Khayra terbangun dan melihat jam di dinding. Jarum jam telah menunjukan pukul tiga dini hari. Wanita itu melihat ke samping, belum ada suaminya pulang.
Khayra mulai kuatir dengan keadaan suaminya. Biasanya paling lama jam dua malam telah berada di apartemen. Dia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi.
Lima kali mencoba barulah diterima panggilannya. "Mas, kamu di mana? Kenapa belum pulang?" tanya Khayra begitu tersambung.
"Maaf, Ferdi masih tidur," jawab seseorang. Suara wanita. Khayra kaget mendengarnya.
Khayra merasa suara itu sangat dia kenal. Tiba-tiba wanita itu berkata dengan pelan, "Naina!" ucap Khayra kurang yakin.
Sambungan dimatikan. Khayra menarik napas dalam menyadari apa yang sedang dilakukan suaminya dengan wanita lain.
"Pernikahan macam apa yang sedang aku jalani ini. Sampai detik ini aku tidak di sentuh suamiku. Sedangkan dia saat ini sedang tidur dengan wanita lain."
Khayra bangun dan berjalan menuju dapur. Mengambil air minum, setelah itu dia duduk di sofa ruang televisi. Khayra masih berharap suaminya segera pulang.
Lama menunggu akhirnya Khayra ketiduran di sofa. Jam enam pagi Khayra terbangun mendengar suara langkah kaki. Wanita bangun dari tidurnya.
Khayra berjalan mendekati suaminya. "Dari mana, Mas? Kenapa pagi baru pulang?" tanya Khayra langsung tanpa basa basi.
"Bukan urusanmu! Jangan berpura-pura berperan menjadi istri yang baik! Sudah aku katakan jangan pernah mencampuri pribadiku. Pernikahan kita hanya di atas kertas!" ucap Ferdi ketus.
"Walau bagi Mas pernikahan kita ini hanyalah di atas kertas, tapi aku tetap istrimu dan tidak ada salahnya aku bertanya tentang kamu. Kenapa aku bertanya, karena aku kuatir."
"Sudah aku katakan, jangan pura-pura berperan menjadi wanita baik. Aku tidak pernah suka!"
"Semoga ini menjadi kebohongan terakhirmu untukku, aku mungkin memaafkan tapi aku tidak akan lupa apalagi menghapus kecewa. Suatu saat semua akan berbalik. Yang menyakiti akan disakiti. Yang mengkhianati akan dikhianati. Yang melukai akan dilukai. Yang meninggalkan akan ditinggalkan."
Setelah mengucapkan itu Khayra meninggalkan Ferdi. Khayra mengambil pakaiannya dan membawa ke kamar tamu. Mulai hari ini, dia tidak akan pernah peduli lagi dengan apa pun yang suaminya itu lakukan.
Khayra mandi dan bersiap pergi kerja. Sebenarnya matanya mengantuk, tapi Khayra tetap harus bekerja. Setelah berpakaian rapi, wanita itu sarapan dengan roti tawar yang diolesi selai kacang.
Seperti ucapan Khayra kemarin, dia tidak akan pernah membuat sarapan lagi untuk Ferdinan, suaminya.
Khayra mengambil tas dan berangkat kerja ketika jarum jam masih menunjuk pukul setengah delapan. Masih ada satu jam sebelum masuk kerja.
Khayra duduk di taman yang berada di samping apartemen. Nampak wanita itu sedang termenung. Pandangannya kosong, entah apa yang dipikirkan Khayra.
Khayra kaget saat matanya di tutup seseorang. "Siapa?" tanya Khayra berusaha melepaskan tangan orang itu dari matanya.
"Kamu sudah sarapan. Kita makan di luar, ya?" ucap orang itu. Khayra tahu betul itu suara Barra.
"Aku sudah sarapan. Maaf, aku pamit mau kerja." Khayra berdiri dari duduknya.
"Ini hari sabtu, masih kerja juga?" tanya Barra.
"Bahkan hari sabtu itu kami sering di minta lembur jika pengunjung ramai. Aku bekerja hanya di super market bukan pegawai atau karyawan suatu perusahaan besar."
Khayra berjalan meninggalkan Barra, namun tangannya di gandeng Barra dan di tarik menuju mobilnya yang terparkir.
"Aku dengan ojek aja. Kenapa kamu pagi-pagi telah berada di sini?" tanya Khayra. Dia heran dengan Barra.
"Aku sengaja menunggu kamu!" jawab Barra dengan tersenyum.
"Jangan membuat masalah. Jika abang kamu melihat, dia bisa salah paham."
"Dan aku sangat mengharapkan dia salah paham. Agar segera membebaskan kamu." Dengan tanpa rasa bersalah ataupun risih Barra mengatakan itu.
"Apa kamu sadar dengan yang kamu ucapkan Barra?" tanya Khayra dengan sedikit kesal.
"Dia tidak pantas untukmu!"
"Siapa yang pantas untukku? Kamu? Apa kamu lebih baik dari Mas Ferdi? Sama aja. Kamu juga pengkhianat!" ujar Khayra penuh penekanan.
Barra hanya terdiam mendengar ucapan wanita itu yang ada benarnya. Dia memang pernah mengkhianati Khayra dengan temannya sendiri.
Khayra turun dari mobil Barra begitu sampai diparkiran tempat kerjanya. Mereka tidak jadi sarapan karena Khayra yang tidak mau. Wanita itu akan pergi dengan ojek jika memang Barra ingin sarapan.
"Aku tunggu kamu pulang kerja di sini nanti!" ucap Barra.
"Aku nggak tahu pulang jam berapa. Aku sudah katakan jika akhir pekan kami sering diminta lembur.
"Aku akan tetap menunggu hingga jam berapa pun kamu pulang!" ucap Barra dengan tersenyum.
"Terserah!" ujar Khayra dan berjalan meninggalkan Barra yang masih tersenyum memandangi wanita itu hingga hilang masuk ke dalam super market.
Sementara itu di apartemen, jam sepuluh Ferdi terbangun. Pria itu langsung menuju dapur. Dia mengira pastilah Khayra menyediakan sarapan untuknya. Ferdi lupa jika dia yang meminta agar Khayra tidak lagi memasakan sarapan.
Ferdi tampak geram melihat meja makan kosong. "Ternyata dia sudah mulai bermain-main denganku. Tidak akan pernah aku beri uang sepeserpun buat wanita itu. Agar dia tahu posisinya!"
Ferdinan mandi dan memakai bajunya. Setelah rapi dia pergi meninggalkan apartemen. Pria itu berencana ke luar kota dengan Naina, adik tirinya Khayra.
Naina di rumah sedang berdandan. Ibunya Naina menghampiri wanita itu.
"Kamu mau kemana?" tanya Ibunya.
"Aku mau pergi dengan Ferdi!" ucap Naina.
"Apa maumu, Nai? Saat ibu minta kamu yang menikah dengan pria itu, kamu menolak dan meminta ibu menjodohkan dengan Khayra. Namun kamu masih saja terus berhubungan dengan pria itu. Bagaimana jika ayahmu tahu? Atau orang yang melihatmu jalan dengan abang ipar sendiri!"
"Aku tidak peduli omongan orang! Bukan mereka yang memberi aku makan."
"Tapi itu menyangkut nama baik kamu!"
"Sudah aku katakan, aku tidak peduli. Semua orang juga sudah sering mengatakan jelek tentang aku."
"Untuk itu seharusnya kamu menjaganya. Jangan biarkan orang itu makin bicara jelek."
Naina berdiri dan mengambil tasnya. "Jangan pedulikan tetangga atau ayah. Yang memberi ibu uang itu adalah aku. Dan itu semua uang dari Ferdi. Apa ibu mau kelaparan jika aku putus dengan Ferdi?"
Naina meninggalkan ibunya tanpa menunggu jawaban dari wanita yang telah melahirkan dirinya itu.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
sherly
luar biasa kamu naina..
2023-06-17
1
Syariah Syariah
yeeeay...dasar si Ferdi katanya ga usah nyiapin sarapan ga ada sarapan marah,, 🤦
2023-03-08
1
Lilisdayanti
sangat banyak lelaki seperti itu 😡😡 ferdi tinggu saja waktunya tiba,,pembalasan dari athur 🤣🤣🤣🤭
2022-12-04
1