Ferdi tampak geram mendengar ucapan Khayra. Hingga menggertak giginya. Tangannya terangkat kembali ingin menampar wajah Khayra. Namun, pria itu mengurungkan niatnya. Dia mengepalkan tangannya menahan amarah.
Khayra yang juga telah terbawa emosi tidak takut melihat pria itu. Dia kembali menantangnya.
"Kenapa kau urungkan niatmu yang ingin menampar wajahku. Tampar, tampar aja," teriak Khayra.
Ferdi masih memandangi wajah wanita di depannya dengan mata melotot.
"Kenapa? Aku bahkan berharap kau membunuhku. Aku yang mati akan lebih tenang karena tidak akan merasakan lagi kepahitan hidup. Aku tidak akan menghadapi orang-orang sepertimu. Yang tidak pernah menganggap kehadiranku." Khayra menarik napas agar air matanya tidak tumpah.
"Kau, ayahku, ibuku dan juga adikku hanya menganggap kehadiranku sebagai beban. Padahal aku tidak pernah menuntut apa pun dari kalian. Dari kecil hidupku sudah harus berjuang. Jika adikku diberi jajan, aku harus mencari uang jajan sendiri. Begitu juga saat aku menikah denganmu. Aku tidak mengharapkan kemewahan, aku hanya ingin kau hargai kehadiranku saja, bagiku itu sudah cukup!" ucap Khayra dengan terbata karena harus menahan tangis.
Ferdi masih berdiri di tempat semula. Mungkin kaget melihat Khayra yang bisa bicara banyak dan marah. Selama ini istrinya itu hanya menerima semua apa pun perlakuannya.
"Setiap orang butuh untuk dihargai perjuangannya. Pilihannya adalah ia menjadi senang karena telah dihargai atau menjadi luka batin karena tidak pernah merasa dihargai.Belajarlah menghargai orang lain sebelum minta dihargai. Akan ada waktu ketika orang yang sabar menjadi muak, orang yang peduli menjadi masa bodoh, orang yang setia menjadi angkat kaki. Itu adalah ketika sifat sabar, peduli, dan setianya tidak dihargai."
Khayra melangkah meninggalkan Ferdi dengan langkah di seret karena kakinya masih terasa sakit. Sebelum masuk ke kamar tamu, Khayra membalikan badannya menghadap ke Ferdi lagi.
"Aku menunggu kepastian darimu, kapan kita ke kantor urusan agama untuk mengurus perceraian kita." Setelah mengucapkan itu Khayra masuk ke dalam kamar dan menguncinya.
Setelah Khayra masuk ke kamar dan menguncinya Ferdi masuk ke kamar. Kepalanya terasa pusing banget. Kemarin dia dan Naina pergi pesta dan banyak minum alkohol.
Ferdi merebahkan tubuhnya, pikirannya menerawang entah kemana. Pria itu sedang memikirkan Ucapan Khayra.
"Kenapa ucapan Khayra berbeda dengan Naina? Mana yang benar diantara mereka? Naina mengatakan jika Khayra sangat di manja ayah nya. Apa pun diminta selalu dikabulkan. Dan uang hasil kerja Naina dan yang aku beri habis buat penuhi kebutuhan hidupnya!" gumam Ferdi dengan dirinya sendiri.
Ferdi mencoba memejamkan mata, namun tidak bisa karena kepalanya makin terasa berat dan pusing.
Ferdi merasakan perutnya yang mual. Pria itu cepat bangun dan berjalan menuju kamar mandi. "Kenapa aku bisa sepusing ini. Salahku juga minum banyak!"
Ferdi mencoba membersihkan diri agar lebih segar. Namun, bukannya merasa lebih segar, pria itu merasakan tubuhnya dingin, dia merasa meriang.
**
Setelah jam menunjukkan pukul sebelas siang, Khayra merasa lapar dan keluar dari kamar. Sebenarnya dia enggan untuk keluar kamar,.karena Khayra tidak ingin bertemu Ferdi.
Dengan langkah malas, Khayra berjalan menuju dapur dan membuat dadar telur buat dirinya sendiri.
Apartemen yang terlihat sunyi, membuat Khayra berpikir jika Ferdi telah pergi lagi. Wanita itu berjalan menuju sofa yang berada di ruang televisi dan menyalakan benda itu.
Saat sedang asyik menonton, Khayra kaget mendengar langkah kaki. Wanita itu menoleh ke asal suara. Tampak Ferdi dengan langkah gontai menuju dapur.
Khayra mengabaikan kehadiran suaminya itu dan kembali menonton. Baru beberapa menit terdengar kegaduhan dari dapur. Khayra takut jika terjadi sesuatu di dapur, berjalan mendekati tempat itu.
Tampak suaminya yang sedang berusaha memasak. Khayra melihat ada sebungkus mie instan rebus. Apakah mie itu miliknya? pikir Khayra. Karena dia yang selalu menyimpan sebagai stok. Khayra tidak pernah melihat Ferdi makan mie instan.
Khayra mendekati suaminya itu. Dari pada dapur berantakan dan terjadi sesuatu biar saja dia mengalah untuk membantu membuatkan mie instan itu.
"Duduklah! Biar aku yang buatkan," ucap Khayra.
Ferdi yang merasa tubuhnya sangat lemah dan juga lapar tanpa membantah duduk di meja makan menunggu Khayra membuatkan mie itu.
...****************...
Selamat Pagi semuanya. Happy Weekend. Semoga kita semua di beri kesehatan dan umur yang panjang serta berkah. Aamiin.
Terima kasih tetap setia menanti kelanjutan dari novel ini. Lope-lope sekebon 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Fhebrie
ferdi termakan omongan naina
2022-12-01
1
Aminah Adam
pagi thoor
aamiin 🤲🏼🤲🏼
2022-11-27
0
nafis
kalo ceraibke pengadilan agama thor bukan KUA, KUA cm buat nikah🙏🙏
2022-11-17
0