Sudah empat hari Khayra dan Ferdinan menikah. Namun pria itu tidak pernah menuntut hak-nya sebagai seorang suami.
Khayra tidak tahu harus bahagia atau bersedih. Yang jelas Khayra masih bisa menutupi jika dirinya sudah tidak suci lagi.
Khayra berdandan. Hari ini pertama dia kembali bekerja. Ferdinan tampak masih terlelap dalam mimpinya. Pria itu pulang jam dua dini hari.
Khayra mendekati ranjang dan membangunkan pria itu dengan mengguncang tubuhnya pelan. Saat ini Khayra dan Ferdinan telah pindah ke apartemen.
"Mas, bangunlah. Sudah jam delapan. Apa Mas tidak kerja?" tanya Khayra sambil mengguncang tubuh suaminya itu pelan.
"Ada apa? Ganggu orang tidur saja!" bentak Ferdinan. Khayra kaget mendengar suara keras pria itu.
"Apa Mas tidak kerja?"
"Aku ini anak dari pemilik perusahaan. Tidak akan ada yang berani memecat! Kamu mengganggu tidur aku!"
"Aku hanya minta izin bekerja mulai pagi ini. Sarapan bisa mas panaskan nanti saat mau makan!" ucap Khayra.
"Jangan buat sarapan untukku! Aku tidak akan pernah menyentuh apa lagi memakannya."
"Baiklah, Mas. Mulai besok aku tidak akan membuat sarapan lagi!" ucap Khayra dengan penuh penekanan. "Aku pamit," ucap Khayra selanjutnya.
"Pergi aja tidak perlu izin dariku!" ucap Ferdinan dan kembali memejamkan matanya.
Khayra menarik napas dalam untuk meredakan rasa kecewa-nya. Wanita itu berharap pernikahannya berjalan semestinya walau mereka dijodohkan.
Dengan menahan tangis, Khayra keluar dari kamarnya. Berjalan memasuki lift dengan menunduk Khayra tidak melihat ada orang di dalamnya.
Orang itu menarik pinggang Khayra dan memeluknya. Khayra meronta ketakutan. Wanita itu ingin berteriak, namun belum sempat melakukan itu, mulutnya ditutup dengan tangan pria itu.
"Sayang, jangan berteriak. Nanti didengar orang," ucap pria itu yang tidak lain Barra, adik iparnya.
Khayra menengadahkan kepalanya menatap wajah Barra. Pria itu menghapus air mata yang jatuh membasahi pipinya.
"Jangan menangis, Khayra! Air matamu terlalu berharga untuk pria seperti Ferdi. Jika dia tidak menginginkan kehadiran kamu, ingat ada aku yang selalu menunggu kamu untuk kembali bersama."
Tangis Khayra yang dari tadi di tahan akhirnya pecah. Wanita itu menangis terisak sambil memukul dada bidang Barra.
"Kenapa kau dan Mas Ferdi tega menyakiti aku. Apa salahku? Apakah aku tidak pantas untuk dicintai?" ucap Khayra sambil menangis.
Barra kembali memeluk tubuh Khayra. "Maafkan aku, Sayang. Aku menyesal karena pernah menyakiti kamu. Aku akan menebus semua kesalahanku. Beri aku satu kali kesempatan lagi, untuk membuktikan jika aku mencintaimu."
Kali ini Khayra tidak berusaha melepaskan pelukan Barra lagi. Dia menumpahkan tangisnya di dada Barra.
Hingga lift berhenti, barulah Khayra melepaskan pelukannya. Wanita itu keluar dari lift dengan tergesa. Dia berjalan menuju halaman parkir.
Saat Khayra ingin memanggil taksi, tangannya ditahan seseorang. "Biar aku antar ke tempat kerjamu!" ucap Barra dengan menarik tangan Khayra menuju mobilnya.
Khayra hanya pasrah dan mengikuti kemana langkah kaki Barra. Setelah mereka masuk ke mobil, Barra menjalankan dengan kecepatan sedang.
Di dalam mobil keduanya saling diam, larut dengan pikiran masing. Khayra masih. mengingat ucapan Ferdi tadi.
Sungguh menyakitkan menjadi orang yang selalu berusaha menjadi apa yang dibutuhkan orang lain, tetapi tidak pernah dihargai. Yang lebih buruk dari dibenci adalah diabaikan karena kamu seperti tidak ada sama sekali, dan kehadiranmu bukanlah apa-apa. Luka terdalam adalah ketika kamu tak mampu melihat dengan mata, dan kesedihan terpendam adalah ketika kamu tak mampu mengucapkan dengan kata-kata. Ikhlas seakan menjadi cara terakhir saat semua yang kita inginkan tidak bisa lagi kita raih dan dapatkan.
"Terima kasih," ucap Khayra saat sampai di halaman parkir tempat dia bekerja.
Khayra bekerja di salah satu supermarket di kota itu. Wanita itu hanya tamatan Sekolah Menengah Atas, sehingga hanya bisa kerja di toko-toko. Namun, Khayra bahagia. Saat ini dirinya memegang jabatan kasir dan gaji juga telah sesuai UMR.
"Jam berapa pulang? Aku jemput nanti!" ucap Barra.
"Nggak usah! Aku bisa pulang sendiri."
"Atau aku tunggu dari jam tiga sore di sini!"
"Barra! Mengertinya. Jika kita tidak baik sering bersama. Akan menimbulkan fitnah."
"Aku tunggu di sini ya. Sampai kamu pulang!" ujar Barra mengacuhkan ucapan Khayra.
Barra ingat saat berkenalan dengan Khayra, wanita itu bekerja di sebuah toko pakaian. Jika shift pagi, dia pulang jam empat sore.
"Aku pulang jam setengah lima," ucap Khayra akhirnya. Barra tersenyum mendengar jawaban dari wanita itu.
"Aku tunggu jam empat di sini. Ingat! Jangan menangis lagi untuk pria yang tidak pantas kamu tangisi. Nanti jangan beli makan siang. Aku yang akan pesankan untukmu!" ucap Barra.
"Aku bawa bekal," ucap Khayra memperlihatkan bekal yang dibawanya. Barra turun dari mobil dan mendekati wanita itu.
"Pasti hanya nasi goreng. Sini buat aku sarapan. Kebetulan aku belum sarapan." Barra mengambil bekal itu dari tangan Khayra. "Aku akan menggantinya dengan makanan lain. Masuklah. Selamat bekerja!" ucap Barra.
Khayra berjalan masuk ke dalam super market itu. Barra melihatnya hingga wanita itu hilang dari pandangan.
"Aku akan merebutmu dari Ferdinan. Kau tak pantas untuk pria seperti dia," gumam Barra dengan diri sendiri.
***
Tepat jam 4 sore Barra telah menunggu di depan tempat kerja Khayra. Pria itu akhirnya masuk untuk melihat Khayra. Barra hanya membeli satu botol air mineral.
"Kenapa kecepatan sih jemputnya?" tanya Khayra saat Barra berada di kasir.
"Aku takut kamu bohong. Siapa tahu pulang jam 4," ucap Barra sambil tersenyum.
"Aku nggak pernah bohong. Mungkin kamu keseringan bohongin orang jadi ketakutan sendiri jika dibohongi."
"Jangan menyindir!" ucap Barra.
"Aku bukan menyindir, tapi mengatakan kebenaran yang terjadi. Sudah sana! Yang lain mau antri juga!" Usir Khayra saat ada pembeli yang akan membayar belanjaan.
"Aku tunggu di luar. Oke!" ucap Barra dan berjalan dengan hati gembira.
Sepertinya Khayra sudah mulai bisa menerima dirinya lagi. Terbukti wanita itu sudah tidak ketus lagi.
...****************...
Selamat Pagi. Semoga semua dalam lindungan Tuhan. Aamiin.
Mama beri bonus visual biar ngehalunya makin lancar.
Barra
Khayra
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Lilisdayanti
jengkel pas udah ngetik banyak,,pas koment,,jaringan hilang 🙈🙈🙈
2022-12-04
0
Dwi ratna
pembinor semakin d depan ya barr
2022-12-02
0
Fhebrie
ferdi selalu di manja dn di sayang orangtua akhirnya salah jalan
2022-12-01
0