...Cerita bersifat fiksi atau karangan saja, jika terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan semata....
...Jangan lupa klik like, vote, dan comments diakhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya penulis....
...Terima kasih,...
...selamat membaca....
...____________________________...
...P e r n y a t a a n - B o h o n g...
...____________________________...
...______________...
...________...
...___...
..._...
"APA MAKSUD ANDA! SAYA TIDAK BERBOHONG?!" teriak Maki kesal. Napasnya terlihat ngos-ngosan tepat disamping seorang dokter, ada polisi juga disana yang menerima panggilan dari Maki lalu bergegas ke-rumah sakit untuk melakukan penyelidikan. Tapi dokter menyedihkan ini malah menghalangi Maki untuk bicara, membuat Maki terpojok dengan menuduhnya macam-macam.
Kepalanya terbentur, jadi tidak bisa berpikir jernih.
Halah!
Apa-apaan itu! Maki sungguh-sungguh, apa yang dia ucapkan tidak ada sedikitpun kebohongan didalamnya.
Argh! Ini membuat Maki kesal.
"Ada wanita yang sekarat, terkurung di sebuah Apartemen milik psychopath gila!" teriak Maki lagi. Beberapa perawat mulai menahan Maki agar tidak bertindak kelewatan.
"Saya bahkan dikejar olehnya dan berakhir seperti ini, sir! Percayalah, saya tidak berbohong! Anda bisa mengecek langsung ke alamat yang saya katakan barusan?!" tambah Maki geram. Dia mendesis kearah para perawat yang memperlakukan dirinya seperti pasien rumah sakit jiwa.
Oh ayolah~ yang benar saja.
"Tenanglah nona, tim kami sedang kesana untuk melakukan penyelidikan." Entah itu kalimat menenangkan atau apa tapi Maki sedikit kesal dengan polisi tersebut yang bergerak cukup lambat. Cih! Mereka terlalu gemuk karena gaji sampai lupa caranya untuk berolahraga.
Dokter menyebalkan itu juga mulai meminta para perawat untuk membawa Maki kembali ke-ranjang. Dia masih seorang pasien, bergerak terlalu banyak hanya akan memperburuk fisiknya. Mau tak mau Maki menghela napas pasrah, mengikuti arahan untuk duduk dibibir ranjang sembari menunggu kabar dari tim atau apapun itu yang polisi ini sebutkan.
Dia menatap penyangga dari infus, tongkat besi disudut ranjang. Omong-omong? Sudah lewat berapa hari dia terbaring disini—setelah kejadian ditangga yang rasanya baru kemarin terjadi.
Maki menoleh, menarik salah satu perawat. Dia memintanya untuk mendekat.
"Berapa hari saya disini? Ah! Tidak! Kapan tepatnya saya diantarkan ke rumah sakit?" tanya Maki penasaran. Sebenarnya ada lagi pertanyaan yang ingin Maki tanyakan; perihal siapa orang yang dengan suka rela mengantarkan Maki. Itu artinya dia terbebas dengan William begitu saja.
Ada beberapa opsi yang Maki miliki dalam otaknya, kenapa situasi bisa berakhir seperti ini. Ingatan terakhir yang dia punya adalah ketika jatuh ditangga darurat.
Mungkin secara kebetulan saat itu ada seseorang yang lewat dan mendengar keributan. Dia memeriksa kemudian mendapati sosok Maki yang bersimbah darah lalu menghubungi ambulance; agar bisa diantarkan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Opsi yang kedua, mungkin ini terdengar tidak masuk akal. Tapi William 'lah yang menolongnya, itu dilihat dari percakapan terakhir yang Maki dengar. Sungguh mustahil bukan, sebagai seorang saksi mata dalam sebuah kejahatan—lebih baik membunuhnya agar kejahatan itu kembali tertutup rapat.
See~
"Kalau tidak salah, tiga minggu yang lalu nona. Tanggal 2 tepatnya."
Deg!
Maki terkejut, dia menatap cepat kearah perawat tersebut. Tiga? Minggu! Bukankah itu waktu yang terlalu lama? Hanya karena jatuh dari tangga? Apa benar karena kepalanya lebih dulu menghantam, membuat proses pemulihan menjadi lambat? Tapi Maki rasa dia baik-baik saja, coba lihat saja. Dia tidak mengalami rasa sakit dimanapun, tidak ada keanehan pada fisiknya. Semua terasa normal seperti biasa.
Ini aneh.
"Baiklah, terima kasih atas kerja keras kalian..." perkataan dari satu-satunya polisi disana menarik perhatian Maki. Agaknya dia baru saja menerima telepon dari seseorang, raut wajahnya terlihat sedikit? Hm? Agak—aneh?
Polisi itu kemudian menyimpan kembali telepon genggam miliknya kesaku baju seragam. Terlihat hela napas lelah disana, dia tampak malas ketika menatap muka Maki. Ada sesuatu yang terjadi, Maki akan tahu setelah ini.
"Sepertinya nona harus mendapatkan perawatan secara mental juga dokter." ucapnya berhasil membuat Maki tersentak kaget. Apa maksud dari kata-kata remeh tersebut? Apa dia baru saja menuduh kalau Maki berbohong?
HEI!
TIDAK! DIA TIDAK BERBOHONG.
Maki lantas berdiri lalu menyambar kerah baju seragam milik lelaki berpangkat polisi tersebut.
"Apa maksud mu sir?!" desisnya kesal.
"Tenanglah dulu nona, apa yang kau ucapkan tadi itu mungkin saja hanya khayalan mu. Saat kami melakukan penyelidikan, tidak ada apapun disana."
Tak mungkin!
Maki ingin menyanggahnya tapi informasi yang dia dapatkan dari perawat tadi sepertinya memberi variabel baru. Jika memang ini sudah lewat 3 minggu, William pasti sudah membereskan khasus kejahatan miliknya dengan baik.
"Dan saat ini suami anda akan kemari, setelah mendengar kabar anda telah siuman."
Hah?
Suami?
Siapa?
Kapan Maki menikah?
Omong kosong apa lagi ini.
"Bicara apa kau sir! Saya tidak memiliki suami, bahkan saya belum menikah!" ucap Maki kesal, dia mengempaskan kerah baju polisi itu saking gemasnya. Apa-apaan ini!
Sudut bibir Maki berkedut, dia jengkel. Wanita itu seperti tengah dipermainkan seseorang. Coba lihat saja, semua mata yang tertuju pada Maki. Mereka terlihat kasihan terhadapnya.
PERSETAN KALIAN SEMUA!
Krett~
Terdengar suara daun pintu yang perlahan dibuka, semua orang disana mengalihkan pandangan—termasuk Maki. Siapa yang datang ditengah-tengah situasi tak masuk akal ini?
"Selamat siang?" sapanya lucu berhasil membuat Maki merinding bukan main. Dia membatu saat sosok William yang menampilkan wajah ramah muncul dengan canggungnya. Dokter, polisi dan para perawat menyambut baik kehadiran William. Seakan-akan lelaki itu sudah sering berkunjung kemari.
Apa ini? Situasi gila apa lagi ini?!
Jerit dewi batin Maki tak percaya.
"Terima kasih sudah merawat istri saya dengan baik..."
DEGH!
Istri?
Mulut lelaki kotor itu baru saja menyebutkan kata "ISTRI?" pada Maki?
Yang benar saja. |
Apa yang bajingan gila itu katakan?
"Aku bukan istri mu sialan." gumam Maki kesal dengan rona mata marah.
Suasana canggung yang perlahan mencair kembali lagi ketitik awal; menjadi canggung saat Maki dengan gamblangnya menyebutkan kata-kata itu. Dia menatap lurus wajah William.
Lelaki itu tersenyum hangat, orang yang pertama kali melihat William pasti jatuh cinta—persis seperti Maki dulu; tapi mengingat Maki sudah pernah melihat isi dari balik senyuman tersebut.
Maki yakin, orang ini benar-benar MUNAFIK.
"Apa yang kau katakan sayang?" tanyanya pura-pura khawatir. Ah~ sial Maki dibuat takut.
Terlihat dokter yang sedari tadi berbicara omong kosong mendekat, dia berbisik—
"Kemungkinan karena mengalami benturan keras, istri anda jadi tidak bisa mengingat dengan baik. Dia jadi sedikit linglung karena baru saja siuman tuan..."
Heh!
Maki tersenyum kecut, dia masih bisa mendengarnya dengan jelas. Lagi-lagi hanya omong kosong yang terdengar.
"Benarkah dok?" sahut William seraya menampilkan raut sedih.
"Sungguh kasihan sekali istri kecil ku—!"
PLAS!
"Diam kau sialan!" desis Maki, dia pikir bisa bertahan lebih lama dengan panggung sandiwara ini. Rupanya tidak, semakin didengar semakin menyebalkan. Para perawat dan dokter gadungan itu ketakutan, ketika Maki mengangkat tongkat penyangga infus arah William.
Maki benar-benar ingin memukul wajah dungu tersebut.
Dia tidak tahu jenis situasi apa ini, tapi! Ada satu hal yang Maki yakini dalam benaknya.
Dia tengah dipermainkan; oleh bajingan gila ini.
William.
Lihat, dia bahkan menyeringai.
...***...
...T b c...
...Jangan lupa like, vote, dan comments jika kalian suka...
...Terima kasih...
...Ketemu lagi nanti...
...Bye...
...:3...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
catt
sumpah suka bngttt sama cerita" yang pshyco tpi ada romannce" gttuu
2023-09-09
1