Chapter 007 : Aku Menunjukan Pedang Itu Kepada Ayah

Bagian 1

Setelah makan malam selesai.

“Terima kasih atas makanannya! Baiklah, kalau begitu ayah pergi dahulu ingin melanjutkan pekerjaan ayah kembali.”

“Baik!”

Ayahnya berkata, saat beliau bangun berdiri dari tempat duduknya, lantas dibalas oleh istrinya yang sedang mencuci piring di wastafel dekat tempat itu.

“Ayah, apa boleh aku ikut bersamamu?”

“Eh, tumben sekali kamu mau melihat ayah bekerja, ada apa? Apa ada hal yang ingin kamu tanyakan kepada ayah?”

Pertanyaan itu langsung saja dibalas anggukan kepala “*Um*”\, lalu Yamasaki pun melanjutkannya:

“Baru saja pertanyaan ini aku dapatkan.”

“Oke! Kalau begitu, ayah pergi duluan. Kamu tahu letak tempat kerja ayah, bukan?!”

“Ya, aku tahu kok!”

“Baiklah, ayah tunggu kamu di sana.”

Ayahnya beranjak pergi meninggalkan ruang makan, menuju ke ruang kerjanya.

“Terima kasih atas makanannya! Ibu, aku tinggal pergi dulu.”

“Baik!”

Yamasaki Zen bangun berdiri, segera dirinya pun pergi meninggalkan ibunya sendiri dan beranjak menuju ke kamarnya untuk mengambil pedang yang ditemukannya.

Saat ini, Yamasaki sedang berdiri, di tangan kanannya tergenggam erat pedang itu. Pedang itu juga tampak berkilau akibat warna perak yang terkandungnya.

“Aku harap ayah mengetahui jawaban dari semua keanehan yang telah aku alami.”

Dirinya hanya bisa berharap mendapatkan jawaban terbaik dari ayahnya.

Kemudian,

Di sebuah lorong yang ada di bagian depan, Yamasaki sedang berjalan menuju tempat ayahnya bekerja dengan pedang itu yang sudah dibungkus kain berwarna abu-abu.

Sesampainya di suatu ruangan yang hanya berukuran 4x4 meter, sekelilingnya hanya diterangi pencahayaan bohlam lampu, dengan di setiap sisi ruangan itu terdapat benda-benda yang berhubungan erat dengan alam semesta.

Seperti halnya sebuah map dunia, teropong bintang, ataupun cetak biru bergambarkan prototipe roket angkasa dengan figur roket itu yang diletakkan di atas meja di sana.

Tidak lupa juga, sebuah pintu kayu yang sepertinya terkunci ada di sana.

Langkahnya lalu dilanjutkan, dengan perlahan menuju ke sebuah papan kayu yang tampak seperti papan buletin yang tergantung di dinding dengan beberapa catatan kertas beragam ukuran ditempelkan di sana.

Satu persatu lembar catatan kertas di angkat. Dari sekian banyaknya lembaran, dirinya akhirnya dapat menemukan apa yang sedang dicarinya. Sebuah kunci pintu cadangan sudah tergantung di sebuah paku kecil.

Untuk beberapa alasan, beliau selalu mengunci pintu itu meski dirinya sedang ada di dalam.

Lalu, Yamasaki lantas membuka pintu dengan kunci itu.

Pintu itu tidak langsung terhubung oleh sebuah ruangan. Melainkan sebuah anak tangga menurun yang agak terjal, itu merupakan jalan menuju basemen. Ya, kalian tidak salah mendengar, ruangan kerja beliau berada di dalam sebuah basemen.

Terkesan seperti pekerjaan top secret yang mengharuskannya menghindari kontak sosial. Dan untuk kesekian kalinya, Yamasaki Zen kembali berkunjung setelah sudah lama tidak pergi ke ruang bawah tanah tempat ayahnya melakukan pekerjaannya.

Sebuah penerangan yang mana pencahayaan dari lampu lentera sedikit redup, itu cukup untuk dapat melihat langkah kaki menuju dasar basemen.

Setelah sudah cukup melangkah, pada akhirnya langkah kakinya memutuskan untuk berhenti, di hadapkannya sebuah pintu yang letaknya sendiri berlainan dengan arah tangga, di balik pintu itu… di sana ayahnya berada.

Di depan pintu juga terdapat tulisan “special research and astronomy lab", yang di mana, itu merupakan nama ruangan tempat kerja ayahnya.

*Tok\, tok.*

Yamasaki meletakkan pedang itu berdiri, bersandar di dinding beton, lantas dirinya pun melanjutkan dengan mengetuk sebuah pintu di hadapannya.

“...”

Tidak ada jawabannya.

*Kreitt...*

Ternyata pintunya tidak dikunci.

“Maaf, mengganggu. Ayah?”

Pintu itu berderik selagi dibuka perlahan.

Yamasaki pun berbicara dengan nada agak pelan memanggil ayahnya di dalam, dan dengan sengaja, dirinya meninggalkan pedang “miliknya” yang masih ditinggal di luar.

“Oh, Zen...”

Beliau menyambut hangat kedatangannya, lantas dirinya pun berbalik sambil melanjutkan perkataannya:

“...selamat datang kembali di ruangan kerja ayah! Yah... jadi teringat kenangan masa lalu ya, kan? Saat kamu pertama kali datang ke tempat ini.”

“Ya. Sepertinya tidak banyak sekali perubahan di tempat ini, saat terakhir kali aku datang ke tempat ini.”

Yamasaki mengangguk menyetujui perkataan ayahnya, dia segera menutup kembali pintu sambil melihat sekelilingnya yang tampaknya tidak banyak perubahan yang terjadi.

“Jadi, apa yang ingin kamu tanyakan kepada ayah?”

Ayahnya bertanya sambil melangkahkan kakinya untuk mendekati putranya itu.

“Anu, sebelumnya ayah dengar tidak, suara dentuman yang sangat keras di luar rumah?”

“Suara dentuman? Tidak, ayah tidak mendengarnya. Kalaupun ada, pastinya ayah segera menyadarinya, bukan?! Memangnya, suara dentuman apa itu?”

—Benar dugaanku, pasti ada yang aneh dari semua hal yang telah aku alami.

Yamasaki berkata dalam hati, dia pun melanjutkannya:

“Hai, ayah. Apa ayah akan percaya jika aku mengatakan kalau barusan aku mendengar suara dentuman, dan asal suara dentuman itu merupakan akibat benda kosmik yang menghantam permukaan bumi. Apa ayah akan mempercayai perkataanku barusan?”

Yamasaki Zen bertanya serius, keadaan seketika berubah sedikit canggung.

“Soal itu... apa mungkin, maksud dari ‘benda kosmik’ yang kamu katakan itu, sebuah meteorit?!”

“Benar!”

“Lalu, kira-kira di mana kamu menemukan meteorit jatuh itu? Dan juga, seberapa besar batuan meteorit itu?”

“Di sebuah tanah lapang bukit, beberapa puluh meter dari tempat ini. Lalu…”

Yamasaki merasa ragu di saat dirinya ingin melanjutkan perkataannya.

“Lalu apa?”

“Untuk ukurannya sendiri, kurang lebih dua meter, menurut apa yang aku lihat.”

Di saat-saat terakhir perkataannya\, ayahnya tiba-tiba saja menepuk\, *tap* menggenggam erat kedua pundak Yamasaki\, tampak jelas kalau perkataannya barusan membuat beliau terkejut bukan main.

“Oi, Zen... kamu serius kan, sedang tidak bercanda?”

Dengan ekspresi terkejutnya, beliau bertanya dengan serius.

“Tentu saja... aku serius soal ini, dari awal juga aku sudah merasa heran kenapa ibu sampai tidak mendengar suara dentuman yang keras itu.”

Dengan tenang, Yamasaki Zen berusaha mengatakannya sambil membuat pandangannya untuk berpaling.

“Ha! Apa mungkin, dentuman yang di maksud sama ibumu itu… dentuman yang itu?!”

“Iya. Itu benar. Karena itu, alasan aku pergi ke tempat ini, aku ingin memastikan kembali semua keanehan yang telah terjadi. Tentu saja, bertanya kepada ayah adalah salah satu tujuan awalnya."

Yamasaki menjawab pertanyaan ayahnya, di tengah pembicaraan, dirinya melepaskan genggaman tangan ayahnya dari pundaknya.

“Kenyataan yang tidak terduga, ya.”

“Begitulah.”

Beliau berkata pelan, dirinya sudah merasa tenang kembali. Yamasaki pun merespon dengan nada yang rendah.

“Lalu, selain dari keanehan yang terjadi. Apa ada hal lainnya yang ingin kamu tanyakan kepada ayah?”

“Sebuah pedang.”

“Hem? Membicarakan di luar topik?”

“Tidak, ini masih ada hubungannya dengan meteorit itu.”

“Apa yang sedang kamu bicarakan, ayah benar-benar tidak mengerti? Baiklah, jelaskanlah, biarkan ayah mendengarnya.”

Walaupun cukup aneh terdengar, beliau berusaha mencoba untuk mendengarkan penjelasannya. Sesaat setelahnya, Yamasaki tiba-tiba saja berbalik badan lantas dirinya berjalan menjauh dari ayahnya, dengan niat, untuk mengambil pedangnya yang sebelumnya dia tinggal untuk segera ditunjukkan kepada ayahnya langsung.

Sementara itu, beliau yang melihat tingkah putranya yang tiba-tiba saja berjalan menjauh darinya sempat dibuat bingung.

“Kamu mau pergi kemana, Zen?”

“...”

Tidak ada balasan, Yamasaki Zen hanya ingin segera menunjukkan pedang itu langsung kepada ayahnya.

“Aku ingin ayah menjelaskan kepadaku mengenai pedang yang telah aku temui barusan.”

Tanpa ada sedikit pun kain yang menutupinya, bersamaan dengan perkataannya yang dilontarkan, Yamasaki mengambil pedang itu lalu dengan segera memperlihatkannya langsung kepada ayahnya.

Bukannya terkejut, justru respons beliau tampak biasa-biasa saja setelah diperlihatkan pedang itu kepada dirinya.

“Sebuah pedang? Apa mungkin, pedang itu...”

“Ya, percaya atau tidak, pedang ini aku dapatkan di dalam meteorit itu.”

“Tunggu, kamu mendapatkan pedang itu di dalam meteorit? Tetapi, bagaimana ceritanya?”

“Singkatnya, sebuah celah terbentuk di sisi lain meteorit dengan sendirinya, saat aku menyadari hal itu, aku melihat ke dalam dan menemukan pedang ini tertancap di bebatuan meteorit itu. Dan setelah melihatnya lebih jelas, aku berpikir, kalau ternyata meteorit itu memiliki sebuah ruang yang cukup luas, berbeda dari yang aku kira sebelumnya.”

“Meteorit yang memiliki ruang didalamnya… pertama kali ayah mendengarnya. Kamu tidak salah melihatnya, kan?”

“Iya!”

Yamasaki mempertegas kalau dirinya tidak salah melihat.

Indra penglihatannya masihlah sangat baik, setidaknya itulah menurut penilaiannya.

Episodes
1 Prolog
2 [Prolog] + Chapter 001 : Misi Ruang Angkasa
3 Chapter 001. 2
4 Chapter 001. 3
5 Chapter 002 : Misi Ruang Angkasa. Bagian 2
6 Chapter 002. 2
7 Chapter 003 : Keseharianku Yang Biasanya
8 Chapter 003. 2
9 Chapter 004 _ Gadis Yang Ceroboh
10 Chapter 004. 2
11 Chapter 004 : Gadis Yang Ceroboh?
12 Chapter 004. 2
13 Chapter 005 : Pertama Kali Aku Melihatnya
14 Chapter 005. 2
15 Chapter 006 : Mencari Tahu Asal Mula Pedang di Dalam Meteorit
16 Chapter 006. 2
17 Chapter 006. 3
18 Chapter 007 : Aku Menunjukan Pedang Itu Kepada Ayah
19 Chapter 007. 2
20 Chapter 008 : Kehadirannya Yang Berlandaskan Sebuah Konflik, Katanya?
21 Chapter 009 : Ambisi Manusia dan Pertentangan
22 Chapter 009. 2
23 Chapter 010 : Destinasi, Planet Bumi
24 Chapter 011 : Siswa Populer
25 Chapter 011. 2
26 Chapter 012 : "Jadi kamu masih menganggap aku adalah makhluk yang berbahaya, ya?"
27 Chapter 013 : "Aku rasa alien bisa melakukan segalanya."
28 Chapter 014 : Rencana Berlatih Pedang dan Sebuah Kekuatan
29 Chapter 014. 2
30 Chapter 015 : Masa Lalu Murakami Tesuba
31 Chapter 016 : Masa Lalu Murakami Tesuba. Bagian 2
32 Chapter 016. 2
33 Chapter 017 : Mengunjungi Tempat Kerja Ayah
34 Chapter 017. 2
35 Chapter 018 : Kantin Perusahaan
36 Chapter 018. 2
37 Chapter 019 : Anggota Keluarganya Bertambah, Sementara?
38 Chapter 019. 2
39 Epilog
40 !Pengumuman!
41 [END] Volume 001 : Meteorit Jatuh dan Humanoid Nanoteknologi | Kata Penutup
42 [Prolog] + Chapter 001 : "Percayalah dengan rekanmu!"
43 Chapter 001.2
44 Chapter 002 : Kejadian di Saat Hujan
45 Chapter 002.2
46 Chapter 002.3
47 Chapter 003 : Mengerjakan Tugas Sekolah Bersama Kagura
48 Chapter 003.2
49 Chapter 004 : Libur Musim Panas dan Tokyo
50 Chapter 004.2
51 Chapter 004.3
52 Chapter 005 : Berhadapan Dengan Tindak Kejahatan
53 Chapter 005.2
54 Chapter 006 : Kelompok Penculikan dan Perdagangan Anak Kecil
55 Chapter 006.2
56 Chapter 007 : Berkedok Sebuah Penculikan
57 Chapter 008 : Sang Malaikat Kecil
58 Chapter 008.2
59 Chapter 009 : Kamera Pengawas Tersembunyi
60 Chapter 009.2
61 Chapter 010 : Keluarga
62 Chapter 011 : Memenuhi Undangan Isao
63 Chapter 011.2
64 Chapter 012 : Pembuktian
65 Chapter 012.2
66 Chapter 013 : Pembuktian. Bagian 2
67 Chapter 014 : Wawancara
68 Chapter 014.2
69 Chapter 015 : Berbagai Pertanyaan Dilontarkan
70 Chapter 015.2
71 Chapter 016 : Latihan Tersembunyi Yang Diketahui
72 Chapter 016.2
73 Chapter 016.3
74 Chapter 017 : Perlawanan Yang Tidak Seimbang
75 Chapter 017.2
76 Chapter 018 : Humanoid Nanoteknologi Yang Tidak Dikenal
77 Chapter 019 : “Prioritaskan tawaran yang aku perintahkan!”
78 Chapter 019.2
79 Epilog
80 Epilog.02
81 [Vol. 003. Ch. 00] Prolog
82 [Vol. 003 Ch. 001] Keadilan Sesungguhnya Dalam Kehiudpan
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Prolog
2
[Prolog] + Chapter 001 : Misi Ruang Angkasa
3
Chapter 001. 2
4
Chapter 001. 3
5
Chapter 002 : Misi Ruang Angkasa. Bagian 2
6
Chapter 002. 2
7
Chapter 003 : Keseharianku Yang Biasanya
8
Chapter 003. 2
9
Chapter 004 _ Gadis Yang Ceroboh
10
Chapter 004. 2
11
Chapter 004 : Gadis Yang Ceroboh?
12
Chapter 004. 2
13
Chapter 005 : Pertama Kali Aku Melihatnya
14
Chapter 005. 2
15
Chapter 006 : Mencari Tahu Asal Mula Pedang di Dalam Meteorit
16
Chapter 006. 2
17
Chapter 006. 3
18
Chapter 007 : Aku Menunjukan Pedang Itu Kepada Ayah
19
Chapter 007. 2
20
Chapter 008 : Kehadirannya Yang Berlandaskan Sebuah Konflik, Katanya?
21
Chapter 009 : Ambisi Manusia dan Pertentangan
22
Chapter 009. 2
23
Chapter 010 : Destinasi, Planet Bumi
24
Chapter 011 : Siswa Populer
25
Chapter 011. 2
26
Chapter 012 : "Jadi kamu masih menganggap aku adalah makhluk yang berbahaya, ya?"
27
Chapter 013 : "Aku rasa alien bisa melakukan segalanya."
28
Chapter 014 : Rencana Berlatih Pedang dan Sebuah Kekuatan
29
Chapter 014. 2
30
Chapter 015 : Masa Lalu Murakami Tesuba
31
Chapter 016 : Masa Lalu Murakami Tesuba. Bagian 2
32
Chapter 016. 2
33
Chapter 017 : Mengunjungi Tempat Kerja Ayah
34
Chapter 017. 2
35
Chapter 018 : Kantin Perusahaan
36
Chapter 018. 2
37
Chapter 019 : Anggota Keluarganya Bertambah, Sementara?
38
Chapter 019. 2
39
Epilog
40
!Pengumuman!
41
[END] Volume 001 : Meteorit Jatuh dan Humanoid Nanoteknologi | Kata Penutup
42
[Prolog] + Chapter 001 : "Percayalah dengan rekanmu!"
43
Chapter 001.2
44
Chapter 002 : Kejadian di Saat Hujan
45
Chapter 002.2
46
Chapter 002.3
47
Chapter 003 : Mengerjakan Tugas Sekolah Bersama Kagura
48
Chapter 003.2
49
Chapter 004 : Libur Musim Panas dan Tokyo
50
Chapter 004.2
51
Chapter 004.3
52
Chapter 005 : Berhadapan Dengan Tindak Kejahatan
53
Chapter 005.2
54
Chapter 006 : Kelompok Penculikan dan Perdagangan Anak Kecil
55
Chapter 006.2
56
Chapter 007 : Berkedok Sebuah Penculikan
57
Chapter 008 : Sang Malaikat Kecil
58
Chapter 008.2
59
Chapter 009 : Kamera Pengawas Tersembunyi
60
Chapter 009.2
61
Chapter 010 : Keluarga
62
Chapter 011 : Memenuhi Undangan Isao
63
Chapter 011.2
64
Chapter 012 : Pembuktian
65
Chapter 012.2
66
Chapter 013 : Pembuktian. Bagian 2
67
Chapter 014 : Wawancara
68
Chapter 014.2
69
Chapter 015 : Berbagai Pertanyaan Dilontarkan
70
Chapter 015.2
71
Chapter 016 : Latihan Tersembunyi Yang Diketahui
72
Chapter 016.2
73
Chapter 016.3
74
Chapter 017 : Perlawanan Yang Tidak Seimbang
75
Chapter 017.2
76
Chapter 018 : Humanoid Nanoteknologi Yang Tidak Dikenal
77
Chapter 019 : “Prioritaskan tawaran yang aku perintahkan!”
78
Chapter 019.2
79
Epilog
80
Epilog.02
81
[Vol. 003. Ch. 00] Prolog
82
[Vol. 003 Ch. 001] Keadilan Sesungguhnya Dalam Kehiudpan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!