Melarikan Diri

...Cerita bersifat fiksi atau karangan saja, jika terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan semata....

...Jangan lupa klik like, vote, dan comments diakhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya penulis....

...Terima kasih,...

...selamat membaca....

...____________________...

...M e l a r i k a n - D i r i...

...____________________...

...__________...

..._____...

..._...

"DIAMLAH NONA!" Tegur Maki geram, matanya terbelalak kesal sembari menekan balik cengkeraman kuat wanita asing tersebut dibahunya.

Memang terkesan memaksa, tapi Maki lebih mengutamakan keselamatan diri jikalau benar apa yang menjadi persepsi miliknya. Sambil membantu wanita asing itu untuk berdiri, Maki menggiringnya pelan menuju area luar. Pencahayaan lebih jelas disana. Dengan bersandar dibibir pintu, Maki meninggalkan sejenak wanita tanpa sehelai benang dibadan untuk mencari sebuah pakaian. Setidaknya agar tubuh telanjang itu bisa tertutupi barang sedikit saja. Tapi kalian tahu setelah itu apa yang terjadi? Maki menatap horor ketika wanita asing ini mulai bergerak panik dan ingin berteriak saat manik matanya mendapati sosok William yang terbaring nyaman diatas ranjang; berjarak beberapa meter saja.

Apa wanita ini gila? tanya dewi batin Maki, bergerak cepat menyumpal mulut yang ingin menjerit ketakutan dengan selembar baju. Kali ini Maki benar-benar marah, dia berharap semua gerakan sia-sia yang dia lakukan tidak akan berdampak mengerikan untuk kedepannya.

"HMMMP!"

Sumpah demi Tuhan.

"Aku menyuruh mu untuk diam." Bisik Maki pelan sambil merapatkan diri ketubuh wanita itu. Terlihat manik matanya bergetar, berkaca-kaca. Tidak usah berpikir keras Maki bahkan dapat menyimpulkannya sendiri.

Jawabannya. |

Mata itu.

Nona ini sedang gelisah luar biasa, dia seperti dilanda oleh perasaan trauma berat dan pelaku utama dari ketakutan miliknya itu sekarang berada tepat beberapa meter saja; dalam 1 ruangan. Tidak terbayang seberapa tertekannya sosok tersebut, tapi Maki harap setidaknya—dia bisa sedikit menjadi lebih tenang.

"Tidak papa... dia sedang tidur," ucap Maki setengah berbisik. Mencoba membuat pikiran wanita itu teralihkan. Perlu beberapa menit mereka terdiam dalam posisi patung tapi akhirnya kata-kata Maki dapat memperngaruhi. Wanita ini yakin kalau William benar-benar sedang terlelap mati.

"Huh~"

Syukurlah.

Maki menjauhkan tangan dengan selembar baju yang menutupi mulut wanita asing tersebut lalu memakaikannya pada wanita itu.

Tutup rapat-rapat tubuh mu nona, ucap Maki tanpa suara yang diangguki patuh begitu saja oleh wanita tersebut. Syukurlah, situasi akhirnya terkendali.

"Jalan pelan-pelan, kita akan keluar dari sini lebih dulu lalu kau bisa memberitahukan segalanya pada ku nanti. Mengerti?"

Dia mengangguk. Maki puas melihat kepatuhan wanita itu lalu menggandengnya pergi dari kamar melalui pintu keluar besar disudut lain ruangan.

"Ergh!" Ringisan terdengar sesekali. Maki menampilkan ekspresi wajah menahan sakit, permainan tadi malam sungguh membuat dirinya gila; kesulitan dalam berjalan.

Saat perabotan ruang tamu menyambut mata mereka, langkah milik Maki tertahan. Sial! Tidak mungkin dia keluar begitu saja. Tapi wanita disampingnya?

Lebih memerlukan pertolongan dari pada hasrat pribadi.

Sial! Kenapa manusia harus diciptakan dengan perasaan simpati tidak berguna terhadap sesama?!

Ini menjengkelkan.

Padahal banyak diluar sana yang bahkan tidak peduli dengan kehidupan orang lain lalu kemudian mereka akan menginjak-injaknya. |

Heh! Dunia itu menyedihkan.

Maki menghentikan langkah kakinya. Hal ini menarik wanita asing tersebut untuk bertanya, 'ada apa?' Kepada Maki—tetapi dia tidak mendapatkan jawaban sepadan selain kehilangan panjang.

Setidaknya setelah beberapa menit terlewati.

"Terus melangkah." Ucap Maki, melepaskan tautan tangan lalu menunjuk kearah pintu keluar utama Apartemen milik William.

"Tunggu aku didekat situ, aku akan kembali." Ucap Maki lagi sebelum berbalik pergi tanpa menoleh sedikitpun kebelakang.

Dia tahu kalau meninggalkan wanita asing korban penculikan seorang diri bukanlah hal etis. Tapi jika dia berakal dia pasti mengikuti arahan Maki untuk menunggu dipintu keluar, sedang wanita ini perlu mengambil setidaknya satu barang bernilai jual tinggi. Tidak kembali ke-kamar William, Maki mulai menggeledah setiap sudut ruangan untuk mencari barang yang sesuai dengan selera.

Berakhirlah Maki disebuah kamar mirip penyimpanan pakaian besar dan aksesorisnya. Manik mata dari wanita tersebut berkilat terang saat melihat sebuah jam mewah keluaran terbaru tengah terpajang diantara aksesoris pria lainnya.

Maki menjilat sudut bibirnya, barang yang bagus. Tanpa pikir panjang wanita tersebut menyimpan benda itu kedalam saku baju pinjaman yang dia kenakan. Jam tersebut membentur pelan telepon genggam milik Maki.

Baiklah, Maki rasa sudah cukup. Waktunya kabur. Dengan langkah terburu-buru Maki ingin keluar dari ruangan penyimpanan besar tersebut tapi gerakkan tangan miliknya yang hendak membuka kenop pintu tertahan saat mendengar jeritan panjang.

"TIDAAAK!!!!! SELAMATKAN AKU!"

DEG!

BUGH!

Dibarengi suara gaduh setelah itu. Keringat dingin mengucur bebas dari arah tengkuk wanita tersebut, sambil menelan saliva susah payah Maki mencoba bergerak sehalus kapas lalu membuka sedikit pintu ruangan.

"Bagaimana bisa kau ingin kabur dari ku? Hm?" Ucap William. Hanya perlu beberapa jam saja Maki mengenal lelaki itu, dia sudah hapal dengan tone suaranya.

"TIDAK! HIKS! TIDAK!"

Lutut Maki lemas, suara kesakitan luar biasa disertai tangisan heboh memenuhi gendang telinga Maki.

Deg! Deg! Deg!

Debar jantung Maki meningkat begitu cepat. Sial. Apa yang baru saja indra penglihatan miliknya tangkap? Jelas sekali William yang masih dalam keadaan tanpa pakaian menyeret paksa wanita mengenaskan tersebut dengan cara menjambaknya.

Diseret dilantai.

"TIDAK! LEPAS! TIDAK! JANGAN!"

"Hah~" William melenguh malas. Matanya merotasi jenuh, dengan entengnya melempar tubuh wanita tersebut kedinding sebelum menginjak-nya?

"BUGHHH!"

"ERGH!"

Krak!

Maki tersentak takut. Suara patahan renyah—mungkin dari arah tulang wajah yang remuk karena ditendang. Bulu kuduk Maki berdiri, dia merasa merinding juga ngeri dalam satu waktu.

Maki yakin sekali tidak pergi terlalu lama meninggalkan wanita asing tersebut seorang diri, lantas bagaimana situasi bisa berakhir seperti ini?

Jelas sekali itu sebuah tindakan kejahatan.

Maki tidak tahu, hubungan antara William dengan wanita itu—yang jelas ini sudah masuk kedalam tindakan penganiayaan bukan?

Sial! Sial!

Maki takut.

Dia terlibat dengan seorang kriminal.

"Aku harus kabur dari sini." Gumam Maki teramat pelan. Kepalanya berputar—mencari akal agar bisa lari seribu langkah menjauh dari area terkutuk itu.

Apa dia mati? Tiba-tiba pikiran lain hadir. Sial, rasa simpati ini kembali muncul, Maki melarikan pandangan melalui celah pintu menuju arah wanita asing yang sudah terlihat terkulai lemas tak sadarkan diri diatas lantai dengan wajah berdarah.

Glek!

Sadis.

Dia tidak menyimpan sedikitpun rasa iba dalam hatinya dan dengan tega melukai seseorang. |

"Psychopath." Gumam Maki tanpa sadar.

"Kalau diingat-ingat? Bukannya aku bersama seorang gadis nakal malam tadi?"

Deg! Maki membeku, William tiba-tiba bermonolog sendiri setelah Maki mengucapkan kata tersebut.

Terjadi keheningan panjang, Maki mencoba menahan deru napasnya agar tidak terdengar siapapun. William mematung dengan pikiran melayang.

Apa?

Apa yang tengah dia renungkan?

Keheningan ini, terlalu—MENAKUTKAN.

TAP!

DEG!

Maki menggigit bibir hingga berdarah ketika William berlari tiba-tiba. Untungnya tidak kearah Maki berada, dia melangkah menuju pintu keluar—Maki berasumsi kalau William mengira dirinya telah kabur lebih dulu.

Tanpa membuang kesempatan Maki berdiri, memaksakan kaki untuk melangkah—keluar dari area ruang penyimpanan menuju kamar.

Klek!

Balkon kamar terlihat menyambut penglihatan, seperti sebuah harapan. Maki langsung mengunci benda tersebut berbarengan dengan suara dobrakkan yang keras.

"BRAK!"

Maki mencoba menahan dengan bahu, sial! Sial! Engsel pintu kamar ini bergoyang—nyaris copot. Dia tahu William pasti sudah menyadari keberadaannyanya.

Tidak ada kata-kata berarti atau apapun yang bisa mengisi kegaduhan, berpacu oleh ketahan pintu kamar. Maki berlari kearah balkon lalu menutup pintu balkon berbahan kaca. Benteng terakhir yang begitu rapuh. Dia menatap kebawah melalui pagar pembatas.

Ini Apartemen 15 lantai! Jerit dewi batinnya.

"BRAK!" Suara yang lebih keras terdengar. Maki berbalik, sebagian pintu dari kamar telah rusak dan sosok William terlihat disana.

Tidak seperti kesan pertama yang Maki dapatkan, lelaki itu benar-benar berbeda 180 derajat dari sebelumnya.

Berkepribadian ganda! |

HAH!

Mungkin ini ide yang gila.

"Tapi dari pada tertangkap dan berkhir seperti itu," monolog Maki mengingat wajah wanita asing tersebut yang hancur.

Lebih baik jatuh dari ketinggian ini?

TENTU SAJA TIDAK!

Maki berbalik, ada balkon lain disisi tubuhnya; berjarak 2 atau 3 meter dari sini. Tanpa pikir panjang, sebelum William berhasil mendobrak pintu kamar sepenuhnya Maki menaiki pagar. Siap melompat dengan mental yang tak seberapa.

"KREAK!"

Pintu balkon kaca tiba-tiba pecah, kapan bajingan gila itu sampai? Persetan! Maki langsung melompat—ya, meski harapan semu tentang dirinya yang berhasil menggapai balkon sebelah tidak pernah bisa jadi kenyataan.

"Eh?"

Maki merasakan, tubuh berbalut pakaian pinjaman itu jatuh bebas kebawah.

Matanya terpejam.

Sambil berpikir—apakah aku akan mati disini?

...***...

...T b c...

...Jangan lupa like, vote, dan comments jika kalian suka...

...Terima kasih...

...Ketemu lagi nanti...

...Bye...

...:3...

Terpopuler

Comments

usi susi

usi susi

❤️

2022-11-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!