet—tapi semua orang pasti punya ketertarikan mereka masing-masing; termasuk pria tersebut.

Dia membiarkan Maki hidup karena dia menginginkan Maki untuk menderita, sama halnya dengan wanita asing dipojok ruangan rahasia di apartement William. Dia tidak membunuhnya tapi hanya sekadar mengurungnya untuk disiksa dikemudian hari. Meski masih opini belaka tapi jika dipikirkan makan akan masuk akal.

William itu psychopath menurut Maki.

Benar tentang ungkapan 'beri makan domba sebanyak-banyaknya sebelum disembelih' William sedang melakukan hal tersebut pada sosok Maki.

Dan soal obat-obat-an yang melemahkan fisik dengan dalih penyembuhan, Maki yakin sekali itu pasti atas suruhan William—agar Maki dikemudian hari akan kesulitan bergerak.

Ruang bebas wanita itu sengaja dipangkas secara berkala.

Sial. Maki benar-benar menari diatas telapak tangan milik William.

Huh.

Seusai mengganti pakaian, Maki membopong tubuh dari perawat tersebut keatas ranjang lalu menutupinya dengan selimut. Waktunya pergi.

Batin Maki girang.

Dia berjalan normal menuju arah daun pintu, ditiliknya sebentar lorong panjang didepan sana. Banyak perawat lalu lalang, dengan wajah ramah Maki keluar dari sana.

Berbaur diantara kerumunan lalu akhirnya menghilang.

Tapi sebelum itu, tenang dia menitipkan sebuah pesan—

"SELAMAT TINGGAL BAJINGAN!"

Tentu diperuntukan untuk William seorang.

Semoga kita tidak akan pernah bertemu lagi.

Bye-bye.

...***...

Maki menyelinap diantara gang-gang kecil, baju perawatnya terkadang menarik minat dari beberapa orang untuk menggodanya tapi karena sifat masa bodoh yang Maki miliki—dia memilih melanjutkan langkah; mengabaikan mereka semua.

Wanita bermanik kecoklatan ini berharap bisa lekas sampai ke flat kecil miliknya. Dia benar-benar merindukan ranjang lusuh satu-satunya disana.

Baru kali ini Maki muak berkeliaran diluar selama berhari-hari tanpa ingat waktu pulang. Jika saja tidak tersandung dengan William, Maki pasti memilih menghabiskan malam disebuah klub sama seperti biasa atau paling tidak ke-tempat tongkrongan teman-temannya; meski sendirian tanpa melakukan apa-apa.

Itu lebih baik.

Tapi kalau boleh jujur, Maki sangat ingin tidur saat ini. Dia memang tidak sempat menelan obat-obat yang diberikan perawat tadi lalu memilih untuk memuntahkannya kedalam gelas; hanya saja lidah wanita itu tidak sengaja menjilat permukaan dari obat.

Anggap ini sebagai efek sampingnya. Karena jika boleh jujur, mata Maki sudah sangat berat. Sial.

"Beberapa langkah lagi..." gumam dia mencoba menyemangati diri. Tinggal 2 blok dari sini, bangunan tua dengan flat-flat kecil akan terlihat menyambut penglihatan.

Setelah melangkah sekitar 15-20 menit akhirnya Maki bisa mengembuskan napas lega. Sampai~ Maki memilih melepas alas kaki yang menurutnya terlalu sempit lalu berjalan tanpa menggunakan benda tersebut.

Lobby luar tampak sangat sepi, mungkin karena sudah terlalu larut. Maki berjalan menuju tangga, flat—tempat tinggal miliknya ada dilantai tiga.

Cepat, jerit dewi batinnya.

Tubuh Maki kelelahan, ditambah pengaruh obat. Saat berada dilantai 3 manik mata dari wanita tersebut berkilat senang.

Perjuangan panjang Maki akhirnya berakhir, ketika daun pintu yang sangatlah familiar menyambut penglihatan. Tangan Maki terangkat menuju kenop pintu, dia yakini sekali kalau benda itu tidak terkunci; sengaja begitu karena Maki tak memiliki harta benda yang pantas untuk disimpan dengan aman.

Tapi sayang, penuturan seseorang saat Maki baru saja masuk beberapa langkah kedalam flat; berhasil membuat Maki membatu.

Deg!

"Kau harus mengunci rapat tempat tinggal mu..." komentar William diseberang sana, bersandar di- dinding sambil menantap penampilan si manis didepan mata.

Tubuh Maki bergetar; tak percaya. Maniknya membola.

Kenapa?

Kenapa bajingan gila ini—

Bisa berada disini.

Blam!

Berbarengan dengan suara keras dari arah belakang; Maki spontan berbalik, dia menarik cepat kenop pintu yang baru saja tertutup rapat.

Tunggu!

Tunggu!

TUNGGU!

Apa yang tengah terjadi?

Jangan bilang kalau Maki terkunci bersama lelaki gila bernama William ini.

Bukan begitu 'kan?

...***...

...T b c...

...Jangan lupa like, vote, dan comments...

...Terima kasih...

...Ketemu lagi nanti...

...Bye...

...:3...

Terpopuler

Comments

usi susi

usi susi

❤️

2022-11-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!